Sukses

Gara-Gara Perubahan Iklim, Rusa Kutub di Norwegia Makan Rumput Laut

Karena perubahan iklim, rusa kutub Svalbard mulai makan rumput laut.

Liputan6.com, Svalbard - Untuk kelompok herbivora yang hidup di belahan Bumi paling utara, misalnya saja rusa kutub, mencari makanan adalah aktivitas yang tidak gampang.

Hidup di kawasan tundra es di benua Arktik, rusa liar Svalbard di Norwegia (Rangifer tarandus platyrhynchus) terbiasa dengan vegetasi yang jarang (tidak dijumpai atau tidak sama dengan tempat lain).

Tetapi sekarang hewan-hewan ini tengah menghadapi pemanasan global yang semakin parah, yang menyebabkan lebih banyak hujan dan lebih sedikit salju, sehingga padang rumput musim dingin mereka terperangkap di bawah lapisan es.

Untuk menghindari kelaparan akut, banyak dari satwa ini beralih mengonsumsi rumput laut. Dalam satu musim dingin yang sangat buruk, para peneliti lokal menghitung: tidak kurang dari sepertiga dari 20.000 rusa di kepulauan terlihat sedang mencari makan di pantai.

Seekor rusa kutub Svalbard tertangkap kamera peneliti sedang mengunyah rumput laut di kawasan Arktik utara. (Norges Teknisk-Naturvitenskaplige Universitet)

"Tampaknya mereka penasaran dengan rumput laut," kata penulis utama studi itu, Brage Bremset Hansen, seorang ahli biologi dari Norges Teknisk-Naturvitenskaplige Universitet yang telah mempelajari subspesies tersebut selama beberapa dekade.

"Mereka bergerak bolak-balik di antara pantai dan beberapa vegetasi bebas es setiap hari, jadi jelas bahwa mereka harus tetap makan seperti biasanya, apa pun yang mereka temukan yang tampak seperti makanan sehari-hari mereka," lanjutnya, seperti dikutip dari Science Alert, Senin (29/4/2019).

Sebenarnya, tanaman air itu adalah suplemen makanan yang kurang ideal bagi rusa kutub, namun menjadi pilihan terakhir mereka.

Meski 'camilan' asin ini memang memberikan beberapa kalori ekstra, para periset mengatakan rumput laut sering menyebabkan diare pada rusa.

2 dari 3 halaman

Berat Badan Rusa Anjlok

Wilayah Kutub Utara saat ini memanas tiga kali lebih cepat daripada bagian dunia lainnya. Ketika turun hujan, bukan salju, tundra dingin menjadi sulit ditemukan.

Kendati demikian, baiknya kata ilmuwan, kawanan rusa kutub ini beradaptasi. Sedangkan kabar buruknya adalah mereka kian menjadi kurus.

Beberapa tahun yang lalu, sebuah penelitian menemukan bahwa berat rata-rata rusa dewasa di Svalbard telah turun dari 55 kg menjadi 48 kg pada 1990-an sebagian besar diduga disebabkan oleh pemanasan global dan pengisian bentang alam Arktik.

Kini, para periset sedang meneliti lebih jauh tentang rusa-rusa yang mengonsumsi rumput laut dan mempublikasikan termuan mereka di Ecosphere.

3 dari 3 halaman

Gerombolan Beruang Kutub Menginvasi Sebuah Kota di Rusia

Sementara itu, sebanyak 52 beruang kutub (Ursus maritimus) yang diduga kelaparan telah menduduki Guba, sebuah pemukiman terpencil di kepulauan Arktik Rusia.

Hewan-hewan itu dilaporkan menyerang penduduk setempat, mengobrak-abrik tempat pembuangan sampah dan menerobos masuk ke dalam bangunan tempat tinggal warga, menurut pernyataan pemerintah yang diterjemahkan dari bahasa Rusia dan dirilis akhir pekan ini.

Invasi besar-besaran beruang kutub itu, mendorong pejabat daerah untuk menetapkan status darurat sejak hari Sabtu, 9 Februari 2019.

"Orang-orang khawatir, mereka takut meninggalkan rumah ... cemas melihat anak-anak mereka pergi ke sekolah," ungkap Zhigansha Musin, seorang pengurus sekolah setempat, seperti dikutip dari Live Science, Selasa, 12 Februari 2019. "Secara konstan di desa ini ada enam hingga 10 beruang kutub."

Belushya Guba adalah pemukiman yang dihuni sekitar 2.000 orang di kepulauan Novaya Zemlya, Rusia. Kawasan ini terkenal karena menjadi lokasi uji bom nuklir apokaliptik pada masa lalu.

Orang-orang di sekitar daerah tersebut mengaku bahwa tidak jarang melihat beruang kutubberkeliaran di dekat pantai selatan, tempat satwa-satwa itu secara rutin berkumpul di musim dingin untuk berburu anjing laut, menurut situs berita pemerintah, TASS.

Namun, menipisnya lapisan es laut karena pemanasan global, kemungkinan menjadi penyebab utama beruang-beruang tersebut menggeruduk ke pedalaman untuk mencari makanan lain, menurut para peneliti dari A.N. Severtsov Institute of Ecology and Evolution, cabang dari Russian Academy of Sciences.

Daya pikat limbah yang dapat dikonsumsi di tempat sampah dan tempat pembuangan akhir di Belushya Guba, kemungkinan menghentikan beruang dari migrasi lebih jauh ke utara, kata para ilmuwan.

Mirisnya, kawanan beruang kutub itu tak hanya mengais sisa makanan di tempat sampah. Foto dan video yang diunggah di Twitter selama akhir pekan kemarin menunjukkan, beruang-beruang itu berjalan melalui halaman sekolah yang kosong. Bahkan sampai menyusup ke koridor gedung perkantoran untuk mencari makanan.

Untuk melindungi kota dan diri mereka sendiri, penduduk setempat telah membangun pagar tambahan di sekitar sekolah dan situs lainnya.

Sementara itu, patroli khusus diadakan untuk menakuti beruang dengan mobil dan anjing, meski langkah-langkah ini tidak membuahkan hasil nyata.