Liputan6.com, Istanbul - Satu dari dua orang yang ditahan di Turki atas tuduhan spionase dikabarkan merenggut nyawanya sendiri di dalam sel tahanan pada Minggu 28 April 2019.
Mendiang diidentifikasi bernama Zaki Hasan dan dituduh sebagai mata-mata untuk Uni Emirat Arab (UEA). Ia ditemukan gantung diri di selnya di penjara Silivri, barat Istanbul.
Kantor kejaksaan Istanbul mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Hasan ditemukan digantung di pintu kamar mandi di selnya oleh penjaga penjara ketika mereka tiba untuk memberinya makanan pada Minggu pagi.
Advertisement
Investigasi telah diluncurkan dan autopsi dilakukan, kata seorang pejabat Turki lain yang anonim.
Baca Juga
Zaki Hasan dan satu tersangka lain ditangkap bersama oleh Turki pada 15 April 2019.
Keduanya mengaku kepada otoritas setempat bahwa mereka memata-matai sejumlah figur yang dianggap sebagai pembangkang Arab di luar negeri. Wilayah operasi mereka diduga mencakup kawasan Turki.
Pejabat Turki yang anonim juga mengatakan bahwa mereka turut menyelidiki kemungkinan kaitan dua orang itu dengan pembunuhan jurnalis Arab Saudi, Jamal Khashoggi, yang tewas di Istanbul demikian seperti dilansir BBC, Selasa (30/4/2019).
Empat hari usai penangkapan, keduanya didakwa atas tuduhan "spionase politik, militer dan internasional" setelah mereka mengaku bertindak atas kepentingan UEA untuk memata-matai pembangkang dan mahasiswa yang mengasingkan diri di luar negeri.
Pada saat penahanan mereka, pejabat Turki mengatakan bahwa salah satu dari dua tersangka telah tiba di Turki hanya beberapa hari setelah pembunuhan Jamal Khashoggi pada 2 Oktober 2018. Tersangka lain tiba kemudian untuk membantu rekannya, tambah pejabat itu.
Keduanya kemudian diidentifikasi oleh TRT Arab, anak badan penyiar negara Turki, sebagai warga Palestina. Dikatakan bahwa Zaki Hasan adalah pensiunan pejabat intelijen senior Palestina berusia 55 tahun.
UEA sejauh ini belum mengomentari kematian Hasan atau penangkapannya.
Sementara itu, Turki belum memastikan apakah Hasan dan satu tersangka lain yang ditangkap benar-benar berkaitan dengan pembunuhan Jamal Khashoggi.
Masih Sebatas Dugaan
Jamal Khashoggi --kritikus terkemuka terhadap pemimpin de facto Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman-- dibunuh oleh agen-agen dari Riyadh di Konsulat Saudi di Istanbul pada Oktober 2018.
Seorang pelapor khusus PBB mengatakan, Khashoggi adalah "korban pembunuhan brutal dan terencana, yang direncanakan dan dilakukan oleh pejabat negara Arab Saudi", tetapi pemerintah Saudi bersikeras itu adalah "operasi yang berjalan keliru".
Meski Uni Emirat Arab adalah sekutu terdekat Arab Saudi, namun, belum ada bukti yang menunjukkan bahwa Abu Dhabi terlibat dalam kematian Khashoggi.
Advertisement
Daftar Hitam AS untuk Nama-nama yang Terkait Kasus Jamal Khashoggi
Pada kabar lain, Kementerian Luar Negeri AS merilis nama 16 warga Arab Saudi yang masuk dalam daftar hitam mereka. Ke-16 orang tersebut dianggap terlibat dalam pembunuhan jurnalis di surat kabar The Washington Post, Jamal Khashoggi.
Dikutip dari laman CNBC, Selasa (9/4/2019), pemerintah AS melarang mereka yang masuk dalam daftar hitam untuk menginjakkan kaki di Amerika Serikat.
Dalam sebuah keterangan, sejumlah orang yang masuk daftar itu beberapa di antaranya; Saud al-Qahtani dan Maher Mutreb. Keduanya merupakan orang dekat Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman.
Sebelum dibunuh, Jamal Khashoggi kritis dalam menyikapi kebijakan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman di kolom-kolom untuk The Washington Post.
Sejak itu, Khashoggi diduga menjadi target pemerintah Saudi. Hingga akhirnya, Jamal Khashoggi datang ke Konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober 2018.
Menurut keterangan dari kekasihnya, Hatice Cengiz, Jamal Khashoggi datang ke konsulat Arab Saudi di Turki guna mengurus dokumen untuk keperluan menikah.