Liputan6.com, Andaman dan Nikobar - Bagi sebagian besar orang di dunia ini, pulau tak berpenghuni dianggap sebagai surga tersembunyi yang ada di Bumi. Terlebih bila di sana terdapat pantai cantik berpasir putih lembut, atau hutan yang masih perawan, atau jarang penduduk.
Karena itulah, banyak pelancong mancanegara yang memutuskan untuk menginjakkan kakinya di pulau seperti itu, menganggap bahwa lokasi tersebut merupakan situs terbaik untuk berlibur, meski tak banyak orang yang berada di sana.
Advertisement
Baca Juga
Namun apakah Anda tahu bahwa ada beberapa pulau di planet ini yang bisa mengancam nyawa Anda bila bertandang ke sana? Sebagian besar pulau-pulau tersebut dianggap berbahaya karena aktivitas manusia, sementara lainnya dinilai mengerikan lantaran sebab alamiah.
Berikut adalah 8 pulau paling mematikan dan berbahaya untuk dikunjungi oleh turis, seperti dikutip dari Wonderslist, Minggu (5/5/2019).
1. Pulau Vozrozhdeniya - Uzbekistan
Pulau Vozrozhdeniya mengapung di Laut Aral dan wilayahnya terbagi antara Uzbekistan dan Kazakhstan. Pada tahun 1954, Uni Soviet membangun situs uji senjata biologis yang disebut Aralsk-7 di sana dan di Pulau Komsomolskiy yang berdekatan.
Selain bereksperimen pada senjata biologis, para ilmuwan Soviet diam-diam juga memproduksi berbagai agen, seperti cacar, antraks, wabah, brucellosis (infeksi menular dari hewan ke manusia, sebagian besar karena produk susu yang tidak dipasteurisasi) dan tularemia (penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Francisella tularensis, yang didapat setelah bersentuhan dengan unggas, memakan daging yang tidak dimasak secara matang, atau digigit kutu binatang atau serangga penghisap darah lain. Kelinci ialah binatang sumber penyakit ini yang paling umum).
Pada tahun 1971, agen cacar terlepas secara tidak sengaja dari laboratorium tersebut, yang kemudian menginfeksi 10 orang di sana dan akhirnya menewaskan 3 dari mereka.
Ketika situs rahasia tersebut dibongkar pada 1990-an oleh salah satu pembelot Soviet, seluruh penduduk pulau dievakuasi dan pangkalan itu ditinggalkan begitu saja pada 1991.
Kemudian, Pulau Vozrozhdeniya menjadi bak kota hantu. Banyak kontainer yang tidak dihancurkan atau disegel dengan baik dan telah mengalami kebocoran selama dekade terakhir.
Meskipun banyak titik yang didekontaminasi pada tahun 2002, namun pulau itu masih membuat orang bergidik untuk tinggal di sana.
Advertisement
2. Pulau Sentinel Utara - India
Pulau Sentinel Utara adalah sebuah pulau terpencil yang berada dalam gugusan Kepulauan Andaman di Teluk Benggala, India. Letaknya berada di sebelah barat bagian selatan Pulau Andaman Selatan. Sebagian besar pulau ini diliputi oleh hutan.
Suku Sentinel tinggal di Utara pulau dan menolak kontak dengan 'dunia luar'. Mereka adalah penduduk asli terakhir yang tetap tidak tersentuh oleh peradaban modern.
Ketika melihat perahu yang berlayar di kawasan mereka, atau helikopter yang mencoba mengabadikan gambar mereka, Suku Sentinel akan 'menyambut' para pengunjung tersebut dengan hujan tombak dan panah beracun.
Pada tahun 2006, dua nelayan India terbunuh oleh Suku Sentinel ketika perahu mereka secara tidak sengaja mengarungi lautan terlalu dekat dengan wilayah mereka.
Uniknya, orang-orang primitif ini bisa selamat dari gempa bumi yang pernah menerjang Samudra Hindia pada 2004 silam.
Selain itu, pasca-tsunami hebat tersebut, pemerintah India dan PBB berupaya menolong mereka dengan mengirim bantuan lewat helikopter. Namun lagi-lagi, mereka justru menyerang rombongan pemeri bantuan itu dengan melemparkan batu dan menembakkan panah ke helikopter.
Populasi Suku Sentinel diperkirakan ada sekitar 50 hingga 400 orang. Pemerintah India telah mendeklarasikan pulau dan perairan di sekitarnya sebagai zona eksklusi dan area yang dilarang keras untuk dikunjungi.
3. Pulau Gruinard - Skotlandia
Pulau Gruinard adalah pulau kecil berbentuk oval yang ada di Skotlandia, dengan populasi 6 orang pada tahun 1881, tetapi telah dihuni sejak tahun 1920-an.
Letak pulau itu dirahasiakan dari konsumsi publik, karena eksperimen biologis yang dilakukan oleh pemerintah Inggris selama masa perang.
Para ilmuwan melakukan uji coba dengan bakteri Anthrax yang membunuh semua spesies hewan di pulau itu dan mencemari seluruh tanah.
100 kg virus Anthrax disemprotkan ke seisi pulau tersebut, yang konon bahkan bisa membunuh 3 juta orang. Pada tahun 1942, Inggris sedang terlibat dalam sejumlah pertempuran dan para ilmuwan sangat ingin menguji seberapa mematikan dan efektif Anthrax.
Mereka mengumpulkan 50 ekor domba dan membawa binatang-binatang ini ke Pulau Gruinard yang terpencil dan tidak berpenghuni, yang jaraknya tidak jauh dari pantai dari Dataran Tinggi Skotlandia.
Para peneliti lalu mengebom pulau dengan Anthrax. Tiga hari kemudian, domba-domba itu mulai sekarat dan ujung-ujungnya mati. Mulanya, domba akan demam, kemudian terjadi pendarahan internal yang disebabkan oleh kinerja spora Anthrax.
Pulau Gruinard akhirnya didesinfeksi pada Abad ke-20. Hingga tahun 2007, tidak ada Anthrax yang dilaporkan ditemukan di pulau ini, meski populasi manusia masih nol.
Advertisement
4. Pulau Reunion - Samudra Hindia
Pulau Reunion terletak di sebelah timur Madagaskar dan 200 km sebelah barat daya Mauritius. Pulai ini telah dihuni sejak Abad ke-17 dan dianggap sebagai pulau yang amat indah serta mempunyai daya tarik wisata yang luar biasa.
Masalahnya adalah bahwa air di sekitar pulau memiliki ancaman besar bagi para turis yang berkunjung, yakni kawanan hiu.
Selama tahun 2011 dan 2015, 17 serangan hiu telah dilaporkan dan 7 diantaranya berakibat fatal. Pada 2013, larangan untuk berenang, berselancar, dan body boarding telah ditetapkan di lebih dari setengah pantai yang ada di sana.
Â
5. Atol Enewetak - Kepulauan Marshall
Atol Enewetak adalah atol karang besar dari 40 pulau di Samudra Pasifik dan hanya ada 850 orang yang membentuk sebuah distrik legislatif dari Jaringan Ralik dari Kepulauan Marshall.
Dengan total luas lahan kurang dari 5,85 kilometer persegi, atol ini memiliki tinggi kurang dari 5 meter dan dikelilingi oleh laguna di bagian tengah yang dalam (seperti cincin), dengan ukuran keliling 80 kilometer.
Pulau ini juga menjadi mangsa uji coba nuklir pemerintah AS. Lebih dari 30 megaton nuklir telah meledak selama perang dingin.
Pada tahun antara 1977 dan 1980, sebuah kubah beton bernama Runit Dome dibangun untuk menyimpan puing radioaktif dan menyembunyikan tanah yang terkontaminasi.
Sedimen yang ada di laguna bahkan lebih terpapar daripada material-material yang terkandung di dalam kubah.
Advertisement
6. Pulau Ramree - Myanmar
Pulau Ramree adalah sebuah pulau yang terletak di lepas pantai Negara Bagian Rakhine, Myanmar. Pulau ini memiliki sejarah yang memilukan.
Selama berlangsungnya Perang Dunia II, pertempuran di Pulau Ramree terjadi sejak Januari sampai Februari 1945, sebagai bagian dari ofensif Angkatan Darat ke-14 Britania 1944/45 di Front Selatan Kampanye Myanmar.
Jepang dikalahkan oleh Inggris dan mencoba melarikan diri melalui rawa yang ada di pulau tersebut. Apa yang tidak mereka ketahui adalah populasi utama yang ada di Pulau Ramree, yakni buaya air asin, yang jumlahnya ribuan ekor.
Kala itu, saat pasukan Negeri Matahari Terbit hendak menyeberang sungai di Pulau Ramree, tidak ada satu prajurit pun yang dapat melarikan diri dari serangan predator tersebut. 400 dari mereka dimakan hidup-hidup.
Menurut sebuah laporan, beberapa tentara yang selamat dari gigitan buaya kemudian meninggal karena dehidrasi atau disentri.
Guinness World of Record telah memasukkan insiden itu sebagai bencana terbesar dalam sejarah manusia karena serangan hewan.
7. Pulau Miyake-Jima dan Pulau Izu Oshima - Jepang
Miyake-Jima adalah pulau vulkanik kecil yang dihuni oleh manusia, di kepulauan Izu di Laut Filipina sekitar 180 kilometer (110 mil) tenggara Honshu, Jepang.
Di sana merupakan tempat terjadinya letusan gunung berapi aktif dari Gunung Oyama, yang berlangsung dari tahun 2000 hingga 2004.
Dampak dari letusan tersebut adalah masih tertinggalnya uap belerang beracun di sana dan ketika zat kimia ini mencapai tingkat tertentu, alarm peringatan berbunyi. Penduduk diwajibkan untuk memakai masker gas ketika mendengar bunyi sirine tersebut.
Pulau lain bernama Izu Oshima juga menghadapi keadaan yang sama, tetapi di sini para warga harus mengenakan masker gas selama 24 jam dalam sehari dan selama 7 hari atau seumur hidup mereka. Bila tidak, mereka bisa mati karena komplikasi yang disebabkan oleh kontaminasi parah.
Advertisement