Sukses

Soal Konflik Gaza, Donald Trump: AS 100 Persen Bersama Israel

Presiden AS Donald Trump angkat bicara seputar gelombang kekerasan terbaru antara Israel dan Palestina di Jalur Gaza yang pecah sepanjang akhir pekan lalu.

Liputan6.com, Gaza - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump angkat bicara seputar gelombang kekerasan terbaru antara Israel dan Palestina di Jalur Gaza, yang pecah sepanjang akhir pekan lalu.

Trump menempatkan tanggung jawab pada Palestina untuk "menghentikan kekerasan dan bekerja menuju perdamaian" ujarnya dalam sebuah tweet pada Minggu, 5 Mei 2019 malam waktu lokal.

"Sekali lagi, Israel menghadapi rentetan serangan roket mematikan oleh kelompok-kelompok teroris Hamas dan Islamic Jihad. Kami mendukung Israel 100 persen dalam pembelaan terhadap warganya," lanjutnya seperti dilansir The Hill, Senin (6/5/2019).

"Kepada orang-orang Gaza, aksi-aksi teroris terhadap Israel ini tidak akan memberikan keuntungan apapun kepada Anda selain penderitaan yang lebih banyak. Akhiri kekerasan dan bekerjalah menuju perdamaian --itu bisa terjadi.

Militer Israel mengatakan, pihaknya melancarkan serangan udara ke Gaza dalam menanggapi penembak jitu Palestina yang melukai dua tentara Israel.

Merespons, Gaza menembakkan sekitar 600 roket ke Israel pada Sabtu 4 Mei malam hingga setidaknya Minggu 6 Mei, menurut pernyataan militer Israel (IDF).

Sebagai balasan, Israel melancarkan serangan udara terhadap setidaknya 300 target di Gaza, dan menyebut sasaran itu sebagai kantung gerilyawan atau intelijen Hamas serta para pendukungnya.

Akibat eskalasi kekerasan itu, setidaknya 23 orang Palestina tewas, termasuk seorang ibu dan bayinya, beberapa warga sipil lain dan gerilyawan Gaza.

Sementara empat orang warga Israel tewas akibat serangan roket Gaza.

Simak video pilihan berikut:

2 dari 3 halaman

Imbauan untuk Menahan Diri

Sebagian komunitas internasional, termasuk PBB, menyerukan agar kedua belah pihak menahan diri.

Laporan pada Minggu malam 5 Mei 2019 mengindikasikan bahwa PBB, Qatar dan Mesir berusaha untuk menengahi gencatan senjata.

Namun sebelumnya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan dia telah memerintahkan militer untuk "melanjutkan serangan besar-besaran pada elemen-elemen teror" di Gaza. Laporan media Israel menyebut bahwa pemerintah mengirim pasukan ke perbatasan Gaza - Israel.

Di sisi lain, kelompok gerilyawan Gaza juga telah menyerukan untuk meningkatkan intensitas serta jangkauan serangan ke wilayah Israel "hingga setidaknya 40 km dari perbatasan", The Times of Israel melaporkan.

Ketika bayang-bayang serangan masih menghantui, semua sekolah di Israel dalam jarak 40 kilometer dari jalur Gaza telah, ditutup dan beberapa tempat perlindungan dibuka untuk umum.

3 dari 3 halaman

Gelombang Konflik Terbaru

Serangan roket balasan Israel dimulai pukul 10:00 pagi waktu setempat pada Sabtu 4 Mei 2019, dan masih berlanjut sekitar 12 jam kemudian, kata Pasukan Pertahanan Israel (IDF), seperti dikutip dari BBC.

Beberapa rumah di bagian Israel yang berbatasan dengan Jalur Gaza telah dihantam roket. Banyak warga bergegas ke tempat perlindungan.

Yang terluka termasuk dua pria di Ashkelon, 10 km utara Gaza, dan seorang wanita tua di Kiryat Gat, timur jauh Gaza.

Sistem pertahanan rudal Iron Dome Israel menembak jatuh puluhan roket, kata Pasukan Pertahanan Israel (IDF).

Sebagai tanggapan IDF mengatakan telah melancarkan serangan udara dan artileri terhadap 120 fasilitas di Gaza milik Hamas, kelompok yang menguasai Jalur Gaza, dan terhadap kelompok-kelompok gerilyawan pro-Hamas, Islamic Jihad. Israel menyalahkan dua kelompok itu untuk serangan Sabtu.

Para pejabat Palestina mengatakan, seorang pria berusia 22 tahun tewas. Kantor berita Reuters, mengutip satu kelompok kecil pro-Hamas, mengatakan bahwa korban adalah salah satu anggota mereka.

Kematian lainnya termasuk kematian seorang perempuan berusia 37 tahun dan putrinya yang berusia 14 bulan yang tewas dalam serangan udara di timur Jalur Gaza, menurut pejabat Palestina.

Namun, Israel mempertanyakan apakah serangan udara telah membunuh ibu dan bayinya.

"Menurut indikasi, bayi dan ibunya meninggal sebagai akibat dari kegiatan teroris penyabot dari Palestina dan bukan sebagai akibat dari serangan Israel," kata pejabat IDF, Avichay Adraee, tanpa memberi rincian lebih lanjut.