Liputan6.com, Pyongyang - Korea Utara dilaporkan kembali melakukan uji coba rudal pertamanya dalam 18 bulan terakhir, pada Sabtu pagi, 4 Mei 2019. Negara ini diketahui meluncurkan senjata jarak pendek ke arah Samudra Pasifik.
Satelit pengamat Bumi yang dibangun oleh perusahaan Planet Labs di San Francisco, Dove, secara tak kebetulan sedang berada di atas Pyongyang ketika peluncuran itu dilakukan. Dove kemudian menangkap gambar asap yang ditinggalkan oleh rudal tersebut.
Baca Juga
Pendiri dan CEO Planet Labs, Will Marshall, mengatakan melalui akun Twitter pribadinya pada 5 Mei:
Advertisement
"Jejak tembakan rudal Korea Utara dari angkasa luar! Sangat tidak mungkin; tetapi jika kita mengambil> jutaan gambar/hari, kita akan mendapatkan satu dari satu juta tembakan!"
North Korean missile trail from space! Damn improbable; but if we take >million images/day we’ll get one in a million shots! Great work @ArmsControlWonk RT @ZcohenCNN: Exclusive: satellite image shows smoke trail of Friday rocket launch via @planetlabs https://t.co/61b8POxaAV pic.twitter.com/XXLo2W2yUB
— Will Marshall (@Will4Planet) 5 Mei 2019
Ukuran asli Dove yang berbentuk kubus, jauh lebih kecil dari sepotong roti. Tetapi wahana ini dapat menangkap citra dengan resolusi tinggi dari 10 hingga 16,5 kaki (3 hingga 5 meter) di atas permukaan tanah.
Planet Lab saat ini memiliki lebih dari 100 Dove yang beroperasi di orbit rendah Bumi.
Proyektil yang terkait dengan uji coba Korea Utara, melakukan perjalanan antara 44 mil dan 149 mil (70 hingga 240 kilometer) sebelum jatuh di Samudra Pasifik, menurut Live Science yang dikutip pada Selasa (7/5/2019), mengutip pejabat militer Korea Selatan.
Misil yang baru dites tersebut tampaknya didasarkan pada 9K720 Iskander milik Rusia, sebuah rudal balistik jarak dekat yang berpindah tempat (mobile).
Iskander dapat membawa senjata nuklir dan memiliki jangkauan sekitar 310 mil (500 km).
Rudal terakhir yang diuji oleh Korea Utara berasal dari jenis yang sangat berbeda.
Pada November 2017, negara itu meluncurkan rudal balistik antarbenua (ICBM) yang jatuh di Pasifik sekitar 620 mil (1.000 km) jauhnya, setelah 54 menit meluncur di udara.
Rincian penerbangan tersebut menunjukkan bahwa ICBM memiliki jangkauan lebih dari 8.100 mil (13.000 km), kata para ahli saat itu. Jika masalahnya demikian, maka rudal itu secara teoritis dapat mencapai Pantai Timur Amerika Serikat.
Komunitas internasional telah memberlakukan beberapa putaran sanksi terhadap Korea Utara atas penggarapan negara ini terhadap ICBM dan teknologi senjata nuklir lainnya.
Meski dalam pertemuan dengan para pejabat AS setelah uji coba November 2017 itu, Kim Jong-un menegaskan bahwa dia tidak akan pernah melakukan tes ICBM atau nuklir lagi.
Kekecewaan Kim Jong-un?
Bila gambar yang ditangkap oleh Dove adalah benar adanya, maka peluncuran rudal pada hari Sabtu tersebut dinilai tidak melanggar janji Kim Jong-un itu.
Meski tampaknya, kegiatan tersebut mengisyaratkan bahwa Kim tidak puas dengan hasil negosiasi yang dilakukan olehnya bersama Donald Trump di Hanoi, Vietnam, beberapa bulan lalu.
Ia mungkin juga sedang merencanakan tanda-tanda protes yang lebih dramatis, menurut para ahli.
"Ini adalah langkah yang cukup klasik dari Korea Utara untuk memulai dari sesuatu yang kecil dan meningkatkannya," ujar Jeffrey Lewis, direktur Program Nonproliferasi Asia Timur dari Middlebury Institute of International Studies di Monterey, California.
"Ini peringatan bahwa masih ada lagi (uji coba) yang lain," pungkasnya.
Advertisement
Kata Pejabat Korea Selatan
Kini pihak Korea Selatan dan Amerika Serikat masih menganalisis peluncuran rudal tersebut. Menurut keterangan resmi dari pemerintah Korea Selatan, rudal diluncurkan pada pukul 09.06 waktu setempat.
"Saat ini, militer kami telah mengintensifkan pengawasan dan kewaspadaan apabila ada peluncuran rudal tambahan," kata Kepala Staf Gabungan Korea Selatan dalam sebuah pernyataan.
Peluncuran rudal ini terjadi beberapa minggu setelah Korea Utara mengatakan bahwa pihaknya akan melakukan uji tembak senjata berpemandu taktis.
Dalam laporan Kantor Berita Korut (KCNA), pemimpin Kim Jong Un memuji uji coba itu sebagai "peristiwa bersejarah yang hebat dalam memperkuat kemampuan tempur tentara.”
Program rudal Korea Utara membuat langkah besar pada tahun 2017, di mana Pyongyang mengatakan telah berhasil menguji-coba tiga rudal balistik antarbenua.
Para ahli mengatakan Hwasong-15, yang diluncurkan pada akhir November, kemungkinan dapat tiba dan menghancurkan sebagian besar wilayah Amerika Serikat.
Proyektil yang ditembakkan pada hari ini tampaknya jauh lebih kecil. Namun kewaspadaan dari pihak Korea Selatan terus ditingkatkan.
Sebelumnya, dalam pertemuannya dengan Presiden Rusia, Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengatakan perdamaian dan keamanan di Semenanjung Korea tergantung dari sikap Amerika Serikat.
Dikutip dari laman EuroNews, pernyataan Kim Jong-un ini dipandang sebagai upaya menjaga tekanan pada AS terkait sanksi yang Korut terima.
Kim juga mengatakan, dirinya akan menunggu "sampai akhir tahun ini" agar Amerika Serikat berubah pikiran.