Sukses

Presiden Sri Lanka: Negeri Ceylon Sudah Aman, Turis Bisa Berwisata Kembali

Sebanyak 73 orang sudah ditangkap terkait teror bom di Sri Lanka pada Minggu Paskah 21 April 2019 lalu. Kini, Negeri Ceylon dinyatakan aman.

Liputan6.com, Kolombo - Presiden Sri Lanka mengatakan 99% tersangka pelaku serangan Minggu Paskah terhadap sejumlah gereja dan hotel telah ditangkap. Bahan-bahan peledak yang mereka miliki juga telah disita.

Presiden Sri Lanka Maithripala Sirisena mengungkapkan kepada Associated Press Selasa (7/5/2019) yang dikutip dari VOA Indonesia, turis kini aman berwisata di negara pulau di Samudera Hindia itu.

Lebih dari 250 orang tewas dalam serangkaian aksi pemboman bunuh diri terkoordinasi yang dilakukan para militan Sri Lanka terhadap gereja-gereja yang sedang merayakan Paskah, dan hotel-hotel mewah di ibu kota Kolombo, yang populer dengan turis-turis asing. Puluhan orang asing tewas dalam insiden itu.

Sirisena mengatakan, ia tidak diberitahu bahwa pemerintahnya sebetulnya telah mendapat informasi intelijen terkait serangan itu. Saat terjadi serangan, ia sedang dalam perjalanan pribadi ke Singapura.

Sekembalinya dari perjalanan itu, Presiden Sri Lanka tersebut menuntut pengunduran diri menteri pertahanan dan kepala dinas kepolisian negara itu.

 

2 dari 4 halaman

Terorisme Global

Sirisena mengatakan, aksi kekerasan itu bukan masalah spesifik bagi Sri Lanka melainkan terorisme global.

Pihak kepolisian Sri Lanka mengungkapkan, dua kelompok yang sebelumnya tidak begitu terkenal -- National Towheed Jamaath (NTJ) dan Jamathei Millathu Ibrahim (JMI) -- berkonspirasi melancarkan serangan tersebut. Sementara itu, ISIS telah mengklaim bertanggung jawab. 

Mereka juga menyatakan, Zahran Hashim, seorang ulama radikal dari bagian timur negara itu, kemungkinan memimpin serangan pada 21 April, dan merupakan salah satu dari sembilan bomber bunuh diri dalam serangan Minggu Paskah.

3 dari 4 halaman

73 Orang Ditangkap

Sebelumnya, kepala kepolisian Sri Lanka, Chandana Wickramaratne mengatakan semua tersangka yang terkait langsung dengan serangan bom Minggu Paskah telah ditangkap.

Dalam pernyataan pada Selasa 7 Mei 2019 itu, Wickramaratne menambahkan bahwa mereka yang tidak berhasil diamankan telah terbunuh.

Juru bicara kepolisian Sri Lanka Ruwan Gunasekera mengatakan pada Senin, 6 Mei 2019 bahwa jumlah tahanan sekitar 73 orang. Sembilan di antaranya adalah wanita sebagaimana dikutip dari Channel News Asia.

Adapun menurut Wickramaratne, pasukan keamanan juga telah menyita bahan pembuat bom yang dimaksudkan para militan akan digunakan di masa depan.

"Dua ahli bom kelompok militan itu telah terbunuh. Kami telah menyita bahan peledak yang mereka simpan untuk serangan di masa depan," kata Wickramaratne dalam pernyataan audio yang diedarkan oleh Kementerian Pertahanan.

Hingga saat ini pemerintah Sri Lanka masih meyakini bahwa kelompok militan lokal berada di balik serangan. Mereka adalah National Towheed Jamaath (NTJ) dan Jamathei Millathu Ibrahim (JMI). Sementara itu, ISIS telah mengklaim bertanggung jawab.

Wickramaratne yang ditunjuk sebagai kepala kepolisian pada pekan lalu juga menjelaskan bahwa kehidupan masyarakat berangsur normal. Jam malam saat ini telah dicabut.

4 dari 4 halaman

Sekolah Dibuka Kembali

Sementara itu, sekolah-sekolah di Sri Lanka telah diinstruksikan untuk kembali beroperasi seperti sedia kala mulai Senin, 6 Mei 2019. Institusi pendidikan menengah ke atas dibuka sejak kemarin, sedangkan tingkatan yang lebih rendah akan dimulai di kemudian hari tanpa penjelasan yang lebih rinci.

Meskipun sekolah telah dibuka kembali dengan dijaga ketat petugas keamanan, banyak orangtua masih cemas. Mereka menahan anak-anak untuk tetap berada di rumah, khawatir adanya serangan susulan. 

"Saya memutuskan untuk tidak mengirim putra saya ke sekolah hingga keadaan kembali normal," kata Sujeeva Dissanayake, salah seorang warga setempat. "Sampai kami yakin dengan situasi keamanan di luar, kami tidak akan mengirim anak ke sekolah."

Di sejumlah sekolah di Sri Lanka, ruang kelas hampir kosong. Sementara itu, sekolah swasta dan lembaga pendidikan Katolik tetap tutup.

Hal senada juga tampak di Royal College, sekolah negeri elite di Kolombo Sri Lanka. Area parkir yang biasa dipenuhi dengan mobil, praktis kosong.

Pejabat setempat mengatakan hanya sekitar 5 persen dari 6.000 siswa yang kembali belajar di sekolah pada Senin.