Liputan6.com, Jakarta - Tahukah Anda, sebuah gempa bumi besar pernah terjadi pada 1969 silam di lepas pantai Portugal. Lindu itu menyebabkan tsunami yang menewaskan puluhan orang. Sekitar 200 tahun sebelum kejadian itu, guncangan lebih besar juga terjadi di area yang sama. Saat itu, 100.000 orang tewas dan Kota Lisbon rusak parah.
Para ahli gempa bumi dibuat bingung. Mengingat, getaran-getaran itu terjadi pada dasar laut yang relatif datar, serta jauh dari zona patahan atau keretakan lempeng bumi.
Advertisement
Baca Juga
Maka muncul sebuah gagasan bahwa lempeng bumi tektonik terkelupas menjadi dua lapisan. Mengutip laman Live Science pada Rabu (8/5/2019), lapisan bawah terbentuk karena adanya pengelupasan di lapisan atas. Sebuah fenomena yang belum pernah diteliti sebelumnya.
Pada April 2019, sekelompok ilmuwan melaporkan hal itu di muka European Geosciences Union General Assembly, Wina Austria. Menurut mereka, pengelupasan lempeng bumi yang dimaksud dapat menciptakan zona subduksi baru, yakni area di mana satu lempeng tektonik menabrak di bawah yang lain.
Bagaimana Pengelupasan Terjadi?
Menurut sebuah artikel di National Geographic, pengelupasan kemungkinan terjadi karena didorong oleh lapisan penyerap air yang terletak di tengah lempeng tektonik.
Lapisan itu, kemungkinan telah mengalami proses geologis yang disebut serpentinisasi. Istilah yang dimaksud adalah suatu kondisi di mana air yang merembes melalui celah menyebabkan lapisan berubah menjadi mineral hijau yang lunak. Lapisan baru ini mungkin memiliki kelemahan tersendiri, yakni tidak bisa mengelupas dari lapisan atas.
Kelompok ilmuwan ini bukanlah yang pertama datang dengan gagasan pengelupasan lempeng. Namun, mereka adalah yang pertama meneliti dengan sukses memberikan cukup banyak data.
Para ilmuwan telah mencoba hipotesis mereka dengan model dua dimensi dan hasil awal menunjukkan konsep mereka sangat mungkin terjadi.
Advertisement
Kutub Magnet Utara Bumi Bergerak
Sementara itu, medan magnet Bumi dilaporkan sedang berperilaku aneh. Dalam beberapa bulan terakhir, para ilmuwan menemukan kutub utara magnet bergerak lebih cepat dari yang biasanya, melaju jauh dari Arktik Kanada dan menuju Siberia.
Perubahan lokasi tersebut terjadi sangat signifikan, sehingga para ahli harus mengeluarkan pembaruan tidak terjadwal untuk World Magnetic Model --representasi skala besar dari medan magnet Bumi-- yang digunakan secara luas dalam sistem navigasi di seluruh dunia.
Meski demikian, para peneliti belum bisa menyimpulkan penyebab dari perubahan tak terduga ini, meskipun beberapa dari mereka menyatakan bahwa hal tersebut bisa berkaitan dengan 'sentakan geomagnetik', yaitu sebuah fenomena yang ditemukan pada tahun 1970-an, di mana medan magnet Bumi berakselerasi secara tiba-tiba dengan interval acak.
Dari temuan baru tersebut, sejumlah ahli mengatakan bahwa kedua medan magnet Bumi akan terbalik dengan segera, yang berarti kutub magnet utara dan kutub magnet selatan akan bertukar posisi.
Jarak waktu dari pembalikan tersebut dikatakan tidak teratur, tetapi umumnya terjadi beberapa kali setiap juta tahun. Untuk kejadian saat ini, diperkirakan bahwa Bumi mengalami keterlambatan.
Dalam wawancara via surat elektrronik bersama Newsweek yang dikutip pada Senin (6/5/2019), Phil Livermore yang merupakan Associate Professor geofisika di University of Leeds, Inggris, membeberkan tentang apa yang sebenarnya terjadi dengan medan magnet Bumi. Berikut selengkapnya.