Sukses

Beragam Spesies Ikan Tropis Serbu Perairan Selandia Baru, Ada Anomali Apa?

Banyak spesies ikan tropis dilaporkan berada di perairan Selandia Baru. Ada apa?

Liputan6.com, Wellington - Suhu laut yang meningkat telah dipersalahkan atas semakin banyaknya ikan tropis yang berenang ribuan kilometer ke perairan Selandia Baru. Hal itu mengancam kelangsungan hidup spesies asli, yang rentan bersaing mendapatkan sumber daya.

Dikutip dari The Guardian pada Kamis (9/5/2019), para ilmuwan mengidentifikasi semakin banyak spesies, yang mereka sebut vagrant atau pengembara, terlihat di lautan Selandia Baru. Menurut mereka, kunjungan yang panjang itu meningkatkan kekhawatiran tentang bagaimana satwa liar asli setempat akan beradaptasi.

Menurut Departemen Konservasi setempat, spesies pengembara itu adalah mereka yang ditemukan "secara tak terduga di Selandia Baru", dan keberadaannya secara alami bersifat sementara, atau bermigrasi kurang dari 15 jenis per tahunnya.

Irene Middleton, seorang ahli ekologi kelautan dari Massey University, telah memulai sebuah situs web bagi penduduk Selandia Baru untuk melaporkan semua penampakan spesies yang tidak biasa di lautan.

Hal itu dilakukan oleh Middleton ketika ia mencatat kenaikan jumlah hewan laut yang berenang dan berkembang biak di Selandia Baru, di mana jauh dari perairan tradisional mereka.

Dari catatannya itu, Middleton menemukan bahwa beberapa spesies ikan pengembara itu berenang dari perairan sangat jauh, seperti Kaledonia Baru, Filipina, dan Jepang, di mana berjarak rata-rata hampir 10.000 kilometer jauhnya.

2 dari 3 halaman

Pola Lama Telah Berubah

Pemanasan suhu lautan dan sumber makanan yang menggelembung adalah dua alasan utama mengapa ikan tropis bisa menemukan perairan yang lebih ramah di Selandia Baru.

Dalam laporan ilmiah yang dimuat di jurnal What's That Fish NZ, Middleton telah mencatat penampakan ikan damselfish, wrasse dan triggerfish, yang seluruhnya tidak ada secara tradisional di laut Selandia Baru yang dingin.

Kementerian Industri Primer telah diberikan akses ke data untuk melacak tingkat ancaman dan potensi risiko biosekuriti. Sejauh ini, lebih dari selusin spesies ikan pengembara telah diidentifikasi di perairan Selandia Baru.

Meskipun tidak biasa bagi spesies ikan pengembara muda muncul di bulan-bulan hangat, mereka biasanya menghilang ketika suhu turun, kata Middleton.

Tetapi data awal menunjukkan bahwa pola lama telah berubah.

Pada tahun 2018, ikan tropis langka dari Australia seperti ikan kerapu raksasa terlihat di perairan Selandia Baru, setelah gelombang panas laut menarik makhluk itu lebih dari 3.000 kilometer melintasi laut Tasman.

Suhu laut yang lebih hangat juga menjadi penyebab datangnya ubur-ubur massal dalam beberapa tahun terakhir, di pantai-pantai dari Nelson di Pulau Selatan hingga Whangarei di ujung Pulau Utara.

3 dari 3 halaman

Tidak Terbatas pada Ikan

Meningkatnya prevalensi spesies jenis pengembara ternyata tidak terbatas pada ikan.

Ahli biologi Cetacea, Dr Krista Hupman, dari Pusat Nasional Atmosfer dan Iklim Selandia Baru mengatakan, bahwa Leopard seal atau dikenal sebagai anjing laut tutul --awalnya dari Antartika-- sekarang sangat umum terlihat di perairan Selandia Baru, sehingga mereka harus diklasifikasikan sebagai "spesies lokal".

"Anjing laut tutul dikenal sebagai spesies pengembara, yang berarti Selandia Baru berada di luar jangkauan jelajah normal mereka. Tetapi meskipun berasal dari Antartika, jumlah mereka terus meningkat di sini," kata Hupman.

Hupman mengatakan timnya masih dalam tahap awal mengeksplorasi mengapa anjing laut tutul melakukan perjalanan ke utara dalam jumlah yang lebih besar.

"Mereka telah ditemukan di sini untuk waktu yang lama, tetapi kenyataannya kita tidak tahu mengapa kita melihat angka yang lebih besar sekarang, ada banyak faktor yang harus diselidiki," lanjutnya prihatin.

Menurut Departemen Konservasi, yang bertanggung jawab untuk mereklasifikasi spesies hewan di Selandia Baru, terdapat enam spesies burung pengembara baru ditambahkan. Binatang itu tercatat pada penilaian yang dilakukan antara tahun 2012 dan 2016.

Lembaga tersebut mengatakan dua mantan spesies pengembara di atas diketahui mulai berkembang biak di Selandia Baru, yakni bebek unggas wood duck Australia dan burung glossy ibis.