Sukses

Pantai Populer Thailand dari Film The Beach Akan Ditutup Hingga 2021

Sebuah pantai populer di Thailand, yang menjadi lokasi syuting film The Beach, resmi ditutup hingga 2021 mendatang.

Liputan6.com, Bangkok - Sebuah teluk wisata di Thailand, yang populer berkat kemunculannya dalam film The Beach, akan ditutup penuh hingga 2021 mendatang.

Teluk Maya, di pulau Phi Phi Leh, ditutup sementara tahun lalu setelah kenaikan tajam jumlah pengunjung memicu kerusakan lingkungan, demikian sebagaimana dikutip dari BBC pada Jumat (10/5/2019).

Sebelum resmi ditutup, teluk pantai berpasir putih dengan kepungan batu karang raksasa itu dikunjungi oleh 5.000 wisatawan setiap harinya.

Pihak berwenang Thailand kini telah memperpanjang larangan kunjungan selama dua tahun, guna memberikan lebih banyak waktu bagi ekosistem Teluk Maya untuk pulih.

Pantai berpenampilan dramatis ini mulai meningkat popularitasnya tatkala dijadikan latar syuting film The Beach pada tahun 2000 silam.

Kepopuleran lokasi ini juga disebut sebagai pendorong semakin diminatinya destinasi wisata Thailand selatan di kalangan pelancong asing, termasuk kian menaikkan pamor Phuket sebagai hub turisme di Negeri Gajah Putih.

Film yang dibintangi oleh aktor Leonardo DiCaprio itu meraih sukses besar, dan masuk ke dalam jajaran box office dengan total pemasukan mencapai US$ 144,1 juta, atau sekitar Rp 2,06 triliun.

 

2 dari 3 halaman

Menuai Pro dan Kontra

Sejak ditutupnya Teluk Maya, otoritas lingkungan setempat melaporkan bahwa hiu karang sirip hitam mulai terlihat kembali berenang di perairan setempat, setelah sempat menghilang selama lebih dari satu dekade.

Prof Thon Thamrongnawasawat, yang merekomendasikan usulan penutupan Teluk Maya kepada departemen taman nasional Thailand, mengatakan kepada BBC pada Januari lalu, bahwa ketika taman itu dibuka kembali, jumlah pengunjung akan dibatasi dan kapal akan dilarang berlabuh di perairan teluk.

Namun, kebijakan itu mendapat protes dari banyak operator wisata, yang mengaku pptensi pendapatannya terancam berkurang.

Kepala asosiasi pariwisata setempat, Wattana Rerngsamut, mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa harus ada audiensi publik, "sehingga masyarakat lokal dapat mencari sumber pendapatan alternatif".

3 dari 3 halaman

Kebijakan Serupa Pernah Diterapkan Filipina

Kebijakan serupa juga pernah diterapkan oleh pemerintah Filipina terhadap pulau wisata Boracay, yang sempat ditutup selama enam bulan untuk perawatan menyeluruh, sebelum kembali dibuka pada 28 Oktober 2018.

Setelahnya, hanya 6.405 wisatawan yang diizinkan untuk memasuki pulau dan menikmati suguhan wisata pantai setiap harinya.

Aturan tersebut disampaikan oleh pihak Istana Malacañang pada Rabu 12 September, mengadopsi rekomendasi dari komite antar lembaga.

Gugus Tugas Antar Lembaga Boracay telah menilai bahwa resor pantai yang terkenal di dunia itu, dengan luas 1.032 hektar, hanya dapat menampung hingga maksimum 19.215 orang, termasuk 6.405 turis, setiap harinya.

"Ada kelebihan populasi mengancam di pulau Boracay," kata juru bicara kepresidenan Harry Roque, sebagaimana dikutip dari Asia One.

Dia juga mengklaim bahwa beberapa temuan lain menjadikan Boracay serupa dengan 'septic tank'.

"Ada beban berlebih di hotel, ketika kamar-kamarnya tidak mampu cukup banyak menampung lonjakan turis. Selain itu, masalah limbah pun semakin krusial karena pengelolaannya tidak seimbang dengan beban yang diterima," lanjutnya menjelaskan.