Sukses

Serangan Udara AS Tewaskan 13 Militan ISIS di Somalia

Militer AS mengatakan 13 militan ISIS telah tewas dalam serangan udara di Somalia.

Liputan6.com, Washington DC - Sebuah pernyataan dari militer Amerika Serikat mengatakan, 13 anggota ISIS tewas dalam serangan udara AS di Somalia.

Serangan terhadap kelompok teroris itu berlangsung di Pegunungan Golis, menurut Komando Afrika Amerika (AFRICOM) pada Kamis 9 Mei 2019 malam waktu setempat.

Melansir laman VOA Indonesia, tidak ada warga sipil yang cedera atau tewas akibat serangan udara tersebut.

Serangan lain yang diluncurkan Amerika baru-baru ini telah menewaskan tiga pemberontak ISIS di Somalia.

AFRICOM mengemukakan pada April lalu bahwa serangan itu telah menewaskan Abdulhakim Dhuqub, pemimpin ISIS di negeri itu.

ISIS sendiri bukan satu-satunya kelompok teroris di Somalia. Kelompok al-Shabab yang terkait dengan al-Qaeda lebih banyak jumlahnya di Somalia dibanding kelompok teroris transnasional yang disebut sebelumnya.

2 dari 3 halaman

ISIS Bangkit di Libya?

Sementara itu, setidaknya sembilan tentara tewas dalam serangan yang diklaim oleh ISIS di Libya, yang menargetkan pasukan loyalis komandan pemberontak Jenderal Khalifa Haftar, kata para pejabat.

Militan ISIS, "yang didukung oleh kelompok-kelompok kriminal dan tentara bayaran", meluncurkan serangan fajar di sebuah kamp pelatihan militer di kota Sebha selatan pada Sabtu 4 Mei 2019, kata Walikota Hamed al-Khayali kepada AFP.

"Serangan itu menewaskan sembilan orang ... beberapa di antaranya tewas dengan luka sayat di tenggorokan dan yang lainnya ditembak mati," katanya.

Seorang juru bicara untuk Pusat Medis Sebha mengonfirmasi telah menerima sembilan jasad.

ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan itu dalam sebuah pernyataan yang disebarkan melalui media sosial, dengan mengatakan pihaknya menargetkan "milisi sesat Haftar" dan membebaskan para tahanan yang ditahan di pangkalan itu.

Sebha - seperti halnya sebagian besar wilayah selatan dan ladang minyaknya - dikendalikan oleh Tentara Nasional Libya (LNA) yang setia kepada Jenderal Haftar, dan berada 650 km di selatan ibu kota Libya, Tripoli.

Ibu kota sedang diperebutkan antara pasukan Jenderal Haftar melawan militer loyalis pemerintah Libya yang diakui PBB --Government of National Accord (GNA).

Namun, kampanye militer tersebut belum berhasil menembus pertahanan selatan ibu kota.

3 dari 3 halaman

Haftar Akan Bendung Munculnya ISIS?

Dalam sebuah pernyataan, pemerintah Libya yang diakui PBB (GNA) yang berbasis di Tripoli mengatakan, Haftar memikul "tanggung jawab langsung untuk munculnya kembali ISIS dari kegiatan terorisnya."

"Sejak serangan terhadap Tripoli, kami telah memperingatkan bahwa satu-satunya pihak yang diuntungkan ... adalah kelompok-kelompok teroris dan bahwa apa yang terjadi akan menawarkan mereka lahan subur untuk memulai kembali kegiatan mereka."

Sementara itu misi PBB di Libya, UNSMIL, mengatakan di Twitter bahwa pihaknya "sangat mengutuk serangan teroris di Sebha, yang diklaim oleh (ISIS) dan mengakibatkan sejumlah korban Libya".

"Pelaku, pengatur, pemodal, dan sponsor kegiatan teroris harus diadili," tambah UNSMIL.

Dalam beberapa bulan terakhir, pejuang ISIS telah melakukan beberapa serangan sporadis di Libya selatan. Kelompok bersenjata mundur ke selatan setelah kehilangan bentengnya di pusat kota Sirte pada Desember 2016.