Liputan6.com, Kabul - Seorang mantan jurnalis yang bekerja untuk parlemen Afghanistan ditembak dan dibunuh di Kabul pada hari Sabtu 11 Mei 2019, kata seorang pejabat, dalam serangan terbaru yang mengguncang ibu kota.
Mena Mangal dikenal di kalangan Kabul karena karyanya yang menyajikan pertunjukan di beberapa jaringan televisi, sebelum ia meninggalkan jurnalisme untuk menjadi penasihat budaya di parlemen.
Advertisement
Baca Juga
Menurut Juru Bicara Kementerian Dalam Negeri Afghanistan Nasrat Rahimi, Mangal ditembak mati di Kabul timur di siang hari bolong, 11 Mei 2019, demikian seperti dilansir NDTV, Minggu (12/5/2019).
Penyelidikan sedang dilakukan, kata Rahimi, tetapi ia tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Disgusted by the silence of the young females with voices & platforms. They seem to care about advancing their image or organization. Honor & gallantry has been asleep with our men, now the silence of our women will kill the possible strength of our sisterhood. #Afghanistan https://t.co/Ewd3Vh2P4h
— Mariam Wardak (@MaroWardak) May 11, 2019
Tidak ada yang langsung mengklaim bertanggungjawab atas kematian Mangal, dan tidak segera diketahui mengapa ia menjadi sasaran.
Namun, aktivis hak-hak perempuan Afghanistan terkemuka Wazhma Frogh mengatakan, Mangal baru-baru ini menulis di media sosial bahwa dia merasa hidupnya terancam.
Sementara dalam video penuh air mata yang diposting di Twitter, ibu Mangal menyebut sekelompok pria sebagai tersangka pembunuh, mengklaim bahwa mereka sebelumnya telah menculik putrinya. Kelompok itu ditangkap karena penculikan itu, katanya, tetapi kemudian menyuap untuk keluar dari penahanan.
Simak Video Pilihan Berikut:
Kejahatan Memburuk di Afghanistan
Kejahatan di Kabul semakin memburuk dalam beberapa tahun terakhir, menambah banyak tekanan bagi penduduk di kota di mana serangan teroris sering terjadi.
Sementara itu, nasib perempuan di Afghanistan telah menjadi fokus dalam beberapa bulan terakhir, karena banyak orang di negara yang dilanda perang khawatir bahwa hak-hak yang diperoleh dengan susah payah untuk perempuan akan hilang jika AS membuat perjanjian damai dengan Taliban.
Selama dua dekade terakhir perang di Afghanistan telah terjadi banyak serangan dan pembunuhan terhadap perempuan di posisi publik, termasuk polisi wanita dan politisi, pendidik, pelajar dan jurnalis. Beberapa telah dijadikan sasaran oleh para pemberontak yang keberatan dengan perempuan yang memiliki peran vital dalam kehidupan publik, sementara yang lain telah diserang oleh kerabat atau anggota komunitas mereka sendiri yang konservatif.
Meskipun ada kemajuan sejak penggulingan Taliban dari pemerintahan pada tahun 2001, perempuan di Afghanistan masih sering terpinggirkan.
Afghanistan juga merupakan tempat paling mematikan di dunia bagi para jurnalis, yang menghadapi banyak risiko meliput konflik dan yang kadang-kadang menjadi sasaran karena melakukan pekerjaan mereka.
Advertisement