Sukses

KBRI Cek Status WNI yang Ditangkap di Malaysia Atas Dugaan Terorisme

Indonesia meminta akses kekonsuleran kepada Malaysia untuk mengecek status terduga WNI yang ditangkap atas tuduhan merencanakan serangan teror di Negeri Jiran.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Indonesia menyatakan telah meminta akses kekonsuleran kepada Malaysia untuk mengecek status terduga WNI yang ditangkap kepolisian setempat atas tuduhan merencanakan serangan teror di Negeri Jiran.

"PDRM (Polisi Diraja Malaysia) telah mengeluarkan rilis mengenai penangkapan 4 orang terduga radikalisme/terorisme. Dari keempat orang tersebut, terdapat seorang yang diduga WNI," jelas Direktorat Perlindungan WNI - Kemlu RI dalam keterangan pers pada Selasa (14/5/2019).

"KBRI Kuala Lumpur telah meminta akses kekonsuleran kepada PDRM untuk memverifikasi dokumen dan kewarganegaraan terduga WNI yang dimaksud," lanjut pernyataan itu.

Penangkapan Pekan Lalu

Empat pria telah ditangkap oleh polisi Malaysia pada akhir pekan lalu karena merencanakan pembunuhan dan serangan teror skala besar di Lembah Klang.

Inspektur Jenderal Polisi Malaysia, Abdul Hamid Bador mengatakan, keempatnya telah mengaku sebagai "sel teroris" terafiliasi ISIS dan sedang bersiap untuk menyerang pada pekan pertama Ramadan untuk membalas kematian pemadam kebakaran Muhammad Adib Mohd Kassim, yang teribat kerusuhan antar agama beberapa waktu lalu. 

"Mereka berencana untuk membunuh orang-orang terkenal yang mereka tuduh tidak mendukung Islam atau menghina Islam," kata Bador seperti dilansir Channel News Asia, Senin 13 Mei. 

"Selain itu, mereka juga merencanakan serangan besar-besaran terhadap tempat-tempat ibadah Kristen, Hindu dan Budha serta pusat-pusat hiburan di Lembah Klang," katanya kepada wartawan di markas polisi di Bukit Aman.

Muhammad Adib meninggal pada 17 Desember 2018 setelah terluka parah di tengah kekacauan di Kuil Sri Maha Mariamman Seafield di Selangor, tempat kerusuhan meletus terkait relokasi kuil.

Pemeriksaan atas kematiannya sedang berlangsung.Muhammad Adib meninggal pada 17 Desember 2018 setelah terluka parah di tengah kekacauan di Kuil Sri Maha Mariamman Seafield di Selangor, tempat kerusuhan meletus terkait relokasi kuil.

Pemeriksaan atas kematiannya sedang dilaksanakan oleh kepolisian Malaysia.

Simak Video Pilihan Berikut:

2 dari 2 halaman

Ada Terduga Pelaku Asing

Terkait rencana serangan teror yang gagal, Inspektur Jenderal PDRM Abdul Hamid Bador mengatakan para tersangka adalah: seorang Malaysia, dua Rohingya dan seorang Indonesia - ditangkap di Terengganu dan Lembah Klang antara 5 Mei dan 7 Mei 2019.

Pemimpin sel teroris adalah seorang pekerja konstruksi Malaysia berusia 34 tahun. Dia ditangkap di Kuala Berang, Terengganu, pada 5 Mei 2019

Selama penangkapannya, polisi menyita satu pistol dan 15 peluru, bersama dengan enam alat peledak rakitan (IED), masing-masing berukuran setidaknya 18 cm, kata kepolisian.

Salah satu pria Rohingya, seorang pelayan berusia 20 tahun, memiliki status pengungsi, tambahnya. Dia dijemput pada 7 Mei.

"Dia mengaku mendukung kelompok Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA), dan telah merencanakan untuk menyerang Kedutaan Besar Myanmar di Kuala Lumpur dan melanjutkan jihadnya di Rakhine," kata Abdul Hamid.

Seorang Indonesia ditangkap di Subang Jaya, sedangkan penangkapan terakhir yang melibatkan seorang Rohingya lainnya terjadi di Jalan Klang Tua, keduanya pada 7 Mei 2019.

Inspektur Jenderal Abdul Hamid mengatakan, Kepolisian Malaysia masih melacak tiga anggota sel teror lainnya.