Liputan6.com, Washington DC - Amerika Serikat telah menghentikan semua penerbangan komersial yang melayani rute Negeri Paman Sam itu dan Venezuela.
Menteri Perhubungan AS Elaine Chao mengatakan, dia bersama menteri luar negeri dan menteri keamanan dalam negeri telah memutuskan bahwa kondisi di Venezuela mengancam keselamatan atau keamanan penumpang, pesawat terbang, dan kru pesawat.
Advertisement
Baca Juga
Melansir VOA Indonesia pada Kamis (16/5/2019), terdapat banyak perusahaan penerbangan internasional termasuk AS yang sudah berhenti terbang dari dan menuju Venezuela. Hal itu disebabkan oleh kekacauan politik yang sedang berlangsung di sana.
Pemimpin oposisi yang sudah mendeklarasikan diri sebagai presiden, Juan Guaido, sedang memimpin pemberontakan nasional terhadap Presiden Nicolas Maduro. Menurut Guaido dia menang dalam pemilihan yang curang.
Tetapi Maduro masih punya dukungan dari militer, yang menentukan dalam mempertahankan kekuasaan.
Saat ini, Amerika Serikat dan sekitar 50 negara lainnya telah mengakui Guaido sebagai Presiden Venezuela.
Oposisi Venezuela Minta Bantuan Militer AS
Sementara itu, pemimpin oposisi Venezuela Juan Guaido mengatakan kepada para pendukungnya, pada Sabtu 11 Mei 2019, dalam sebuah rapat umum di Caracas bahwa dia telah memerintahkan duta besarnya di Amerika Serikat untuk mengontak militer AS agar menekan Presiden Nicolas Maduro supaya mundur dari jabatannya.
Guaido berbicara kepada massa di Alfredo Sadel Plaza di Las Mercedes, sebuah distrik komersial di Caracas.
Dia berbicara sehari setelah sebuah pengadilan Venezuela, pada pekan lalu memerintahkan Edgar Zambrano, wakil presiden Dewan Nasional yang dikendalikan oposisi, agar ditahan di sebuah fasilitas militer setelah ditangkap awal pekan ini. Zambrano dan sembilan pemimpin oposisi lainnya sedang diselidiki terkait gagalnya pemberontakan militer.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo telah menyerukan agar Zambrano segera dibebaskan, mengatakan penangkapannya "adalah sebuah serangan terhadap kemandirian cabang legislatif yang terpilih secara demokratis di negara itu."
AS dan sekitar 50 negara lain mendukung pemimpin oposisi Venezuela Juan Guaido, yang menyatakan diri sebagai presiden sementara pada Januari, berdasarkan klaim pemilu 2018 yang memenangkan Maduro tidak sah.
Maduro telah menyebut Guaido sebagai boneka AS. Sementara sang pemimpin oposisi menuduh Maduro berkuasa dengan dukungan Kuba, Rusia dan China.
Advertisement
Situasi Semakin Memanas
Pertikaian politik dalam negeri Venezuela terus memanas, dengan Juan Guaido menuding rezim Nicolas Maduro telah menculik wakil ketua Majelis Nasional negara itu.
Dalam twitnya, sebagaimana dikutip dari The Guardian pada Kamis 9 Mei, Guaido menyebut bahwa pihak berwenang di bawah perintah rezim Maduro telah "menarik paksa" wakil pemimpin parlemen yang dikontrol oposisi.
"Mereka (rezim Maduro) berusaha memecah lembaga yang mewakili seluruh rakyat Venezuela, tetapi mereka akan tidak mencapainya," twit Guaido memperingatkan.
Beberapa waktu sebelum kicauan Guaido, Zambrano sempat mengetwit bahwa beberapa agen dari Sebin --badan intelijen Venezuela-- berusaha menarik keluar dia dari kendaran yang sedang ditumpanginya.
Zambrano menambahkan bahwa para agen Sebin datang menghadang dengan sebuah truk derek.
Tidak ada lanjutan twit dari Zambrano setelahnya, di mana hal itu menurut Guaido, menjadi bukti bahwa sang wakil ketua Majelis Nasional Venezuela "ditarik paksa untuk alasan tertentu yang dirahasiakan".
Oleh beberapa pihak, Zambrano diyakini telah dibawa ke markas Sebin di ibu kota Venezuela, Caracas.