Sukses

Protes Pemotongan Anggaran Pendidikan, Guru dan Murid di Brasil Demo

Guru, siswa, dan akademisi beramai-ramai turun ke jalan di Brasil untuk memprotes pemotongan anggaran di sektor pendidikan.

Liputan6.com, Rio de Janeiro - Puluhan ribu siswa, guru, dan peneliti di seluruh Brasil turun ke jalanan pada Rabu, 15 Mei 2019, untuk memprotes pemotongan anggaran di sektor pendidikan dan pengeluaran yang dibekukan oleh pemerintah.

National Student Union adalah pihak yang menggagas demonstrasi tersebut, setelah Departemen Pendidikan Brasil mengatakan pihaknya membekukan hampir seperempat dari pengeluaran diskresi (kebebasan mengambil keputusan sendiri dalam setiap situasi yang dihadapi) karena pembatasan anggaran di seluruh layanan publik akibat krisis keuangan yang kini didera oleh Negeri Samba.

Tetapi para pengunjuk rasa menuding Presiden Jair Bolsonaro telah melakukan serangan ideologis terhadap dunia pendidikan, dan menggunakan dana dari pemotongan anggaran tersebut untuk menekan anggota Kongres agar mau menyetujui reformasi pensiun.

"Protes ini menentang apa yang terjadi di dalam Kementerian Pendidikan," tegas Celso Napolitano, presiden Federasi Guru Sao Paulo (FEPESP), dikutip dari Al Jazeera, Kamis (16/5/2019).

"Pemotongan yang dilakukan terhadap universitas federal menunjukkan musnahhnya produksi karya ilmiah di Brasil," lanjutnya.

Sementara itu, demonstrasi besar-besaran ini dilaksanakan di 27 kota di seluruh Brasil. Di media sosial seperti Twitter dan Instagram, tanda pagar (tagar) "education tsunami" menjadi topik tren.

2 dari 3 halaman

Edukasi Adalah 'Senjata'

Di Sao Paulo, ribuan pengunjuk rasa menduduki pusat kota selama berjam-jam, meneriakkan "Bolsonaro out!", dan memegang spanduk bertuliskan "my weapon is my education" (senjata saya adalah pendidikan).

Marcus Vinicius, pria berumur 19 tahun, adalah salah satu demonstran dari sekelompok besar mahasiswa dari University of Sao Paulo --salah satu kampus paling bergengsi di Brasil.

"Menteri mengatakan, kami hanya berpesta, maka saya ingin mengundangnya untuk datang ke sekolah kami dan melihat apa yang kami hasilkan setiap hari," ujar Vinicius kepada Al Jazeera, merujuk pada pernyataan Menteri Pendidikan yang berbunyi bahwa internal universitas kondisinya amburadul.

Vinicius dari jurusan manajemen publik, menekankan tempat dia mengenyam ilmu telah banyak melakukan sejumlah penelitian, terutama untuk pasca sarjana.

Dalam sidang kongres tentang keputusan Kementarian Pendidikan, Abraham Weintraub (Menteri Pendidikan) menyampaikan, "Tidak ada pemotongan, hanya kontinjensi (suatu keadaan yang masih diliputi oleh ketidakpastian mengenai kemungkinan diperolehnya laba atau rugi oleh suatu lembaga, yang baru akan terselesaikan dengan terjadi atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa di masa yang akan datang)."

Dia menambahkan, itu adalah bagian dari rencana penghematan pemerintah dan semua dana dapat dipulihkan jika ekonomi di Brasil tumbuh.

Di sisi lain, politisi oposisi menuduh Weintraub dan pemerintahan Bolsonaro memanfaatkan dana dari pemotongan anggaran pendidikan untuk memajukan agenda mereka.

Di Brasil, anggaran untuk universitas dibagi menjadi dua, yaitu pengeluaran wajib dan pengeluaran "bebas".

Pengeluaran wajib meliputi gaji para pengajar (guru, dosen, dan ilmuwan) dan dana pensiun yang tidak dapat dikurangi oleh pemerintah.

Sedangkan pengeluaran "bebas" mencakup tagihan air, listrik, dan rusun untuk mahasiswa asing atau pekerjaan pemeliharaan gedung (seperti kampus, laboratorium, dan sebagainya).

Pemotongan yang baru-baru ini diumumkan akan memangkas 30 persen dana ke biaya pengeluara diskresioner (biaya yang dapat dinaikkan dan diturunkan sesuai dengan keputusan manajemen). Ini mewakili potongan sekitar US$ 1,8 miliar atau 3,4 persen dari total anggaran tahunan untuk universitas, menurut Kementerian Pendidikan.

 

 

3 dari 3 halaman

Pengurangan Beasiswa

Pendanaan untuk universitas federal telah mengalami penurunan yang stabil selama bertahun-tahun. Sebuah laporan oleh saluran berita G1, menggunakan data pemerintah, mengungkapkan bahwa lebih dari 90 persen dari semua universitas federal di Brasil mengalami pengurangan anggaran sejak 2013.

Studi tersebut menemukan penurunan pendanaan mencapai rata-rata 28 persen, meskipun pendaftaran siswa meningkat, yaitu naik 10 persen.

Investasi dalam pendidikan telah menjadi perdebatan konstan di Brasil. Di media sosial, banyak beredar poster-poster yang menggambarkan bagaimana sekolah tanpa cahaya, sekolah yang atapnya berlubang atau sekolah yang dindingnya nyaris roboh.

Bagi banyak orang, pemotongan anggaran yang diumumkan oleh Kementerian Pendidikan akan memperburuk sistem pendidikan yang sudah payah sebelumnya.

Jair Bolsonaro dan banyak menterinya mengkritik para mahasiswa dan pihak kampus (universitas negeri), bahwa mereka kerap menggunakan narkoba dan pesta narkoba, alih-alih belajar.

Awal bulan ini, dalam siaran langsung di laman Facebook-nya, Bolsonaro menegaskan bahwa pemotongan anggaran dari universitas federal akan diinvestasikan kembali dalam pendidikan dasar.

Ketika ribuan orang turun ke jalan-jalan di seluruh negeri, Bolsonaro tiba di Dallas, Texas, untuk menghadiri sebuah acara. Berbicara di hadapan para wartawan di bandara Dallas, Bolsonaro menyebut: "Mereka yang memprotes adalah orang-orang bodoh dan tak berguna. Sebagian besar merupakan militan."

Selain itu, rencana ekstrem pemerintah Brasil juga termasuk membekukan 3.500 beasiswa pascasarjana di seluruh negeri, yang mewakili investasi sebesar US$ 12,5 juta.

Seorang perwakilan dari Kementerian Pendidikan untuk urusan studi pascasarjana (CAPES) menyampikan kepada Al Jazeera, "Anggaran itu tidak akan diinvestasikan kembali di tempat lain, tetapi jika ekonomi pulih, maka seluruh beasiswa akan dikembalikan."

Hingga kondisi perekonomian Brasil belum stabil, maka tidak ada beasiswa baru yang ditawarkan.