Liputan6.com, Jakarta - Pada hari Sabtu hingga Minggu, 18 sampai 19 Mei 2019, Blue Moon atau Bulan Biru terakhir untuk tahun ini akan menghiasi langit malam Bumi. Namun Bulan telah mencapai puncak kecerahannya pada sekitar pukul 22.21 BST (04.21 WIB).
Bulan purnama ini juga dikenal sebagai May Flower Moon, yang merupakan nama bagi Bulan purnama yang muncul setiap Mei.
Lalu, apa itu Blue Moon?
Advertisement
Istilah "once in a Blue Moon" sering digunakan untuk menggambarkan peristiwa atau kejadian langka, dan hal tersebut mirip dengan Bulan yang ada di langit pada malam ini.
Ada dua definisi yang digambarkan dengan istilah Blue Moon: Pertama, digunakan untuk menggambarkan waktu dari dua Bulan purnama yang muncul dalam satu bulan kalender atau Bulan purnama kedua yang menghiasi langit pada bulan yang sama.
Sedangkan definisi kedua dari Blue Moon digunakan untuk menggambarkan Bulan purnama ketiga dari empat Bulan purnama yang datang dalam satu musim kalender.
"Titik balik musim semi (vernal equinox) --yang mewakili awal musim semi di belahan Bumi utara-- terjadi pada 20 Maret tahun ini. Kurang dari empat jam kemudian, Bulan purnama pertama musim semi tiba. Nah, Bulan purnama Mei ini jadi yang ketiga," ujar Joe Rao, kolumnis pengamat angkasa Space.com yang dikutip pada Minggu (19/5/2019).
Ia menambhakan, Blue Moon berikutnya tidak akan muncul lagi hingga 22 Agustus 2021.
Tidak Berwarna Biru
Selain itu, Joe Rao juga merujuk definisi yang lebih kuno tentang Blue Moon dari Maine Almanac, yang kini sudah punah.
Di penanggalan lawas tersebut, kata Joe, tertulis jika ada empat Bulan purnama dalam satu musim ketimbang biasanya yang hanya tiga, maka Bulan yang ketiga tersebut dinamakan Blue Moon.
"Ada empat Bulan purnama pada musim semi 2019: Rabu, 20 Maret; Jumat, 19 April; Sabtu, 18 Mei; dan Senin, 17 Juni. Ini menjadikan Bulan purnama pada bulan Mei sebagai Blue Moon, menurut definisi Maine Almanac," papar Joe.
Akan tetapi, terlepas dari namanya, Bulan ini tidak berwarna biru tua, biru laut, atau biru langit. Bulan tampak biru hanya ketika kondisi atmosfer yang tepat terjadi di Bumi.
Misalnya, letusan gunung berapi besar yang melepaskan banyak debu dapat membuat Bulan tampak biru bagi penduduk Bumi, seperti halnya badai debu dan kebakaran hutan.
Advertisement
Pengamatan NASA
Sementara itu, NASA mengatakan pada akhir pekan ini bahwa tim astronomnnya juga akan mengamati Blue Moon dari tempat dan waktu yang berbeda.
Sebuah pernyataan dari badan antariksa ini berbunyi: "Pada pagi hari, 18 Mei 2019, Bulan purnama muncul saat senja turun, Jupiter akan mendampinginya dengan memposisikan diri di selatan-barat daya sekitar 23 derajat di atas cakrawala, dan Saturnus turut hadir di selatan sekitar 30 derajat di atas cakrawala."
"Venus tampak sekitar tujuh menit setelah fajar dimulai, tetapi terlihat rendah di timur-timur laut sampai sekitar 30 menit sebelum matahari terbit. Merkurius tidak akan terlihat, hilang dalam cahaya matahari," imbuh NASA.