Liputan6.com, Chicago - Boeing telah mengakui kecacatan pada piranti lunak simulator penerbangan untuk melatih pilot 737 MAX --sebuah klaim yang dibuat setelah dua kecelakaan mematikan yang sama-sama melibatkan pesawat tersebut, menewaskan seluruh penumpang yang ada di dalamnya.
Perusahaan kedirgantaraan yang bermarkas di AS itu mengatakan, simulator mengalami masalah karena tidak mampu mereplikasi kondisi penerbangan tertentu yang berkontribusi pada kecelakaan Ethiopian Airlines pada Maret, atau kecelakaan Lion Air di Indonesia Oktober lalu.
Advertisement
Baca Juga
"Boeing telah melakukan koreksi pada perangkat lunak simulator 737 MAX dan telah memberikan informasi tambahan kepada operator perangkat untuk memastikan bahwa pengalaman simulator itu representatif di berbagai kondisi penerbangan," kata Boeing dalam sebuah pernyataan pada Sabtu 18 Mei 2019, seperti dilansir Al Jazeera, Minggu (19/5/2019).
Perusahaan tidak menunjukkan kapan pertama kali menyadari masalah tersebut, dan apakah mereka telah menotifikasi lembaga regulator penerbangan.
Pengakuan itu menandai pertama kalinya Boeing mengakui ada cacat desain pada perangkat lunak yang terkait dengan 737 MAX.
Perangkat lunak lain, yang berkaitan dengan mekanisme anti-stall atau MCAS, telah disebut sebagai salah satu faktor pada kecelakaan Ethiopian dan Lion Air --menurut laporan awal dari lembaga penyidik keselamatan penerbangan di Ethiopia dan Indonesia. Namun, Boeing tidak secara terbuka mengakui alat itu sebagai penyebab tunggal kecelakaan.
Piranti Lunak Anti-Stall Telah Diperbaiki Boeing
Sementara itu, dalam sebuah pernyataan resmi pada Kamis 16 Mei 2019, Boeing mengklaim pihaknya telah menyelesaikan pembaruan perangkat lunak pada pesawat 737 MAX. Langkah yang dilakukan setelah dua kecelakaan maut mengakibatkan penangguhan operasionalnya secara global.
Klaim perbaikan pada sistem anti-stall Boeing 737 MAX, yang dianggap sebagai faktor penyebab jatuhnya Lion Air JT 610 dan Ethiopian Airlines ET 302, kini harus memenangkan persetujuan dari regulator AS dan internasional.
Hal itu, sebagaimana dikutip dari Channel News Asia pada Jumat (17/5/2019), bertujuan mengembalikan operasional pesawat 737 MAX setelah pembaruan perangkat lunak terkait.
"Dengan keamanan sebagai prioritas utama, kami telah menyelesaikan semua uji rekayasa terbang terkait pembaruan perangkat lunak, dan kini sedang mempersiapkan sertifikasi penerbangan akhir," kata Kepala Eksekutif Boeing Dennis Muilenburg.
"Seluruh kecelkaan tersebut memacu kami untuk meningkatkan komitmen pada nilai-nilai utama kami, termasuk keselamatan, kualitas, dan integritas, karena kami tahu kehidupan (dalam perjalanan udara) bergantung pada apa yang kami lakukan," lanjut Muilenburg.
Advertisement
Mendorong Kenaikan Nilai Saham Boeing
Pengumuman tersebut mendorong kenaikan nilai saham Boeing sebesar 2,6 persen, menjadi US$ 354,44 per lembar pada perdagangan bursa saham New York, Kamis sore.
Sebelumnya, penangguhan operasional pesawat 737 MAX telah merusak pendapatan Boeing, dan mengaburkan prospek keuntungan perusahaan.
Boeing mengatakan telah menerbangkan pesawat 737 MAX, dengan perangkat lunak yang diperbarui untuk Sistem Augmentasi Karakteristik Manuver, selama lebih dari 360 jam pada 207 penerbangan.
Selain itu, Boeing juga telah memberikan informasi tambahan kepada Federasi Aviasi AS (FAA) untuk mengantisipasi uji terbang sertifikasi, yang menjadi langkah kunci dalam memenangkan persetujuan regulator, kata perusahaan itu.