Liputan6.com, Teheran - Menteri luar negeri Iran, Javad Zarif, telah membalas "ejekan genosida" oleh Donald Trump setelah peringatan keras dari Gedung Putih bahwa Teheran "tidak pantas menyerang" Amerika Serikat (AS).
"Dipancing oleh #B_Team," tulis Zarif di Twitter, merujuk jelas kepada penasihat Trump seperti John Bolton, "@realdonaldTrump berharap mencapai apa yang gagal dilakukan oleh Alexander, Jenghis & agresor lainnya. Rakyat Iran telah berdiri tegak selama ribuan tahun, sementara semua agresor hengkang. #EconomicTerrorism & ejekan genosida tidak akan 'mengakhiri Iran'."
Advertisement
Baca Juga
Dikutip dari The Guardian pada Selasa (21/5/2019), Trump menanggapi pada hari Senin dengan mengatakan provokasi Iran akan berujung pada akhir hayat negara itu, tetapi di sisi lain, presiden AS ke-45 itu juga mengaku siap untuk bernegosiasi.
Pada hari Minggu, Trump memperingatkan Iran untuk tidak mengancam AS atau akan menghadapi "tindakan nyata".
Peringatan itu disampaikan tidak lama setelah sebuah roket mendarat di dekat kedutaan AS di Baghdad, Irak, Minggu dini hari.
Oleh beberapa pengamat, kicauan Trump di Twitter muncul setelah ia tampaknya berusaha untuk melunakkan nadanya terhadap Iran, setelah beberapa hari ketegangan meningkat akibatnya kehadiran armada perang AS di Teluk Persia, sebagai jawaban atas sabotase empat kapal komersial yangbelum dikonfirmasi.
Kala itu, para pejabat di Uni Emirat Arab mengklaim empat kapal tanker minyak mengalami kerusakan akibat sabotase, yang dituduh dilakukan oleh oknum sekutu Iran.
Tidak lama berselang, Arab Saudi --yang merupakan sekutu dekat AS-- mengklaim salah satu fasilitas kilang minyaknya diserang drone oleh pemberontak Yaman yang didukung Iran.
Â
Â
Puncak dari Keputusan Trump Tahun Lalu
Semua ketegangan di atas adalah puncak dari keputusan Trump setahun lalu, untuk menarik AS keluar dari perjanjian nuklir Iran dengan kekuatan dunia.
Sementara AS dan Iran mengatakan mereka tidak bermaksud perang, banyak pihak tetap merasa khawatir bahwa salah perhitungan bisa menyebabkan masing-masing pihak lepas kendali.
Pada hari Minggu, sebuah roket Katyusha jatuh di Zona Hijau Baghdad yang sangat dijaga ketat, kurang dari satu mil dari kedutaan AS. Tidak ada laporan korban cedera atau tewas dalam serangan mendadak itu.
Seorang juru bicara militer Irak, Brigjen Yahya Rasoul, mengatakan kepada kantor berita Associated Press bahwa roket itu diyakini telah ditembakkan dari Baghdad timur. Daerah tersebut adalah rumah bagi milisi Syiah yang didukung Iran.
"Jika Iran ingin bertarung, itu akan menjadi akhir hayat mereka," twit Trump. "Jangan pernah mengancam Amerika Serikat lagi!"
Kampanye anti-Iran diguangkan oleh Trump sejak penarikan AS dari perjanjian nuklir 2015, di mana Iran setuju untuk membatasi pengayaan uraniumnya sebagai imbalan atas pencabutan sanksi ekonomi.
AS memberlakukan kembali sanksi lawas dan baru, serta memperingatkan negara-negara di seluruh dunia bahwa mereka akan turut dikenakan sanksi jika tetap mengimpor minyak Iran.
Advertisement
Penegasan Iran
Sementara itu, Iran telah mengumumkan akan mulai mundur dari ketentuan perjanjian, menetapkan tenggat waktu 60 hari bagi Eropa untuk membuat ketentuan baru.
Jika tidak berjalan sesuai rencana, Iran mengancam akan mulai memperkaya uranium lebih dekat ke tingkat tingkat senjata.
Iran sejak lama menegaskan tidak akan membuat senjata nuklir, meskipun negara-negara Barat khawatir programnya akan memungkinkannya membangun bom atom.
Dalam sebuah wawancara yang disiarkan di Fox News, Trump menyebut kesepakatan nuklir itu sebagai "pertunjukan horor".
"Saya hanya tidak ingin mereka memiliki senjata nuklir dan mereka tidak dapat mengancam kita," kata Trump.
Kesepakatan nuklir telah membuat Iran tidak bisa memperoleh cukup uranium yang diperkaya untuk sebuah bom. Pengawas PBB berulang kali menyatakan bahwa Iran telah mematuhi perjanjian itu.
Ada perdebatan terbuka di Teheran mengenai apakah Trump secara serius mengancam perang dengan Iran, atau sebaliknya, menggunakan bentuk perang psikologis untuk membujuk Teheran kembali menegosiasikan kesepakatan nuklir Iran 2015.