Liputan6.com, Washington DC - Administrasi Aviasi Federal Amerika Serikat (FAA) berharap dapat memperbolehkan kembali beroperasinya Boeing 737 MAX pada akhir Juni tahun ini. Hal itu disampaikan oleh perwakilan otoritas penerbangan udara AS kepada badan penerbagan PBB pada Kamis, 23 Mei 2019.
Namun, perwakilan FAA menekankan bahwa belum ada tanggal pasti terkait penerbangan kembali tipe pesawat Boeing 737 MAX itu, sebagaimana dikutip dari situs South China Morning Post pada Jumat (24/5/2019).
Advertisement
Baca Juga
Jika dapat beroperasi kembali sesuai target yang telah ditentukan, sejumlah maskapai akan dapat mengurangi kerugian yang harus ditanggung. American Airlines Group, Southwest Arlines, dan United Airlines telah menangguhkan penerbangan Boeing 737 MAX hingga Juli dan Agustus tahun ini. Langkah itu menyusul dua kecelakaan fatal pesawat dengan tipe sama yang menewaskan 346 orang dari Lion Air JT610 di Indonesia dan Ethiopian Airlines ET302 di Addis Ababa.
Di hari yang sama, sejumlah pejabat dari FAA dan Boeing telah memberi pengarahan secara pribadi kepada anggota dewan pemerintahan International Civil Aviation Organization (ICAO) di Montreal, begitu pula Dan Elwell bertemu dengan regulator penerbangan internasional selama delapan jam di Fort Worth, Texas.
Sementara itu, Elwell saat ini masih menolah untuk menjawab pertanyaan tentang hasil pengarahan ICAO. Ia lebih memilih mengulangi pernyataan sebelumnya bahwa FAA tidak akan menyetujui pesawat untuk penerbangan sampai pihak yang bersangkutan menyelesaikan analisis keselamatan. Ia mengaku tidak ada jadwal yang ditetapkan.
Beberapa Negara Tidak Akan Tergantung pada FAA
Jalan untuk mengoperasikan kembali Boeing 737 MAX masih tidak pasti. Pasalnya, Kanada dan Eropa mengatakan pada Rabu, mereka akan menentukan kapan pesawat dapat kembali beroperasi dengan ketentuan mereka sendiri, bukan tergantung sepenuhnya pada FAA.
Pihak FAA mengatakan tidak akan mengambil keputusan untuk menerbangkan kembali tipe pesawat itu sampai mereka melihat temuan-temuan dari berbagai lemba mengenai rencana Boeing untuk memperbaiki perangkat lunak.
Boeing mengatakan pekan lalu telah menyelesaikan pembaruan untuk perangkat lunak, yang dikenal sebagai MCAS yang dapat menghentikan pembacaan data yang salah yang dapat memicu sistem beroperasi secara otomatis. Meski demikian, perusahaan pesawat yang bermarkas di AS itu belum secara resmi mengajukan perbaikan ke FAA dan belum menetapkan tanggal untuk melakukannya.
"Setelah kami menjawab permintaan informasi dari FAA, kami akan siap untuk menjadwalkan penerbangan uji sertifikasi dan menyerahkan dokumentasi sertifikasi final," kata direktur komunikasi Boeing Chaz Bickers.
Advertisement
Kecelakaan Boeing 737 MAX Disebabkan Seekor Burung?
Sementara itu, baru-baru ini para pejabat penerbangan Amerika Serikat meyakini bahwa seekor burung mungkin menyebabkan kecelakaan mematikan pesawat Ethiopia Boeing 737 MAX 8 pada Maret 2019, menurut seseorang yang mengetahui masalah tersebut.
Burung menyebabkan sensor sistem anti-stall pesawat salah mengumpankan data kepada pilot, yang menyebabkan kecelakaan, kata otoritas penerbangan AS seperti dikutip dari CNBC.
Sistem secara otomatis mendorong hidung pesawat ke bawah jika merasa pesawat berada dalam kondisi stall, cara normal untuk pulih dari posisi masalah itu. Namun, hal tersebut bisa menjadi bencana jika pesawat tidak ada dalam kondisi stall.
Pilot dalam dua kecelakaan itu melawan sistem, yang dikenal sebagai MCAS, yang berulang kali mendorong hidung pesawat mereka ke bawah.
Namun, Ethiopian Airlines mengatakan bahwa laporan awal penyelidikan kecelakaan menunjukkan "tidak ada bukti kerusakan benda asing" seperti burung yang mengganggu sensor pada pesawat Boeing 737 MAX 8.
Sementara itu, Boeing mengecilkan kemungkinan bahwa serangan burung dapat merusak peralatan sensor pesawat namun, tidak memberikan penjelasan merinci, the Guardian melaporkan.