Liputan6.com, Doha - Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani disebut telah menerima undangan dari Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz untuk menghadiri pertemuan darurat Dewan Kerjasama Teluk (GCC) pada 30 Mei 2019.
Kabar itu disampaikan oleh Kementerian Luar Negeri Qatar akhir pekan lalu, setelah sebelumnya sempat menyatakan bahwa Doha tidak menerima undangan pertemuan --Reuters melaporkan.
Wakil Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani baru menerima undangan pada Minggu 26 Mei 2019, saat bertemu dengan Sekretaris Jenderal GCC Abdullatif bin Rashid Al Zayani di Doha, Al Jazeera melaporkan, dikutip pada Senin (27/5/2019).
Advertisement
Baca Juga
Pertemuan itu terjadi ketika Arab Saudi, Mesir, Bahrain dan Uni Emirat Arab (UEA) masih memutus hubungan diplomatik dengan Qatar sejak Juni 2017 serta memberlakukan blokade darat, laut, dan udara di negara Teluk tersebut.
Keempatnya menuduh Doha mendukung "terorisme" dan gerakan-gerakan politik oposisi, seperti Ikhwanul Muslimin yang dilarang di Mesir dan Arab Saudi.
Qatar telah berulang kali menolak tuduhan yang dianggapnya sebagai tidak mendasar. Kemudian, sebagai balasan atas pemutusan hubungan Saudi Cs, Doha menyatakan sikap akan membuka hubungan diplomatik penuh dengan Iran --seteru regional Negeri Petrodollar.
Sementara itu, pertemuan darurat GCC tersebut juga terjadi di tengah eskalasi regional antara negara-negara Arab dan Amerika Serikat dengan Negeri Para Mullah baru-baru ini.
Bahas Krisis Antara Negara Teluk dengan Iran?
Awal bulan ini, Raja Salman telah mengusulkan mengadakan dua pertemuan puncak (KTT) di Mekah pada akhir Mei untuk membahas "agresi dan konsekuensinya" baru-baru ini di kawasan Teluk Arab/Persia dan Timur Tengah, menurut Saudi Press Agency.
Pengumuman itu menyusul serangan drone pada instalasi minyak di kerajaan dan serangan pada empat kapal, termasuk dua kapal tanker minyak Saudi, di lepas pantai UEA.
Riyadh menuduh Iran memerintahkan serangan pesawat tak berawak baru-baru ini di dua stasiun pompa minyak di kerajaan, yang kemudian diklaim oleh pemberontak Houthi dari Yaman --kelompok yang telah lama dituding sebagai proksi Iran.
Negeri Persia membantah pihaknya berada di balik serangan itu dan seorang komandan senior militer Iran dikutip mengatakan negaranya tidak mencari perang.
Advertisement
Ketegangan di Teluk Persia
Arab Saudi mengatakan pada Minggu 26 Mei 2019 bahwa mereka menembak jatuh sebuah drone bermuatan bom yang dikerahkan oleh Houthi untuk menyerang bandara di kerajaan itu.
Angkatan udara Saudi mencegat dan menghancurkan pesawat tak berawak yang menargetkan bandara Jizan, dekat dengan perbatasan selatan dengan Yaman, koalisi pimpinan Arab Saudi yang bertempur melawan pemberontak mengatakan.
Seorang pemimpin Houthi mengatakan pada hari Minggu bahwa kelompok itu melanjutkan serangan drone jauh di dalam Arab Saudi bulan ini sebagai tanggapan atas apa yang ia sebut sebagai koalisi yang menolak "inisiatif perdamaian" oleh pemberontak.
Ketegangan di Teluk telah meningkat sejak keputusan AS pada awal Mei untuk mengirim pasukan pemogokan kapal induk dan pembom B-52 dalam unjuk kekuatan terhadap apa yang dikatakan para pemimpin Washington adalah rencana Iran untuk menyerang aset AS.
Tidak ada bukti yang diberikan pada rencana tersebut.
Washington DC mengatakan, bala bantuan terbaru adalah sebagai tanggapan atas "kampanye" serangan baru-baru ini termasuk roket yang diluncurkan ke Zona Hijau di Baghdad, alat peledak yang merusak empat kapal tanker di dekat pintu masuk ke Teluk, dan serangan pesawat tak berawak oleh pemberontak Yaman terhadap Pipa minyak Saudi.