Sukses

31-5-1935: 3 Menit Gempa di Pakistan Menewaskan Hampir 60 Ribu Orang

Guncangan gempa hanya tiga menit, namun 45.000 hingga 60.000 nyawa melayang di Quetta, Pakistan.

Liputan6.com, Quetta - Seorang lelaki berjalan menuju rumahnya di Quetta, Balochistan, Pakistan -- yang saat itu dijajah Inggris. Toko jahit miliknya sudah tutup, lampu dipadamkan, namun para pekerja tetap tinggal. Mereka yang datang dari desa dan tak mampu membayar sewa rumah, tidur di lantai toko tanpa penerangan.

Tubuh pria itu penuh peluh, udara terasa gerah malam itu. Namun, sesampainya di rumah, bukan ketenangan yang didapat. Ia bertengkar hebat dengan sang istri, sampai-sampai mereka tak tidur seranjang. Sang suami memilih tidur di balkon.

Kamis malam berlalu dengan tenang, namun, tidak di bawah permukaan Bumi. Jumat 31 Mei 1935, sekitar pukul 02.30 sampai 03.40 dini hari, saat nyaris semua penghuni kota tertidur, bunyi menggelegar membangunkan setiap orang.

Lalu, Bumi gonjang ganjing. Gempa dengan magnitudo 7,8 hingga 8,1 mengguncang. Jalanan terbelah, bangunan ambruk. 'Gerbang neraka' seakan terbuka, aroma pekat kematian memenuhi udara. Guncangan hanya 3 menit, namun 45.000-60.000 nyawa melayang dibuatnya.

Pria yang tidur di balkon sontak terbangun dan menyaksikan atap rumahnya ambrol. Istrinya yang terjebak di dalam kamar tidur menangis dan berteriak meminta pertolongan. Ia tak kuasa melarikan diri. Perempuan itu selamat, namun kehilangan 2 kakinya sekaligus.

Saat kondisi mulai tenang, lelaki itu pergi menengok tokonya. Bangunan itu hancur lebur, semua pekerjanya tewas. Semua jerih payahnya binasa hanya dalam 3 menit.

"Pria itu kemudian meninggalkan Quetta, Pakistan ia mengembalikan sang istri ke keluarganya, dan kemudian menikah lagi. Perkawinan tersebut membuahkan seorang anak: kakekku," demikian ditulis Usman Butt, reporter dan produser London360, menceritakan sejarah keluarganya seperti dimuat Huffington Post.

Hingga 31 Mei 1935, Quetta adalah kota dengan populasi 60 ribu jiwa, yang menjadi pangkalan Angkatan Udara, serta gerbang penting menuju negara tetangga, India. Namun, pagi hari itu, 1 Juni tahun yang sama, ia identik dengan kematian dan kehancuran.

Pascagempa, giliran wabah kolera menyebar. Penduduk yang masih bernyawa diungsikan. Kota ditutup, hingga evakuasi jenazah dirampungkan.

"Tak ada kata-kata yang bisa mewakili kondisi kota saat batalyon pertama memasukinya. Rata dengan tanah. Jasad-jasad bergelimpangan, di tengah terik mentari. Semua kendaraan yang masih bisa dipakai, digunakan untuk mengangkut mereka yang cedera...," demikian isi jurnal bertarikh November 1935 yang ditulis Queen's Royal Regiment yang berbasis di Quetta, Pakistan.

Selain gempa di Pakistan, sejumlah peristiwa penting terjadi pada tanggal yang sama. 'Pada 1970, gempa memicu tanah longsor yang mengubur Kota Yungay, Peru. Lebih dari 47.000 orang tewas.

Sementara, para 1962, arsitek 'holocaust' Adolf Eichmann dieksekusi gantung di Tel Aviv, Israel.