Liputan6.com, Jakarta - Pernahkah Anda membayangkan digigit ular berbisa? Sebagian besar orang akan panik saat digigit reptil beracun tersebut.
Beberapa di antaranya akan berusaha menangani luka dengan tidak tepat, misalnya dengan mengompres menggunakan air es. Sementara tidak kecil korban yang akan mengejar dan menangkap ular yang menggigitnya.
Namun tahukah Anda, ternyata terdapat langkah jitu yang dapat dilakukan jika digigit ular berbisa, sebagaimana dilansir dari Live Science pada Senin (3/6/2019).
Advertisement
Baca Juga
"Hal pertama yang harus dilakukan adalah menjauh dari ular - jangan mencoba menangkapnya, itu hanya akan memberi potensi lebih banyak orang yang terluka," kata Dr. Nicholas Kman, profesor kedokteran darurat di The Ohio State University, Wexner Medical Center.
Kman melanjutkan, para korban harus segera mencari perawatan medis. Hal itu dikarenakan gejala-gejala yang ditimbulkan oleh bisa dapat berkembang dengan cepat.
"Kami mengamati kemerahan, pembengkakan, lepuh, kehangatan dan kemudian tanda-tanda mual, muntah, nyeri otot dan tekanan darah rendah," lanjutnya. "Jika kita mulai melihat itu, kita memberikan antivenom."
Tetap Tenang Bisa Bantu Perlambat Racun
Hampir tiga juta orang di seluruh dunia yang diracuni oleh bisa ular setiap tahunnya karena gigitan biasa. Hanya sebagian kecil dari insiden tersebut yang berakhir fatal, namun tahukah Anda bisa ular dapat memicu keadaan darurat medis serius yang terjadi dalam beberapa jam saja.
Racun dari reptil itu dapat menyebabkan kegagalan organ, perdarahan yang tidak terkendali, kerusakan jaringan yang parah dan kelumpuhan yang dapat membatasi pernapasan, menurut WHO.
"Sebelum pasien mencapai fasilitas medis, luka harus tetap bersih dan anggota tubuh yang terkena harus diangkat untuk mengurangi efek racun," kata Kman. Ia juga merekomendasikan digunakannya alat pendeteksi detak jantung jika memiliki.
Sementara itu, menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), apabila tetap tenang setelah digigit maka akan dapat membantu memperlambat penyebaran racun.
Kman melanjutkan, prosedur yang sering dipertontonkan oleh film dan tayangan televisi barat seperti menyedot racun atau memotong bagian luka, adalah langkah yang sama sekali sala.
"Setelah gigitan, racun dapat membanjiri jaringan tubuh dan hal itu tidak mungkin dihilangkan melalui penyedotan. Memotong (bagian luka) tidak berguna untuk ekstraksi racun dan dapat mengakibatkan cedera serius," tuturnya.
"Venom (racun) akan diserap ke dalam tubuh segera, sehingga semua yang Anda akan lakukan hanya menyebabkan lebih banyak trauma."
Dr. Dan Brooks, direktur medis Pusat Informasi Racun dan Obat-Obatan Banner di Phoenix, Arizona memperingatkan, jika digigit ular yang berasal dari Amerika Utara jangan menggunakan tourniquet --alat yang digunakan untuk memberikan tekanan dengan tujuan membatasi aliran tertentu.Â
"Kebanyakan ular di Amerika Utara menghasilkan sejenis racun yang menyebabkan perdarahan berlebih dan dapat menyebabkan nekrosis jaringan dan otot, sehingga setiap tindakan yang membatasi sirkulasi akan memperburuk kerusakan," kata Brooks.
Menurutnya, menggunkan tourniquet justru dapat meningkatkan cedera lokal, dan orang-orang dapat kehilangan jari tangan atau kaki atau bahkan membutuhkan cangkok kulit," kata Brooks.
Advertisement
Bisa Belum Tentu Racun
Gigitan dari ular berbisa tidak selalu menghasilkan racun. Sekitar 25% gigitan ular berbisa disebut sebagai gigitan kering. Menurut UW Health --jaringan fasilitas kesehatan dan obat-obatan di University of Wisconsin--, jika 8 hingga 12 jam berlalu tanpa gejala, maka gigitan itu kemungkinan bebas racun.
Meski demikian korban harus segera mendatangi tim medis setelah insiden, tidak boleh menunggu hingga gejala muncul.
Selain itu, perlu untuk diwaspadai keberadaan ular berbisa meskipun Anda belum pernah menemukannya secara langsung. Hampir setiap orang di Bumi hidup dalam jangkauan wilayah yang dihuni ular, para peneliti melaporkan pada tahun 2018 dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal The Lancet.
Mengingat ular hidup di banyak tempat. Di antaranya di gurun, gunung, delta sungai, padang rumput, rawa-rawa dan hutan, serta sejumlah habitat di air asin dan tawar.
Untuk diketahui, sekitar 100.000 orang di seluruh dunia meninggal akibat gigitan ular setiap tahunnya. 400.000 di antara yang digigit menderita cacat, demikian dilaporkan oleh Doctors Without Borders (MSF).Â