Liputan6.com, Beijing - Pemerintah China disebut telah meningkatkan tekanan pada Amerika Serikat (AS) guna memaksakan langkah-langkah ekonomi, sebagai tanggapan atas buntunya negosiasi perdagangan antara kedua negara.
Dalam beberapa hari terakhir, sebagaiman dikutip dari CNN pada Jumat (7/6/2019), China telah mengimbau warga negaranya untuk tidak mengunjungi atau belajar di AS, yang berpotensi merugikan universitas dan destinasi wisata Negeri Paman Sam.
Advertisement
Baca Juga
Kusutnya hubungan diplomatik antara kedua negara disebut terkait gagalnya pembicaraan perdagangan bulan lalu.
Negosiasi telah ditangguhkan tanpa batas waktu sejak Donald Trump meningkatkan tarif terhadap semua impor China, yang dituduhnya gagal mempertahankan komitmen dalam kesepakatan dagang sebelumnya.
Sebaliknya, China juga merespons dengan versi hukumannya sendiri terhadap barang-barang AS, yang mulai berlaku pekan lalu.
Kini, banyak pihak menerka-nerka apakah kedua negara dapat melanjutkan pembicaraan dagang pada akhir pekan ini, ketika Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin menghadiri KTT ekonomi G-20 di Jepang.
Sejauh ini, pemerintahan Trump enggan berkomitmen apakah Mnuchin akan bertemu dengan mitranya dari Tiongkok, Wakil Perdana Menteri Liu He, di sela-sela KTT.
Di antara pertemuan-pertemuan bilateral yang akan dilakukan oleh Mnuchin di Fukuoka adalah pertemuan dengan pada menteri keuangan Jepang, Jerman, Prancis dan Italia, bersama dengan Gubernur Bank Rakyat China Yi Gang.
Kisruh AS dan China Terus Memanas
Pada hari Kamis, Trump mengancam akan terus memberi lebih banyak tekanan pada China dalam bentuk tarif tambahan senilai US$ 300 miliar, yang ditujukan untuk barang-barang produksi Negeri Tirai Bambu, jika pembicaraan tidak menghasilkan kemajuan.
"Saya bisa naikkan (nilai tarif) setidaknya US$ 300 miliar, dan saya akan melakukannya pada waktu yang tepat," kata Trump kepada wartawan di bandara Shannon di Irlandia, di tengah lawatannya ke Prancis.
"Saya pikir China ingin membuat kesepakatan yang buruk," lanjutnya pesimis.
Di lain pihak, China juga telah mengisyaratkan "tidak akan tunduk di bawah tekanan" Amerika Serikat, terutama pada masalah-masalah utama terkait dengan kedaulatan negara, menurut laporan kebijakan pemerintah tentang masalah perdagangan yang dirilis pekan lalu.
China menyalahkan AS atas kebuntuan perdagangan terbaru, dan menyebut hal itu sebagai gangguan besar.
Beijing juga menuduh strategi "Amerika Pertama" yang dijalankan pemerintahan Trump di Gedung Putih, telah merusak ekonomi global, dan sengaja mengabaikan potensi kembali ke meja perundingan.
"China terbuka untuk negosiasi, tetapi juga akan berjuang sampai akhir jika diperlukan," kata laporan itu.
Advertisement
Perang Dagang AS-China Berdampak Negatif
Perdagangan akan menjadi salah satu prioritas utama yang dibahas pada pertemuan para menteri keuangan dan gubernur bank sentral akhir pekan ini.
Menurut beberapa pengamat, pertemuan tersebut enderung memperingatkan bahwa dampak negatif dari berbagai pertengkaran perdagangan --yang dipicu oleh pemerintahan Trump-- dapat membahayakan pertumbuhan ekonomi global.
Meningkatnya risiko perdagangan mendorong Ketua Federal Reserve --Bank Sentral AS-- Jerome Powell, pada hari Selasa, untuk meyakinkan investor bahwa pembuat kebijakan mengawasi dengan ketat terhadap ketegangan perdagangan.
"Kami tidak tahu bagaimana atau kapan masalah perdagangan ini akan selesai," kata Powell, berbicara pada konferensi yang diselenggarakan oleh Chicago Federal Reserve Bank.
Dia menambahkan bahwa bank sentral AS akan mengambil langkah "tepat" untuk mempertahankan ekspansi ekonomi Negeri Paman Sam di tengah berbagai pertengkaran perdagangan.