Liputan6.com, Limpopo - Seekor macan tutul membunuh seorang bocah lelaki berusia dua tahun di dalam kompleks staf berpagar di taman nasional Kruger Afrika Selatan, kata para pejabat.
"Balita baru berusia 30 bulan. Bocah itu dinyatakan meninggal oleh dokter di rumah sakit Shongwe setelah dilarikan ke sana oleh anggota keluarga," kata taman itu dalam sebuah pernyataan hari Kamis seperti diberitakan The Guardian yang dikutip Sabtu (8/6/2019).
Advertisement
Baca Juga
Macan tutul itu menyerang bocah itu pada Rabu malam setelah masuk ke tempat tinggal staf, yang dipisahkan dari taman oleh pagar listrik.
Satu tim penjaga hutan memburu kucing besar itu dan menembaknya mati untuk menghindari risiko serangan ulang, kata taman itu, seraya menambahkan bahwa ia mungkin telah menyerang karena terlalu terbiasa untuk berhubungan dengan manusia.
"Di taman seperti Kruger National Park (Taman Nasional Kruger) atau KNP, predator berinteraksi dengan wisatawan dan staf dan kadang-kadang dapat menyebabkan spesies seperti macan tutul terbiasa dengan orang-orang dan kehilangan ketakutan mereka," kata taman itu.
"Perubahan perilaku alami kemudian dapat menyebabkan insiden yang tidak menguntungkan seperti ini."
Bahaya Mengintai Para Staf Kruger
Pihak KNP mengatakan bahaya serangan mengintai semua staf dan anggota keluarga yang tinggal dan bekerja di taman itu. Tetapi hal itu sangat jarang terjadi.
"Ini adalah risiko yang kami jalani setiap hari karena membantu melestarikan spesies untuk kepentingan semua," kata Fundisile Mketeni, kepala Taman Nasional Afrika Selatan, yang menyampaikan belasungkawa kepada keluarga bocah itu.
Kruger meliputi hampir 2 juta hektar dan merupakan rumah bagi lebih dari 500 spesies burung serta 147 spesies mamalia.
Serangan itu terjadi di dekat Crocodile Bridge, sebuah kamp istirahat turis dekat batas selatan taman.
Advertisement
Cerita Detik-Detik Sang Balita Diterkam
Acara suka cita pesta barbekyu sebuah keluarga berubah menjadi tragedi ketika balita anggota staf Taman Nasional Kruger diterkam hingga tewas oleh macan tutul, di tempat tinggal staf di Mpumalanga.
Courtney Ntimane yang berusia dua tahun berada di pondok sang ayah, tempat tinggal layanan teknis Malelane ketika dia diserang pada Rabu malam. Macan tutul memanjat pohon di sebelah pagar dan melompat ke halaman seperempat sekitar pukul 20.00 waktu setempat.
Ayah bocah lelaki itu, Isaiah Ntimane, 35, yang bekerja sebagai operator air di taman, mengatakan kepada The Star pada hari Kamis bahwa istri dan putranya datang mengunjungi tempat kerjanya dari Bushbuckridge, dan keluarganya tengah pesta barbekyu ketika insiden itu terjadi.
"Saya sedang berjalan ke pondok dan dia (Courtney) mengikuti. Saya tidak memperhatikan dia ada di belakang, karena saya meninggalkannya saat bermain-main dengan telepon ibunya. Ketika sampai di pondok dan menutup pintu, saya mendengar teriakan datang dari luar," katanya.
Ntimane mengatakan dia bergegas keluar untuk melihat keributan dan menemukan sang balita di rahang macan tutul. Binatang itu berusaha menyeret Courtney keluar pagar tetapi gagal dan menjatuhkan bocah bersimbah darah itu lalu menghilang ke semak-semak.
"Kami membawanya ke Rumah Sakit Shongwe, tetapi ketika kami tiba dia sudah meninggal. Mereka meletakkannya di tempat tidur dan saya menatap matanya tak melihat tanda-tanda kehidupan," ucap sang ayah.
Ntimane mengatakan tubuh Courtney kemudian dibawa ke departemen patologi untuk dilakukan otopsi. Keluarga masih menunggu hasil otopsi, sementara jenazah bocah itu dipulangkan ke keluarga untuk dimakamkan.
Juru bicara KNP Ike Phaahla mengatakan bahwa setelah mendengar kejadian itu, petugas mencari hewan tersebut. Macan tutul itu ditemukan dan ditembak agar tak terjadi serangan ulang yang memakan korban.
Ntimane mengatakan istrinya kembali ke Bushbuckridge pada hari Kamis ketika dia menunggu di pondok untuk laporan patologi.
"Ini hal sulit bagi saya dan istri, saya bahkan tidak bisa meninggalkan pondok atau bekerja. Karena ketika saya berjalan keluar akan mengingat tragedi yang menimpa putraku. Ingatan tentang itu semua menyakitkan," ucap Ntimane pilu.
Kepala eksekutif Taman Nasional Afrika Selatan, Fundisile Mketeni, kemudian menyampaikan belasungkawa kepada keluarga.
"Tidak pernah mudah kehilangan orang yang dicintai, terutama dalam keadaan tragis seperti itu. Ini adalah risiko yang kami jalani setiap hari karena kami membantu melestarikan spesies untuk kepentingan semua. Semoga jiwa balita itu beristirahat dalam kedamaian abadi," kata Mketeni.
Manajemen KNP kemudian mengirim delegasi untuk keluarga korban dan memberikan dukungan emosional serta konseling profesional.