Liputan6.com, Jakarta - "Ada berapakah benua di dunia ini?", mungkin itu adalah pertanyaan yang sering kita tanyakan sejak kecil. Guru IPS semasa sekolah dasar kemudian akan menyebutkan nama-nama daratan luas di muka bumi. Kala itu, banyak dari kita akan terdiam mendengarkan, dengan sebagian tampak terpukau dan berusaha mengucap ulang istilah yang disebutkan.
Antartika, Australia, Afrika, dan Amerika Selatan adalah beberapa benua yang berada di posisi relatif selatan dibandingkan lainnya. Sementara itu, Eropa, sebagian Asia, dan Amerika Utara berada di belahan utara.
Advertisement
Baca Juga
Tahukah Anda, tidak ada definisi yang disepakati tentang apa yang dianggap benua. Idealnya, satu massa tanah yang luas di lempeng tektonik yang sama harus dianggap sebagai benua. Namun hal itu tidak berlaku secara benar-benar absolut, mengingat India dan semenanjung Arab tidak disebut benua meskipun memiliki lempeng tektonik independen. Keduanya dikategorikan sebagai Asia.
Ternyata, metode yang lebih umum untuk menggolongkan benua adalah geopolitik. Karena alasan ini, Eropa dan Asia dianggap sebagai benua yang berbeda walaupun mereka terletak di lempeng tektonik yang sama dan tidak dipisahkan oleh lautan.
Model tujuh benua — yang sebagian besar diajarkan di Cina, Pakistan , India, dan negara-negara berbahasa Inggris — mencantumkan benua sebagai Afrika, Antartika, Asia, Australia (atau kadang-kadang, Oseania), Eropa, Amerika Utara, dan Amerika Selatan. Model enam benua — yang diajarkan di Prancis, Spanyol, dan bagian Eropa lainnya — memperlihatkan model tujuh benua kecuali bahwa Amerika Utara dan Selatan dianggap sebagai benua yang sama yang disebut Amerika.
Sekolah-sekolah Jepang dan Eropa Timur juga mengajarkan model enam benua. Namun, mereka menganggap Amerika Utara dan Selatan sebagai benua yang berbeda. Sementara itu, Eropa dan Asia disatukan menjadi satu benua yang disebut Eurasia.
PBB menggunakan model lima benua yang mengakui Afrika, Amerika, Antartika, Australia, dan Eurasia. Ada juga model empat benua yang menganggap Afrika, Eropa, dan Asia sebagai benua tunggal yang disebut Afro-Eurasia. Tiga benua lainnya adalah Amerika, Antartika, dan Australia.
Terlepas dari permasalahan tentang jumlah dan nama-nama benua di muka bumi ini, ternyata masih terdapat banyak hal yang tidak kita ketahui tentang daratan luas di muka bumi ini. Berikut informasinya, melansir List Verse pada Senin (10/6/2019).
1. Afrika Terbelah Dua
Afrika ternyata berada di dua lempeng tektonik. Sebagian besar negara di Afrika mendiami Lempeng Afrika yang sering disebut Lempeng Nubia. Namun, beberapa negara di Afrika Timur berada di Lempeng Somalia.Â
Kedua lempeng saat ini bergerak dan perlahan-lahan merobek Afrika.
Bukti perpecahan terlihat di Kenya, di mana fenomena itu telah menciptakan lembah yang dalam dan panjang yang disebut Lembah Rift Kenya. Bentang alam itu adalah bagian dari beberapa lembah yang disebut East African Rift. Lembah-lembah itu muncul secara acak di sepanjang wilayah sepanjang 2.900 kilometer di daerah tempat kedua lempeng bertemu.
Afrika Timur akan memisahkan diri untuk menjadi benua baru ketika mereka akhirnya berpisah. Untuk saat ini aktivitas kedua lempeng telah menyebabkan serangkaian gempa bumi dan aktivitas gunung berapi.
Pada 19 Maret 2018, pergerakan lempeng-lempeng itu bahkan menyebabkan retakan di Kenya yang lebarnya 15 meter dengan beberapa meter panjangnya. Namun, beberapa sumber mengatakan bahwa lembah ini sebenarnya disebabkan oleh erosi tanah dan bukan karena pergerakan lempeng tektonik.
Advertisement
2. Antartika Dulu Disebut Australia
Selama berabad-abad, para ilmuwan, penjelajah , dan ahli geografi meramalkan keberadaan sebuah benua di belahan bumi selatan. Mereka menyebut benua ini terra australis incognita ("tanah selatan yang tidak diketahui"). Australis sendiri berarti "selatan." Tidak ada yang yakin jika benua itu ada, tetapi mereka percaya hal itu karena keberadaan Arktik di utara.
Pada 1627, Belanda mendarat di wilayah yang disebut sebagai Australia pada hari ini. Mereka berlayar di sekitar pantai utara, barat, dan selatan benua dan menamakannya New Holland. Inggris kemudian mendarat di pantai timur beberapa waktu kemudian, yang mereka sebut sebagai New South Wales.
Anehnya, tidak ada yang menyadari bahwa mereka berhadapan dengan benua yang sama. Penjelajah sebelumnya berpikir bahwa New Holland dan New South Wales adalah benua yang berbeda yang dipisahkan oleh selat. Baru pada tahun 1803 Matthew Flinders mengelilingi New Holland dan New South Wales dan mengungkapkan bahwa mereka adalah wilayah yang berbeda di benua yang sama.
Pada tahun 1814, Flinders merilis peta benua, yang ia sebut "Terra Australis." Namun, ia menyarankan bahwa "Terra Australis" harus disingkat menjadi " Australia " yang terdengar lebih baik.
Antartika baru ditemukan oleh Charles Wilkes dari AS pada 19 Januari 1840. Daratan itu dinamai Antartika karena nama aslinya, Terra Australis, sudah dipakai. Antartika diciptakan dari terjemahan Romawi dari antarktike Yunani, yang pada dasarnya berarti "anti-Arktik" atau "berlawanan dengan Arktik."
3. Selandia Baru Bukan Berada di Benua Australia
Selandia Baru sering disamakan dengan Australia untuk kemudian membentuk Oceania, yang juga mencakup beberapa pulau Pasifik lainnya. Namun, Selandia Baru telah dikonfirmasi berada di daratan sendiri yang disebut Zealandia. Kita tidak bisa melihat Zealandia karena 94 persen di bawah air. 6 persen lainnya terdiri dari beberapa negara pulau dan wilayah termasuk Selandia Baru dan Kaledonia Baru.
Zealandia memiliki luas sekitar 4,9 juta kilometer persegi (1,9 juta mi 2 ), yang menjadikannya dua pertiga ukuran Australia. Para peneliti percaya bahwa Zelandia masuk ke bawah air 80 juta tahun yang lalu setelah terputus dari benua super besar yang disebut Gondwana.
Namun, Zealandia tidak bisa menjaga daratannya tetap di atas air dan segera tenggelam setelahnya. Meski eksistensi Zealandia telah diakui, tidak mungkin daratan itu akan dimasukkan ke dalam daftar nama benua baru dalam waktu dekat. Mengingat, tidak ada organisasi internasional yang berwenang untuk menyatakan keberadaan benua, sehingga masing-masing negara perlu menentukan sendiri apa yang mereka ajarkan di sekolah mereka.
Advertisement
4. Setiap Peta yang Kita Baca Selalu Salah
Peta yang kita baca selama ini, tidak pernah akurat. Setiap peta cenderung salah karena sering dibuat dalam dua dimensi meskipun dunia dalam tiga dimensi. Bumi bukanlah bidang yang sempurna, sehingga hampir mustahil untuk membuat peta bumi pada selembar kertas persegi panjang.
Akibatnya, peta dua dimensi tidak dapat menggambarkan ukuran sebenarnya dari benua dan secara bersamaan mempertahankan garis bujur dan garis lintang yang benar. Kartografer atau pembuat peta percaya bahwa garis bujur dan garis lintang lebih penting, sehingga mereka memilih untuk mengubah ukuran benua sebagai gantinya. Hal ini biasanya terlihat di Peta Mercator.
Peta Mercator menggambarkan Amerika Utara sebagai benua yang lebih besar dari Afrika. Greenland hampir sama ukurannya dengan Afrika, dan Alaska lebih besar dari Brasil. India juga terlihat sangat kecil. Sementara itu, Antartika tampak lebih besar dari yang sebenarnya.
Padahal, Afrika tiga kali lebih besar dari Amerika Utara dan 14 kali lebih besar dari Greenland. Brasil lima kali lebih besar dari Alaska, dan India tiga kali lebih besar dari Skandinavia.
5. Greenland Adalah Bagian Dari Amerika Utara
Greenland adalah wilayah otonom Kerajaan Denmark. Sementara Denmark terletak di Eropa, Greenland terletak di Amerika Utara meskipun sering dianggap sebagai bagian dari Eropa.
Beberapa sumber bahkan menyebutkannya sebagai negara lintas benua — yaitu, negara yang terbagi antara dua benua. Greenland adalah bagian dari Amerika Utara karena berada di lempeng tektonik Amerika Utara, seperti AS dan Kanada.
Hubungan Greenland dengan Amerika Utara lebih dari sekadar lempeng tektonik. Migran Amerika Utara adalah peradaban paling awal yang menetap di Greenland. Ini termasuk suku Paleo-Eskimo yang tiba di Greenland pada abad ke-26 SM dan orang-orang Saqqaq yang tinggal di sana dari abad ke-25 SM hingga abad ke-9 SM.
Pemukim kemudian termasuk membawa budaya Dorset, Independence I, dan Independence II, yang semuanya bermigrasi dari Kanada. Faktanya, penduduk asli Greenland saat ini adalah orang-orang Kalaallit, yang bermigrasi dari Amerika Utara pada abad ke-13.
Namun, Greenland dinamai oleh orang Eropa pertama yang tiba pada tahun 986 Masehi. Para migran telah meninggalkan Islandia tempat mereka dianiaya oleh raja Norwegia. Mereka menyebut pulau "Groenland" sebagai bagian dari taktik untuk menarik pemukim baru ke wilayah tersebut.
Advertisement