Liputan6.com, Ramallah - Dua faksi politik Palestina telah bersama-sama menggelar pertemuan puncak mereka sendiri untuk membahas masa depan Palestina, dalam pertemuan yang akan berlangsung pada waktu yang sama persis dengan Konferensi Bahrain di Manama usulan Amerika Serikat pada 25 - 26 Juni 2019 mendatang.
Konferensi Bahrain merupakan usulan dari pemerintahan Presiden AS Donald Trump, yang digadang-gadang akan menjadi panggung untuk mengungkap porsi aspek ekonomi dari proposal rencana perdamaian Israel - Palestina yang telah lama ditunggu-tunggu, atau yang populer dikenal sebagai "Deal of the Century" (Kesepakatan Abad Ini).
Sebagai bentuk penolakan atas konferensi itu, Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) dan Front Rakyat untuk Pembebasan Palestina (PFLP) akan menggelar pertemuan puncak tandingan di Beirut, Lebanon.
Advertisement
Baca Juga
Konferensi Bahrain dipandang sebagai pengkhianatan oleh Palestina dan simbol orang Arab yang mendukung rencana AS untuk masa depan Timur Tengah, kendatipun pemerintahan Trump sangat terkenal mendukung pendudukan ilegal Israel dan aneksasi Yerusalem Timur.
Sosok senior PLO, Azzam al-Ahmad membenarkan bahwa dia telah tiba di Beirut pada Rabu 12 Juni untuk merencanakan Konferensi Lebanon, demikian seperti dikutip dari The New Arab, Jumat (14/6/2019).
Dia mengatakan kepada radio resmi Voice of Palestine dalam sebuah wawancara bahwa Palestina "harus melakukan semua yang mereka bisa untuk menolak Konferensi Bahrain dan menghancurkan setiap upaya konspiratif yang hendak melawan perjuangan Palestina."
Al-Ahmad menekankan bahwa "pertemuan Bahrain tidak ada nilainya dan tidak akan memiliki dampak politik dan tidak akan membuahkan hasil."
Namun terlepas dari penentangannya terhadap Konferensi Bahrain, al-Ahmad menolak untuk mengutuk keras negara-negara Arab, menyebut mereka sebagai "teman dan saudara (bangsa) Arab-Palestina" dalam wawancara.
Al-Ahmad meyakini bahwa para pemimpin Arab telah ditekan oleh AS untuk melaksanakan konferensi tersebut --di tengah merebaknya kabar mengenai normalisasi hubungan antara Arab dengan Israel.
Desak Negara Arab Boikot Pertemuan
Pengumuman konferensi tandingan di Lebanon datang pada hari yang sama ketika pejabat Otoritas Palestina lainnya mendesak negara-negara Arab untuk memboikot Konferensi Bahrain.
"Otoritas Palestina mendesak Mesir dan Yordania untuk tidak menghadiri konferensi Bahrain," Ibrahim Melhem, juru bicara Otoritas Palestina mengatakan di Facebook setelah pejabat AS mengumumkan bahwa kedua negara, bersama dengan Maroko, akan hadir ke Konferensi Bahrain.
Melhem mendesak "semua negara saudara dan negara sahabat untuk mundur", menambahkan bahwa partisipasi "akan membawa pesan-pesan yang salah tentang kesatuan posisi Arab" terkait penolakan rencana perdamaian Israel - Palestina versi Presiden Donald Trump yang telah lama ditunggu-tunggu.
Advertisement
Arab Berniat Hadir ke Konferensi Bahrain, Palestina Kecewa
Para pejabat Palestina, pada Rabu 19 Juni 2019, menyatakan kekecewaannya atas keputusan beberapa negara Arab, termasuk Yordania, Mesir, dan Maroko, untuk menghadiri konferensi ekonomi yang dipimpin Amerika Serikat di Bahrain akhir Juni 2019.
Arab Saudi dan Uni Emirat Arab mengumumkan niatan serupa, meskipun ada permintaan dari Palestina untuk memboikot konferensi tersebut.
Konferensi Bahrain merupakan usulan dari pemerintahan Presiden AS Donald Trump, yang digadang-gadang akan menjadi panggung untuk mengungkap porsi aspek ekonomi dari proposal rencana perdamaian Israel - Palestina yang telah lama ditunggu-tunggu, atau yang populer dikenal sebagai "Deal of the Century".
Memperbarui penolakan yang telah lama mereka suarakan, Palestina kembali meminta negara Arab memboikot konferensi yang dijadwalkan akan diluncurkan di ibukota Manama pada 25 Juni.