Liputan6.com, Jakarta - Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Indonesia Joseph R. Donovan menyambut para pelajar yang baru saja menyelesaikan program YESÂ (Kennedy-Lugar Youth Exchange & Study Abroad).
Mereka adalah 80 siswa terpilih dari penjuru Indonesia yang diberikan kesempatan belajar dan tinggal bersama keluarga asuh (host family)Â di Negeri Paman Sam selama satu tahun.
Advertisement
Baca Juga
Dalam sebuah sambutan, Donovan mengatakan para alumni YES tersebut memiliki peran penting dalam 70 tahun hubungan Indonesia-AS.
"Para pelajar ini, mereka mengalami pengalaman yang merubah hidup mereka. Tidak hanya mereka belajar tentang kekuatan dan kelemahan AS, namun mereka membantu warga Amerika Serikat untuk belajar lebih banyak mengenai Indonesia," kata Donovan saat ditemui di kediamannya pada Minggu (16/6/2019).
Agen Toleransi
Saat ditanya bagaimana dampak positif dari program YES dalam meningkatkan toleransi dan memberantas ekstremisme, Donovan mengatakan: "Langkah terbaik untuk melawan intoleransi dan ekstremisme adalah, kita harus tahu orang itu dari level personal," katanya kepada wartawan.
"Kita belajar bersama mereka, kita bermain bersama mereka, dan kita berbagi pengalaman bersama mereka," katanya merujuk pada aktivitas yang dilakukan oleh peserta program YES dengan warga lokal Amerika Serikat.Â
"Dan memang pelajar-pelajar AS yang datang ke Indonesia juga ada, namun jumlahnya masih kecil. Dan kita berkeinginan untuk meningkatkannya," lanjut sang Dubes.
Â
Kedekatan sebagai Kunci
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang hadir dalam acara itu sebagai salah satu alumni program AFS --yang saat ini membawahi YES-- menuturkan hal serupa. Menurutnya, untuk mengembangkan toleransi kuncinya adalah kedekatan, yang juga telah dilakukan oleh para peserta pertukaran pelajar.
"Sering sekali perbedaan dan lain-lain terjadi karena tidak ada interaksi langsung. Ya bacanya di WA grup, di Facebook. Bacanya informasi-informasi yang memiliki kecenderungan yang sepaham saja. Tapi ketika berinteraksi langsung, face-to face, tinggal bersama, maka ternyata semua stereotip, labeling dan lain-lain itu menjadi sesuatu yang tidak relevan lagi," tutur Anies.
2019 menjadi tahun ke-16 bagi program YES. Selama 16 tahun ini, terdapat 1.000 pelajar dari Indonesia yang dikirim ke AS untuk belajar selama satu tahun ajaran. Mereka juga tinggal bersama keluarga asuh yang sering kali memiliki perbedaan latar belakang.
Program semacam ini dipertahankan oleh AS karena menurut Dubes Donovan, hubungan dengan Indonesia sangat penting bagi negaranya.Â
"Dan pemuda-pemuda Indonesia-lah sekarang yang berada di posisi untuk menjadikan Indonesia berhasil," lanjut Donovan. "Hal itu adalah bagian dari peran AS untuk mendukung kemajuan RI."
Advertisement
Anies Baswedan: Melompat Melampaui Waktu
Hadir dalam acara penyambutan tersebut, Anies Baswedan yang juga pernah menjalani pertukaran pelajar di Negeri Paman Sam dalam program antarbudaya AFS.
"Saya berangkat waktu itu kelas dua SMA, mengikuti pertukaran pelajar selama satu tahun," kata Anies.
"Pengalaman satu tahun itu, mengubah benar-benar cara saya melihat dunia. Saya mendadak sadar, saya warga Jogja, saya warga Indonesia, dan... warga dunia," kata sang gubernur DKI Jakarta. "Jadi cakupan untuk berkarya, untuk mencari informasi, levelnya dunia."
"Hari ini kita sudah bisa merasakan melalui Google, baru menulis sudah merasakan sumber kita dari seluruh dunia. Waktu itu tidak, dan saya merasakan seperti melompat melampaui waktu," tutur Anies.
Menariknya, saat menjalani pertukaran pelajar di AS, Anies berkesempatan untuk menceritakan tentang Indonesia dan Islam, karena saat itu informasi terkait dua hal yang dimaksud masih sangat minim.
"Jadi saya berharap, program semacam ini bisa lebih banyak lagi. Saya senang sekarang yang diberangkatkan lebih banyak. Dulu... hanya 23 dan dulu variasi programnya hanya AFS."