Liputan6.com, London - Hari itu, tepat 45 tahun silam atau 17 Juni 1974, gedung parlemen Inggris dibom. Ledakan ini mengakibatkan 11 orang yang berada di sekitar lokasi kejadian, terluka.
Sebagaimana Today in History dikutip dari BBC pada Minggu (16/6/2019), bom meledak di sudut Westminter Hall, aula utama di gedung Parlemen Inggris.
Dinding bangunan tersebut rusak parah dan timbul percikan api pada jaringan pipa gas utama, yang memicu api menyebar ke aula gedung.
Advertisement
Baca Juga
Area gedung parlemen tersebut sudah berabad-abad dijaga ekstra ketat di Inggris. Dan baru kali ini, pihak keamanan kecolongan.
Saksi mata, politikus Partai Liberal Inggris, David Steel, mengatakan bahwa kerusakan gedung akibat ledakan termasuk parah.
"Saya melihat lokasi kejadian dari dekat Westminster Hall, di mana seluruh aula dipenuhi debu. Kemudian kebakaran muncul," jelas saksi terkait.
Irish Republican Army (IRA) mengakui bahwa bom tersebut berasal dari pihak mereka. Kelompok pemberontak tersebut menaruh bom jumbo seberat 9,1 kilogram.
Aparat kepolisian Scotland Yard menduga serangan bom ini merupakan awal dari rangkaian serangan kelompok pemberontak IRA ke gedung-gedung pemerintah Inggris.
Â
Â
Serangan Bom Telah Terendus
Sebelumnya, petugas sudah mengetahui adanya ancaman bom terkait. Aparat langsung buru-buru mengamankan gedung parlemen dan mengevakuasi sejumlah orang di lokasi.
Bom keburu meledak, namun tidak banyak menyebabkan korban luka, karena sebagian besar sudah dievakuasi.
Tahun 1970-an merupakan puncak dari konflik Irlandia Utara.
Pihak Unionis/loyalis, yang mayoritas beragama Protestan dan memiliki kewarganegaraan Britania Raya, ingin Irlandia Utara tetap berada di bawah Kerajaan Inggris.
Di pihak lain, kaum Nasionalis Irlandia/republiken, yang kebanyakan orang Katolik, ingin Irlandia Utara meninggalkan Britania Raya dan bergabung dengan Irlandia Bersatu.
Selain gedung parlemen, IRA juga melancarkan serangan bom di lokasi lain. Salah satunya di Menara London yang mengakibatkan 26 orang tewas.
Konflik ini baru resmi berakhir pada tahun 1998 melalui Perjanjian Jumat Agung.
Advertisement
Sejarah Lain di Tanggal Serupa
Sejarah lain mencatat pada 17 Juni 1985 Pangeran Arab Saudi Sultan bin Salman bin Abdulaziz Al Saud, menjadi muslim pertama yang pergi ke ruang angkasa.
Lewat pesawat Discovery yang mengangkasa dari Kennedy Space Cente, ia menjalankan sebuah misi, yakni menempatkan sebuah satelit untuk Arab Satellite Communications Organization (Arabsat).
Misi tersebut berlangsung selama 7 hari, 1 jam, 38 menit, dan 52 detik.
Sang pangeran menuju ke titik 4,67 juta kilometer dari Bumi -- ke tempat yang tak pernah diinjak saudara sebangsanya.