Liputan6.com, Jakarta - Kanker telah menjadi momok tersendiri dalam dunia kesehatan. Biasanya, penyakit itu cepat menyebar ke bagian lain tubuh melalui darah. Saat ini, peneliti telah mengembangkan laser khusus yang dapat mendeteksi keberadaan sel kanker dan menghancurkannya dari bagian luar kulit.
Laser itu digadang-gadang akan 1.000 kali lebih sensitif dibandingkan metode yang saat ini digunakan untuk mendeteksi sel-sel tumor dalam darah, menurut peneliti yang mempublikasikan temuannya dalam jurnal Science Translational Medicine pada 12 Juni 2019 dikutip dari laman Live Science, Senin (17/6/2019).
Sayangnya, alat yang dimaksud masih lama untuk dikomersialisasikan.
Advertisement
Baca Juga
Selama ini, tenaga medis menguji penyebaran kanker dengan mengambil sampel darah. Upaya itu tak jarang gagal untuk menemukan sel tumor, kata Vladimir Zharov salah satu penulis yang berasal dari pusat pengobatan nano, University of Arkansas for Medical Sciences.
Sementara itu jika hasil positif, pasa saat itu kanker kemungkinan telah menyebar secara luas ke organ lain dan seringkali telah relatif terlambat untuk menyelamatkan pasien, tambah Zharov.
Teknologi baru ini disebut dengan Cytophone, menggunakan sinar laser di bagian luar kulit untuk memanaskan sel-sel dalam darah. Tetapi laser hanya memanaskan sel melanoma - bukan sel yang sehat - karena sel-sel ini membawa pigmen gelap yang disebut melanin, yang menyerap cahaya.
Cytophone kemudian menggunakan teknik gelombang suara ultrasonik untuk mendeteksi gelombang kecil yang dipancarkan oleh efek pemanasan ini.
Para ilmuwan telah menguji teknologi ini pada 28 pasien kanker berkulit terang yang memiliki melanoma dan pada 19 sukarelawan sehat yang tidak memiliki melanoma.
Mereka menyorotkan laser ke tangan pasien dan menemukan bahwa dalam 10 detik hingga 60 menit (satu jam) teknologi tersebut dapat mengidentifikasi sel-sel tumor yang bersirkulasi pada 27 dari 28 relawan.
Validitas Hasil Deteksi
Laser yang dikembangkan itu tidak menghasilkan data positif kanker bagi para sukarelawan sehat, serta tidak mendatangkan efek samping, menurut para peneliti. Melanin adalah pigmen yang biasanya ada di kulit, namun sel-sel kulit tidak berbahaya.
Meskipun kulit menghasilkan melanin secara alami, teknik laser ini tidak membahayakan sel-sel itu.
Hal itu dikarenakan sinar laser tersebar di area yang luas pada kulit (sehingga tidak cukup fokus pada satu sel kulit tertentu dan merusaknya).
Tanpa diduga, para peneliti itu juga menemukan bahwa pasien kanker memiliki lebih sedikit sel tumor yang bersirkulasi setelah perawatan dengan laser itu.
"Kami menggunakan energi yang relatif rendah" dengan tujuan utama mendiagnosis daripada mengobati kanker, kata Zharov. Namun, bahkan pada energi rendah itu, sinar laser tampak mampu menghancurkan sel-sel kanker.
Advertisement
Cara Kerja Laser
Ketika melanin menyerap panas, air di sekitar melanin yang terletak di dalam sel akan mulai menguap. Proses ini menghasilkan gelembung yang mengembang kemudian runtuh, di mana secara mekanis berarti menghancurkan sel, kata Zharov.
"Tujuan kami adalah dengan membunuh sel-sel ini, kami dapat membantu mencegah penyebaran kanker metastasis," katanya. Namun ia berharap untuk melakukan lebih banyak penelitian dalam rangka mengoptimalkan perangkat. Khususnya untuk membunuh lebih banyak sel tumor, dengan tetap tidak berbahaya bagi sel-sel lain.
Mereka juga belum menguji perangkat pada orang dengan kulit lebih gelap, yang memiliki kadar melanin yang lebih tinggi. Meski begitu, hanya sebagian kecil orang Afrika-Amerika yang menderita melanoma.
Tim peneliti berharap untuk mengembangkan teknologi untuk menemukan sel-sel tumor yang dikeluarkan oleh kanker selain melanoma. Sel-sel kanker ini tidak membawa melanin, jadi untuk mendeteksinya, para peneliti pertama-tama harus menyuntikkan pasien dengan molekul tertentu yang akan mengikat sel-sel ini sehingga mereka dapat ditargetkan oleh laser.
Sejauh ini, teknik yang dimaksud telah dapat bekerja pada sel-sel kanker payudara manusia di laboratorium.