Liputan6.com, Washington DC - Hari ini, 207 tahun lalu, Presiden Amerika Serikat James Madison menandatangani pernyataan perang melawan Inggris, setelah meneken deklarasi dari Kongres (parlemen). Deklarasi perang AS sempat ditentang oleh minoritas yang cukup besar di Kongres.
Namun, mayoritas mereka yang duduk di parlemen menganggap blokade ekonomi Inggris di Prancis (sekutu terdekat AS saat itu), induksi pelaut Amerika Serikat ke Angkatan Laut Kerajaan Inggris, serta dukungan Britania terhadap suku Indian yang anti-AS; menjadi justifikasi yang cukup bagi AS untuk mendeklarasikan perang kepada kolonialis terbesar dunia, demikian seperti dikutip dari History, Selasa (18/6/2019).
Advertisement
Baca Juga
Sedangkan sebuah faksi dari Kongres yang dikenal sebagai "War Hawks" telah menganjurkan perang dengan Inggris selama beberapa tahun.
Mereka mengampanyekan perang dengan harapan bahwa invasi AS ke Kanada dapat mengakibatkan perolehan tanah teritorial yang signifikan untuk Negeri Paman Sam.
Pada bulan-bulan setelah Presiden Madison memproklamirkan keadaan perang, pasukan Amerika Serikat melancarkan invasi tiga poin ke Kanada, yang semuanya secara meyakinkan tidak berhasil.
Gedung Putih Dibakar Inggris
Pada tahun 1814, dengan Kekaisaran Perancis Napoleon Bonaparte runtuh, Inggris dapat mengalokasikan lebih banyak sumber daya militer untuk perang di Amerika.
Akibatnya, Washington, DC berhasil jatuh ke tangan Inggris pada Agustus 1814.
Di Washington, pasukan Inggris membakar Gedung Putih, Capitol (gedung parlemen), dan gedung-gedung lain sebagai pembalasan atas pembakaran sebelumnya gedung-gedung pemerintah di Kanada oleh tentara AS.
Pada September 1814, gelombang perang berbalik ketika pasukan angkatan laut Amerika yang dipimpin Thomas Macdonough memenangkan kemenangan yang menentukan di Pertempuran Teluk Plattsburg di Danau Champlain. Akibatnya, Tentara Inggris yang menyerang terpaksa mundur kembali ke Kanada.
Kemenangan Amerika di Danau Champlain mengarah pada kesimpulan negosiasi perdamaian AS-Inggris di Belgia, dan pada 24 Desember 1814, Perjanjian Ghent ditandatangani, secara resmi mengakhiri Perang 1812.
Dengan ketentuan perjanjian, semua wilayah yang ditaklukkan akan dikembalikan, dan komisi akan dibentuk untuk menyelesaikan batas Amerika Serikat dan Kanada.
Pasukan Inggris yang menyerang Pantai Teluk tidak diberitahu tentang perjanjian tersebut tepat waktu, dan pada 8 Januari 1815, pasukan AS di bawah Andrew Jackson mencapai kemenangan terbesar Amerika dalam perang di Pertempuran New Orleans.
Publik Amerika mendengar kemenangan Jackson dan Perjanjian Ghent pada waktu yang hampir bersamaan, menumbuhkan sentimen kepercayaan diri yang lebih besar dan identitas bersama di seluruh republik muda tersebut.
Advertisement