Liputan6.com, Kairo - Mohammed Morsi, pemimpin pertama yang dipilih secara demokratis di Mesir, yang telah dipenjara selama enam tahun terakhir, pingsan dan meninggal di pengadilan. Ia mengembuskan napas di tengah persidangan.
Mohammed Morsi dimakamkan pada hari Selasa di timur Kairo. Salah seorang pengacaranya mengatakan kepada kantor berita AFP, sehari setelah ia pingsan dan meninggal di pengadilan.
"Dia dimakamkan di Medinat Nasr, di timur Kairo, dihadiri keluarganya. Salat jenazah dilakukan di rumah sakit Penjara Tora" di mana dia dinyatakan meninggal pada Senin 17 Juni waktu setempat," kata pengacaranya Abdel Moneim Abdel Maksoud seperti dikutip dari Al Jazeera, Selasa (18/6/2019).
Advertisement
Baca Juga
Morsi menjadi presiden Mesir pertama yang terpilih secara demokratis pada tahun 2012, satu tahun setelah pemberontakan Arab Spring yang menjadi akhir 30 tahun pemerintahan Presiden Husni Mubarak. Dia kemudian digulingkan pada Juli 2013, setelah protes massal dan kudeta militer yang dipimpin oleh Presiden Mesir saat ini Abdel Fattah el-Sisi, dan segera ditangkap. Sejak itu dia ditahan.
Ikhwanul Muslimin, yang sejak itu dilarang, mengatakan kematian Morsi adalah pembunuhan dan meminta warga Mesir berkumpul untuk pemakaman massal.
Dalam sebuah pernyataan di situs webnya, Ikhwanul Muslimin juga menyerukan agar berkumpul di luar kedutaan besar Mesir di seluruh dunia.
Diduga Disiksa?
Menurut berbagai laporan selama bertahun-tahun, Morsi disebutkan telah dianiaya dan disiksa di penjara. Para aktivis mengatakan pada hari Senin bahwa kematiannya masuk dalam kategori penganiayaan tahanan politik.
Human Rights Watch menyebut kematian Morsi "mengerikan" yang sepenuhnya dapat diprediksi karena kegagalan pemerintah untuk memberinya perawatan medis yang memadai.
"Pemerintah Mesir hari ini memikul tanggung jawab atas kematiannya, mengingat kegagalan mereka untuk menyediakan perawatan medis yang memadai atau hak-hak dasar tahanan," kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan kepada Al Jazeera.
Amnesty internasional mengatakan pemerintah Mesir memikul tanggung jawab atas kematian mantan presiden itu, di tengah tuntutan internasional yang mendesak untuk penyelidikan yang adil dan transparan menjelang persidangan.
Tak Ada Bekas Luka
Menurut pihak berwenang, presiden pertama yang dipilih secara bebas dalam sejarah modern Mesir itu meninggal pada hari Senin setelah pingsan di pengadilan di Kairo saat diadili atas tuduhan spionase. Jaksa penuntut umum Mesir mengatakan sebuah laporan medis tidak menunjukkan adanya luka baru-baru ini di tubuh Morsi.
Pria berusia 67 tahun, yang telah berada di balik jeruji besi selama hampir enam tahun, memiliki sejarah panjang masalah kesehatan, termasuk menderita diabetes, serta penyakit hati dan ginjal.
Morsi, yang menghadapi setidaknya enam persidangan, menjalani hukuman penjara 20 tahun karena hukuman yang timbul dari pembunuhan demonstran selama demonstrasi pada tahun 2012. Dia juga menjalani hukuman seumur hidup karena spionase dalam kasus yang berkaitan dengan negara Teluk. Qatar.
Tuduhan lain terhadap mantan presiden itu termasuk pembobolan penjara, menghina pengadilan dan keterlibatan dalam "terorisme".
Para pendukungnya mengatakan tuduhan terhadapnya bermotivasi politik.
Pada November 2016, Pengadilan Kasasi membatalkan hukuman penjara seumur hidup untuk Morsi dan 21 terdakwa lainnya, termasuk beberapa yang telah menerima hukuman mati dalam kasus yang sama, dan memerintahkan pengadilan ulang.
Sepanjang penahanannya, Morsi hanya diizinkan tiga kali mendapat kunjungan dari keluarganya.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan adalah pemimpin dunia pertama yang memberikan penghormatan kepada Morsi, menyebutnya sebagai "martir."
"Semoga Allah menerima saudara kita, Morsi, jiwa martir kita dalam damai," kata Erdogan, yang telah menjalin hubungan dekat dengan almarhum mantan presiden.
Erdogan menyalahkan "tiran" Mesir atas kematian Morsi.
"Sejarah tidak akan pernah melupakan para tiran yang menyebabkan kematiannya dengan memenjarakannya dan mengancamnya dengan eksekusi," kata Erdogan, sekutu dekat Mohammed Morsi, dalam pidato yang disiarkan televisi di Istanbul.
Saksikan Juga Video Berikut Ini:
Meninggal karena Serangan Jantung
Mantan Presiden Mesir, Mohammed Morsi, diaporkan tumbang dan meninggal saat tengah menjalani sebuah sidang pengadilan pada Senin, 17 Juni 2019.
Sumber medis setempat mengatakan bahwa sosok yang juga memimpin Ikhwanul Muslimin itu--kini dicap sebagai kelompok teroris pascakudeta militer tahun 2012--meninggal karena serangan jantung mendadak.
Dikutip dari CBS News, televisi pemerintah Mesir mengatakan Mohammed Morsi (67) menghadiri sesi pengadilan pada hari Senin atas tuduhan spionase, ketika dia tiba-tiba pingsan dan kemudian meninggal sebelum sempat dibawa ke rumah sakit.
Meninggalnya Morsi terjadi sesaat setelah dia berbicara dari balik sangkar kaca, tempat di mana dia ditahan selama sesi persidangan.
Sejurus kemudian, Morsi dilaporkan pingsan, hingga diputuskan untuk segera membawanya ke rumah sakit.
Namun, belum juga mobil ambulans bergerak menuju rumah sakit, nyawa Morsi sudah tidak tertolong. Tidak disebutkan pukul berapa almarhum mengembuskan napas terakhirnya.
Pejabat pengadilan Mesir mengatakan, jika masih dalam kondisi sehat, Mohammed Morsi memiliki "banyak rahasia" yang bisa dia ungkapkan.
Advertisement
Duka Mendalam
Wafatnya Mohammed Morsi memicu kesedihan banyak pihak. Sejumlah pemimpin dunia dan tokoh-tokoh terkemuka bereaksi atas kematian mendadak presiden sipil pertama Mesir yang terpilih secara demokratis.
Berikut ini reaksi dunia terhadap kematian Mohammed Morsi, yang meninggal dalam sidang pengadilan pada Senin 17 Juni 2019 waktu setempat seperti dikutip dari TRTWorld dan sejumlah agensi, Selasa (18/6/2019):
Turki
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyampaikan belasungkawa. Erdogan, yang memiliki hubungan dekat dengan Morsi berkata, "Semoga Allah mengampuni saudara kita, martir kita, Morsi."
Pakistan
Mengekspresikan duka dan kesedihan karena Mohamed Morsi yang meninggal syahid, Jamat e Islami, partai religius utama negara itu, mengatakan dunia Muslim telah kehilangan seorang pahlawan sejati.
Dalam sebuah pernyataan, ketua Senator JI Siraj-ul-Haq mengatakan pada hari Senin bahwa Dr. Morsi telah menolak untuk tunduk pada kediktatoran, dan menarik dukungan untuk perjuangan kemerdekaan Palestina -- yang merupakan satu-satunya kejahatannya.
Baca Selengkapnya di sini...