Liputan6.com, Jakarta - Selama ini mungkin kita selalu beranggapan bahwa para astronot selalu menjalankan misi antariksa dalam kesehatan yang prima. Namun ternyata, mereka juga pernah mengalami gejala tertentu, bahkan sakit.Â
Ahli bedah penerbangan telah mengumpulkan data tentang kru-kru Apollo sebelum, selama, dan setelah misi mereka. Ternyata, terdapat masalah medis yang dilaporkan terjadi, sebagaimana diwartakan oleh CNN dikutip pada Senin (24/6/2019).
Advertisement
Baca Juga
Beberapa permasalahan kesehatan itu, termasuk ruam yang disebabkan oleh penggunaan alat pengumpul urin terlalu lama, iritasi mata, detak jantung yang tidak teratur, hingga satu hal yang menarik: perut kembung.
Astronot Alami Perut Kembung
Tiga astronot pernah melaporkan kejadian yang tidak biasa. Penuturan mereka tanpa sengaja disampaikan ke kontrol misi hingga diketahui oleh kru yang ada di Bumi.
Ketiganya mengeluhkan keluarnya angin (kentut) berlebihan. Kemungkinan, hal itu disebabkan oleh makanan mereka. Sebagaimana diketahui dokter menambahkan jumlah buah jeruk dalam makanan astronot Apollo 16, untuk tidak mengulangi tragedi yang menimpa kru Apollo 15. Medis percaya jeruk itu bisa mencegah detak jantung tidak normal seperti dalam Apollo 15 yang disebut karena kurangnya kalium.
Ketika komandan Apollo 16 John Young mengorbit di Bulan, ia berbagi keluh kesah dengan rekannya, Charlie Duke.
"Saya baru saja kentut lagi," katanya kepada Duke. "Saya tidak tahu apa yang mereka berikan kepada saya ... Saya pikir itu asam lambung, sungguh."
"Saya belum pernah makan buah jeruk sebanyak ini dalam 20 tahun!" Tambahnya. "Dan saya akan memberitahumu satu hal, dalam 12 hari berikutnya, saya tidak akan pernah makan lagi."
Perut kembung di pesawat ruang angkasa yang terbatas adalah insiden yang buruk. Namun ada satu hal yang lebih mengejutkan. Ternyata, selama misi Apollo 10, salah satu astronot gagal menyegel kantong limbah tinja dengan benar setelah pergi ke toilet. Percakapan yang terdengar saat itu membahas kotoran siapa yang beredar di kapsul.
Jantung Neil Armstrong Berdetak 150 Kali dalam Satu Menit
Pada 20 Juli 1969, Neil Armstrong dan Aldrin menembakkan mesin pendarat bulan untuk memperlambat mereka dan menjatuhkan mereka dari orbit Bulan. Ketika mereka turun ke permukaan Bulan, detak jantung Armstrong berdetak 110 kali per menit. Ternyata, detak itu meningkat lagi selama beberapa waktu setelahnya.
Saat alarm peringatan komputer berbunyi, detak jantung Armstrong naik. Ketika mereka mendekati tanah dan daerah pendaratan yang direncanakan ternyata dipenuhi oleh batu-batu besar, detak itu kembali naik.
Pada ketinggian 2.000 kaki (600 m) dari permukaan Bulan, jantung Armstrong berdetak 120 kali per menit. Pada 1.000 kaki (300 m), dengan bahan bakar hampir habis, detak itu meningkat menjadi 150, dan tetap seperti itu selama pendaratan.
Dua menit kemudian detak jantungnya turun, kembali normal.
Advertisement
Astronot Lain Mengalami Detak Jantung 170 Kali per Menit
Ternyata denyut nadi yang sangat cepat pernah tercatat dalam misi Gemini 9. Pada hari terakhir, astronot Gene Cernan harus berjalan di luar angkasa untuk mengenakan ransel bertenaga roket yang diletakkan di belakang pesawat ruang angkasa.
Ketika ia mencoba bermanuver dan mengaktifkan perangkat tanpa pegangan atau penambat, ia dengan cepat menjadi lelah.
"Itu adalah rencana yang mengerikan," kata Cernan dalam sebuah wawancara beberapa bulan sebelum dia meninggal.
"Detak jantung saya naik 170 detak per menit, para dokter menjadi gila - mereka tidak tahu harus berbuat apa, mereka tahu saya dalam masalah."
Mengalami suhu tubuh dengan panas berlebih dan dengan pelindungnya yang berkabut karena keringat, ia kemudian berhasil masuk kembali ke pesawat ruang angkasa dan menutup lubang palka.
"Tom [Stafford] akhirnya menekan pesawat ruang angkasa dan saya bisa mengambil napas," kenang Cernan. "Ketika saya melepas helm, dia berkata saya terlihat seperti lobak ... dan dia mengambil watergun dan menyemproti saya dengan alat itu."