Sukses

Polusi Akut Serang Wilayah Pasir Gudang Malaysia, Ratusan Sekolah Ditutup

Wilayah Pasir Gudang di selatan Semenanjung Malaya dilanda polusi akut yang menyebabkan 15 orang terluka dan seratusan sekolah ditutup.

Liputan6.com, Pasir Gudang - Salah satu kota di Malaysia dilaporkan kembali berjuang menghadapi dampak buruk akibat polusi akut yang disebabkan oleh limbah kimia.

Banyak siswa di kota Pasir Gudang di negara bagian Johor mengeluh sakit akibat paparan polusi dari limbah kimia yang dibuang di Sungai Kim-Kim yang melintasinya. Kasus terkait menjadi sorotan luas sejak sekitar dua pekan terakhir.

Pemimpin kota Pasir Gudang, Zuraida Kamaruddin, investigasi terakhir menemukan bahwa kontraktor yang ditugaskan untuk membersihkan limbah kimia, yang dibuang secara ilegal ke Sungai Kim Kim pada awal tahun ini, tidak melakukan pekerjaan secara penuh.

"Karena bahan berbahaya telah terpapar angin dan hujan, zat-zat udara yang tidak terkontrol mungkin telah menyebar dan mempengaruhi orang-orang di sini," tambah Zuraida, sebagaimana dikutip dari Channel News Asia pada Selasa (25/6/2019).

Sebelumnya pada bulan Maret, ribuan orang jatuh sakit setelah limbah kimia dibuang secara ilegal ke Sungai Kim Kim di Pasir Gudang, Johor.

Banyak yang dirawat di rumah sakit akibat polusi itu, termasuk siswa di sekolah terdekat. Akibatnya, lebih dari 100 sekolah diperintahkan tutup. Sembilan orang kemudian ditangkap.

Kini, hal tersebut kembali terualng dan memakan korban hingga 15 orang, yang semuanya mengaku sulit bernapas. 

Ratusan sekolah juga diperintahkan ditutup hingga Kamis nanti, menunggu penyelidikan terkait selesai digelar. 

Zuraida mengatakan pihaknya telah memberi tahu Departemen Lingkungan Hidup Malaysia tentang masalah polusi itu, guna memastikan pengangkatan segera bahan-bahan kimia beracun tersebut.

"Pemerintah Johor juga telah diberitahu untuk memastikan pembuangan limbah kimia secara tepat," katanya.

 

 

2 dari 3 halaman

Berbeda dari Insiden Bulan Maret

Namun, wakil menteri energi, ilmu pengetahuan, teknologi, lingkungan, dan perubahan iklim Isnaraissah Munirah Majilis mengatakan secara terpisah bahwa insiden terbaru berbeda dari insiden Sungai Kim Kim.

"Semua limbah yang diambil sebelumnya dari Sungai Kim Kim telah dibuang melalui pembakaran pada 8 April," katanya kepada wartawan setelah menghadiri briefing di Stadion Indoor Dewan Kota Pasir Gudang, Senin 24 Juni.

Dia menambahkan bahwa polutan itu diduga tersebar melalui proses penguapan sebagai akibat dari cuaca panas dan kondisi topografi di Pasir Gudang, serta turut dipengaruhi oleh angin muson barat daya yang diprediksi terus bertiap kencang sepanjang hari Selasa ini.

Ditanya apakah bahan kimia yang menyebabkan polusi telah diidentifikasi, Isnaraissah mengatakan belum.

Sementara itu, Kepala Menteri Johor Sahruddin Jamal mengatakan, pihaknya sedang dalam tahap akhir penyeledikan bahan kimia terkait, di mana jumlah target pabrik yang diselidiki menciut drastis dari 265 menjadi hanya 30.

"Departemen Lingkungan akan menyelidiki. Jika bahan kimia itu mirip dengan yang menyebabkan kesulitan bernapas dan muntah pada siswa, kami akan memerintahkan pabrik-pabrik untuk menghentikan operasi mereka," katanya.

3 dari 3 halaman

Radius Pemantauan Diperluas Hingga 15 Kilometer

Insiden polusi terbaru muncul pada Kamis lalu setelah 15 siswa dari sebuah sekolah di Pasir Gudang mengalami kesulitan bernapas dan muntah.

Pada hari Minggu, satu politeknik, 16 sekolah dan 69 taman kanak-kanak di bawah kementerian Pendidikan telah diperintahkan untuk ditutup hingga Kamis esok.

Sahruddin mengatakan bahwa sampel darah yang diambil dari 15 korban dinyatakan negatif terhadap akrilonitril, akrolein, dan sianida, di mana tes diambil mengingat insiden pencemaran Sungai Kim Kim tiga bulan lalu.

Sebanyak 75 orang dirujuk ke Rumah Sakit Sultan Ismail pada hari Senin, empat di antaranya dirawat.

Kepala menteri mengatakan pemerintah negara bagian telah mengusulkan agar semua sekolah di Pasir Gudang ditutup dari Selasa hingga Kamis sebagai tindakan pencegahan.

Selain itu, radius pemantauan dari lokasi pertama, di mana insiden itu terjadi di Sekolah Agama Taman Mawar, juga telah diperluas hingga 15 kilometer.

Video Terkini