Liputan6.com, Brussels - Negara-negara Eropa akan mengumumkan jalur kredit jutaan euro untuk memudahkan perdagangan antara Uni Eropa dan Iran, di mana hal itu juga merupakan upaya terakhir mereka untuk membujuk Teheran agar tidak keluar dari kesepakatan nuklir 2015.
Menurut pengamat, rencana penarikan Iran hampir pasti akan memperdalam krisis Teluk, dan mendorong permintaan AS untuk negara-negara Eropa --terutama Inggris, Prancis dan Jerman-- untuk keluar dari kesepakatan terkait, dan bergabung dengan Washington dalam menjatuhkan sanksi terhadap Teheran.
Dikutip dari The Guardian pada Kamis (27/6/2019), garis kredit yang relatif sederhana akan diumumkan di Wina pada pertemuan komisi bersama untuk kesepakatan Iran, yakni pengelompokan semua pihak yang tersisa untuk kesepakatan termasuk Eropa, Iran, Rusia dan China.
Advertisement
Baca Juga
AS menarik diri dari kesepakatan terkait, yang dikenal sebagai Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA), setahun lalu.
Setelahnya, AS memberlakukan sanksi ekonomi yang keras terhadap Iran, di mana telah menjerumuskan mata uang negara itu ke dalam sebuah keterpurukan yang memicu pengangguran massal.
Batas kredit diharapkan akan diumumkan pada hari Kamis, hari yang sama di mana Iran akan mematahkan bagian dari perjanjian nuklir, dengan melampaui batas 300 kilogram pada pengayaan uranium yang diperkaya rendah.
Iran akan mengambil langkah lebih serius untuk melanggar kesepakatan itu pada 7 Juli, ketika mereka berjanji untuk meningkatkan tingkat kemurnian pengayaan uranium di atas batas 3,6 persen, yang ditetapkan dalam kesepakatan 2015.
Para pejabat mengatakan ini bisa menjadi peningkatan simbolis menjadi 3,68 persen, tetapi jika tingkatannya terus meningkat Eropa, akan khawatir bahwa waktu breakout --periode waktu Iran untuk memperkaya uranium yang cukup untuk bom nuklir-- bisa terjadi kurang dari satu tahun.
Iran Klaim Tidak Menyalahi Kesepakatan JCPOA
Di lain pihak, Iran berargumen bahwa langkahnya --yang sejak lama dituding melanggar batas-- tidak menyalahi kesepakatan JCPOA.
Teheran juga mengklaim bahwa pihaknya berhak untuk mengambil langkah-langkah untuk menangguhkan bagian-bagian dari kesepakatan tersebut, jika penandatangan kesepakatan lainnya gagal menjaga komitmen, terutama upaya untuk meningkatkan perdagangan antara UE dan Iran.
Uni Eropa kemungkinan akan menentang bahwa pihaknya menggunakan upaya terbaik untuk meningkatkan perdagangan.
Meski begitu, mereka tidak punya kewajiban berdasarkan kesepakatan untuk mengambil langkah-langkah mengkompensasi dampak sanksi AS yang mengancam, terhadap perusahaan mana pun yang berdagang dengan Iran.
Menurut pengamat, rezim sanksi AS --termasuk penghapusan semua keringanan ekspor minyak Teheran-- jauh lebih kejam daripada perkiraan Eropa atau Iran.
Uni Eropa akan berpendapat bahwa batas kredit harus dilihat oleh Teheran sebagai sinyal untuk meluncurkan mekanisme perdagangan, yang awalnya berfokus pada barang-barang kemanusiaan, di mana memungkinkan perusahaan untuk berdagang dengan akses minimum ke sistem perbankan.
UE masih belum dalam posisi untuk mengumumkan transaksi spesifik apa pun di bawah mekanisme ini, tetapi para pejabat telah berulang kali mengatakan bahwa beberapa kesepakatan akan diumumkan dalam beberapa hari mendatang.
Diduga Uni Eropa mungkin tidak memberikan publisitas transaksi khusus, karena khawatir akan memperingatkan Kementerian Keuangan AS untuk menjatuhkan sanksi.
Advertisement
Protes Iran pada Pengumuman Batas Kredit
Sementara itu, Iran telah mengatakan bahwa pengumuman batas kredit --yang disampaikan dalam pembicaraan teknis di Teheran pekan lalu-- hampir tidak mewakili keseriusan niat yang diperlukan untuk tetap berada di dalam JCPOA.
Pejabat Eropa mengakui bahwa krisis berpotensi terjadi dalam beberapa pekan mendatang, di mana Badan Energi Atom Internasional menyatakan Iran melanggar perjanjian dalam hitungan hari.
Pada saat yang sama, Prancis, Jerman dan Italia meningkatkan kekhawatiran tentang program rudal balistik Iran, mengatakan itu dirancang untuk mampu memberikan muatan nuklir.
Para pemimpin Eropa akan menggunakan KTT G20 di Jepang --yang dimulai pada Jumat 28 Juni-- untuk menekan AS agar mengurangi eskalasi krisis, dan untuk mengklarifikasi tuntutan yang tepat dari Teheran.
Rusia dan China juga kemungkinan akan mendesak AS untuk mundur. Jepang sebagai tuan rumah KTT telah mengedepankan dirinya sebagai mediator.
Namun Hassan Rouhani, presiden Iran, mengatakan dia tidak mau bernegosiasi jika negaranya masih dikenai sanksi.