Sukses

ISIS Klaim Bertanggung Jawab Atas Serangan Bom Kembar di Tunisia

Kelompok ekstremis ISIS mengklaim bertanggung jawab atas dua serangan teror di ibu kota Tunisia.

Liputan6.com, Tunis - Bom kembar meledak dalam serangan terpisah di ibu kota Tunisia pada Kamis, 27 Juni 2019. Kelompok ekstremis ISIS mengklaim bertanggung jawab atas dua serangan teror tersebut pada malam harinya, kata outlet propaganda Amaq.

Ledakan pertama terjadi sekitar pukul 10.50 waktu setempat, dengan pelaku bom bunuh diri meledakkan dirinya di Charles Charles de Gaulle, dekat Kedutaan Besar Prancis di Tunis. Dua petugas polisi dan tiga warga sipil terluka dalam kejadian itu.

Polisi bersenjata berat menutup lokasi serangan, salah satunya sekitar 200 meter dari kedutaan Prancis. Saksi Reuters dikutip dari Sydney Morning Herald, Jumat (28/6/2019 melihat orang-orang bergegas meninggalkan tempat kejadian. Sementara jasad seorang pengebom bunuh diri terbaring di tanah.

"Saya sedang berbelanja dengan putri saya dan kami mendengar ledakan besar. Kami melihat tubuh teroris terbaring di tanah dekat kendaraan polisi setelah ia meledakkan dirinya," kata seorang pria yang hanya menyebut namanya Mohamed.

Sekitar 10 menit kemudian, ledakan kedua terjadi di tempat parkir markas Direktorat Penanggulangan Terorisme El Gorjani di Tunis, lapor Xinhua. Sebuah pernyataan Kementerian Dalam Negeri mengatakan seorang perwira polisi kota bernama Mehdi Zammali terluka, kemudian meninggal. Seorang perwira polisi dan seorang warga sipil lainnya terluka dalam serangan bunuh diri ini, tambah pernyataan itu.

Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Tunisia Sofian Zaak mengatakan para penyerang belum diidentifikasi. Ia meminta masyarakat untuk menunjukkan kekuatan dan tidak panik.

Serangan bom kembar itu terjadi beberapa bulan sebelum pemilu dan pada puncak musim wisata di mana Tunisia mengharapkan rekor jumlah pengunjung, lapor Sydney Morning Herald.

Tunisia telah memerangi kelompok-kelompok militan yang beroperasi di daerah-daerah terpencil di dekat perbatasan dengan Aljazair sejak pemberontakan menggulingkan pemimpin otokratis Zine Abidine Ben Ali pada 2011. Pengangguran yang tinggi juga memicu kerusuhan dalam beberapa tahun terakhir.

2 dari 2 halaman

Bom Serupa Tahun Lalu

Sementara itu, bom bunuh diri juga pernah terjadi di Tunisia pada Senin, 29 Oktober 2018 lalu. Setidaknya sembilan orang dilaporkan terluka akibat serangan yang mengguncang ibu kota tersebut.

Laporan menyebut seorang pria berusia 30 tahun meledakkan diri di dekat pusat perbelanjaan Le Palmarium di kawasan sibuk Habib Bourguiba Avenue, kata Sofiene Zaag, juru bicara kementerian dalam negeri setempat.

"Delapan polisi dan satu warga sipil terluka menyusul serangan bunuh diri ini," kata Sofiene Zaag, seraya menambahkan bahwa pembom adalah satu-satunya korban tewas.

Zaag mengatakan, korban yang terluka kemudian dipindahkan ke Rumah Sakit Charles Nicolle di Tunis dan rumah sakit militer, demikian sebagaimana dikutip dari Al Jazeera.

Menurut Radio Mosaique FM, pengebom menggunakan granat buatan tangan yang berisi sejumlah kecil bahan peledak.

Ricardo Gonzalez, seorang tenaga kerja asing yang tinggal di dekat lokasi serangan, mengatakan ledakan bom bunuh diri itu tidak "sangat kuat".

"Bahkan, saya memiliki keraguan apakah ini adalah bom atau mungkin kecelakaan mobil," katanya kepada Al Jazeera.

"Saya turun ke jalan dan melihat banyak orang bergerak menuju tempat di mana ledakan itu terjadi. (Ketika semakin dekat), saya melihat beberapa petugas keamanan tergeletak di tanah dan meringis kesakitan karena cedera," lanjut Gonzalez.

Dia juga mengatakan beberapa warga sipil berusaha memberikan pertolongan pertama kepada mereka yang terluka, sebelum kedatangan ambulans sekitar 10 menit kemudian.

Lokasi bom bunuh diri merupakan kawasan paling sibuk di Tunis, yang dipenuhi oleh deretan kafe, restoran, dan hotel berbintang, disebut memiliki pasukan keamanan reguler yang setara dengan penjagaa gedung-gedung pemerintah lokal.