Liputan6.com, Canberra - Polisi anti-terorisme New South Wales, Australia telah menangkap tiga orang yang diduga memiliki hubungan dengan ISIS. Isaak el Matari (20) dan dua pria lain yang berusia 23 dan 30 tahun diperkirakan akan didakwa dengan tindak pidana pada hari ini, Selasa 2 Juli 2019.
Mengutip ABC.net.au pada Selasa (2/7/2019), polisi Federal Australia (AFP) membenarkan bahwa Tim Antiterorisme Bersama New South Wales (JCTT) menangani kasus tersebut.
Advertisement
Baca Juga
Operasi tersebut dilaksanakan sebagai respons atas enam surat perintah penggeledahan yang menargetkan beberapa pinggiran kota Sydney Barat di Australia; termasuk Canada Bay, Chester Hill, Greenacre, Green Valley, Ingleburn dan Toongabbie.
AFP mengatakan belum ada ancaman langsung kepada publik terkait aktivitas yang dilakukan oleh terduga simpatisan ISIS.
JCTT adalah pasukan gabungan yang terdiri dari petugas dari Polisi NSW dan kepolisian federal Australia AFP.
Dalam sebuah pernyataan, Kepolisian NSW mengatakan: "Tim Counter Terorism Bersama NSW dapat mengkonfirmasi sedang melakukan kegiatan operasional di Sydney hari ini."
"Rincian lebih lanjut akan dirilis pada waktu yang tepat," lanjut pernyataan tersebut.
Canada Bay berjarak sekitar 10 kilometer dari CBD Sydney, sementara Toongabbie berjarak sekitar 40 km barat.
Simak video pilihan berikut:
Australia Evakuasi 6 Anak Keturunan ISIS
Sementara itu, Australia telah mengevakuasi delapan anak dari kamp pengungsi si Suriah yang terkenal menampung eks-simpatisan ISIS pada Juni lalu.
Anak-anak itu merupakan keturunan dari pria dan wanita yang menjadi kombatan atau pendukung asing ISIS di Suriah, dengan enam di antaranya berdarah Australia.
Tiga dari enam anak Australia yang dievakuasi adalah keturunan seorang militan ISIS ternama asal Negeri Kanguru, Khaled Sharrouf. Pria itu, yang kewarganegaraannya telah dicabut oleh Canberra, dilaporkan tewas sejak beberapa tahun lalu, ketika ISIS masih aktif di Suriah.
Canberra mampu mengevakuasi anak-anak secara rahasia bersama dengan kelompok-kelompok kemanusiaan, kata media Australia.
Perdana Menteri Scott Morrison mengonfirmasi mereka telah dibebaskan dari situasi "suram dan rumit".
"Fakta bahwa orang tua membahayakan anak-anak mereka dengan membawa mereka ke zona perang adalah tindakan tercela," kata Morrison seperti dilansir BBC.
"Namun, anak-anak tidak boleh dihukum karena kejahatan orang tua mereka."
Morrison menambahkan bahwa keputusan untuk mengevakuasi anak-anak keturunan simpatisan ISIS itu "tidaklah mudah."
"Keamanan nasional Australia dan keselamatan karyawan dan personel kami selalu menjadi pertimbangan kami yang paling penting dalam masalah ini," kata PM Morrison.
Advertisement