Sukses

Miris, Anak Burung Makan Puntung Rokok dari Sampah Bekas Manusia

Seorang pengguna Facebook membagikan foto yang memperlihatkan anak burung makan puntung rokok.

Liputan6.com, Florida - Seekor bayi burung tertangkap kamera fotografer amatir, sedang menjepit puntung rokok dengan paruhnya yang mungil. Foto tersebut kemudian dibagikan oleh juru potret itu ke Facebook pribadinya pada 26 Juni 2019.

Momen miris ini menyoroti masalah lingkungan dan memicu gelombang kemarahan dari warganet yang mengecam para perokok yang suka membuang puntung rokok sembarangan.

Burung black skimmer (Rynchops niger) itu difoto secara tak sengaja oleh Karen Mason saat dirinya sedang berada di pantai St. Pete di Florida, Amerika Serikat pada 20 Juni 2019.

Terlihat pula induk bayi unggas yang tampak mengambil puntung rokok yang dicapit oleh anaknya.

Dalam unggahannya di Facebook, Mason menuliskan permohonan sederhana kepada warganet: "Jika Anda merokok, jangan tinggalkan puntung rokok Anda."

Dia menambahkan: "Sudah saatnya kita membersihkan pantai dan berhenti memperlakukannya seperti satu nampan abu raksasa. #nobuttsforbabies."

Mason, yang dikenal secara online sebagai Karen Catbird, dibanjiri permintaan dari media dunia untuk mereproduksi hasil bidikan kameranya.

Dia menjelaskan kepada para jurnalis bahwa burung-burung itu mencari makan dengan menyisir bibir pantai, dengan paruh mereka terbuka.

"Mereka tidak melihat apa yang mereka dapatkan. Anak burung ini pasti mengira bahwa puntung rokok itu adalah makanan, saat tersapu ombak ke pantai," tulisnya.

2 dari 3 halaman

Sampah Puntung Rokok

Puntung rokok adalah sampah yang paling sering dijumpai di pantai-pantai di Florida, juga pantai-pantai global, menurut laporan Ocean Conservancy pada tahun lalu.

"Puntung tembakau ada di mana-mana sehingga sebagian besar dari kita menjadi buta terhadap sampah ini," kata Rachel Kippen, dari Santa Cruz County Tobacco Education Coalition.

"Ada 4,5 triliun puntung rokok yang mengotori jalan-jalan, taman, dan pantai di seluruh dunia. Kebanyakan orang tidak menyadari bahwa puntung terbuat dari selulosa asetat, plastik yang tidak pernah sepenuhnya hancur," imbuh mereka.

"Filter-filter ini tidak memberikan manfaat kesehatan bagi perokok, tetapi menciptakan ancaman lingkungan jangka panjan, terutama bagi lautan," tandas organisasi nirbala itu.

Black skimmer sebagian besar hidup di muara sungai dan di sepanjang pantai di daerah yang hangat.

3 dari 3 halaman

Selain Plastik, Puntung Rokok Adalah Pencemar Utama Lautan Dunia

Mengutip Indiatimes pada Senin, 17 September 2018, puntung rokok menjadi sampah terbesar yang dikumpulkan di seluruh pantai dunia selama 33 tahun terakhir. NBC News melaporkan, lebih dari 60 juta puntung rokok dikumpulkan selama waktu tersebut.

Puntung rokok berjumlah lebih dari sepertiga dari semua barang yang dikumpulkan sejak 1986, yang meliputi tutup botol, wadah, pembungkus, peralatan makan, dan botol.

Kehadiran filter rokok sendiri ditemukan untuk membantu menghilangkan masalah yang ditimbulkan rokok pada kesehatan. Namun, ini malah menjadi masalah baru bagi lingkungan. Serat sintetis dan bahan kimia yang digunakan untuk mengolah tembakau mencemari tanah, sungai, dan juga lautan.

"Sangat jelas (rokok) tidak ada memiliki manfaat kesehatan dan filter rokok, hanyalah alat pemasaran. Dan mereka membuatnya lebih mudah bagi seseorang untuk merokok," ujar Profesor Kesehatan Masyarakat dari San Diego State University, Amerika Serikat, Thomas Novotny.

Sekitar 5,6 triliun batang rokok diproduksi di seluruh dunia dengan penyaring yang terbuat dari selulosa asetat. Bahan tersebut membutuhkan waktu lebih dari satu tahun untuk terurai.

Novotny mengatakan, sebanyak dua pertiga dari penyaring itu dibuang dengan tidak bertanggung jawab. Limbah ini hancur menjadi mikroplastik dan mudah dikonsumsi satwa liar.

Para peneliti menemukan, sampah di sekitar 70 persen burung laut dan 30 persen dari penyu laut.

"Melemparkan puntung rokok di tanah menjadi salah satu bentuk membuang sampah yang paling diterima secara global dan berbatasan dengan norma sosial bagi banyak perokok," ujar sebuah laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Mereka menambahkan, sekitar 680 juta kilogram limbah tembakau mengotori dunia setiap tahunnya.