Sukses

Donald Trump Dituduh Ubah Peringatan Kemerdekaan AS Jadi Kampanye Politik

Presiden AS Donald Trump dituding sengaja mengubah peringatan kemerdekaan negara itu menjadi kampanye politik.

Liputan6.com, Washington DC - Umumnya dalam setiap peringatan kemerdekaan Amerika Serikat (AS), presiden negara itu tidak tampil lebih kecuali menyampaikan sambutan singkat yang disiarkan secara nasional.

Namun, tahun ini akan menjadi sangat berbeda, ketika Donald Trump menggelar sebuah pawai raksasa bertajuk "Salute to America", lengkap dengan parade militer di Washington, DC, dan juga sesi khusus pidato nasional.

Dengan mengambil contoh pada perayaan Bastille Day di Paris, dua tahun lalu, sebagaimana dikutip dari Al Jazeera pada Kamis (4/7/2019), Trump telah meminta tank-tank Angkatan Darat AS untuk dipamerkan.

Dia juga memerintahkan pesawat militer melakukan atraksi rumit di udara, yang kemudian ditutup oleh pidato nasional yang disampaikannay di tangga Lincoln Memorial.

Para kritikus memandang peristiwa itu --yang telah direncanakan berbulan-bulan-- sebagai kebijakan yang tidak pantas oleh Donald Trump, di mana berpotensi memicu preseden buruk terkait peran politiknya di mata publik.

"Ini adalah upaya lain yang membedakannya dari setiap presiden-presiden sebelumnya, tidak peduli seberapa baik atau buruknya mereka," kata Aaron David Miller, seorang analis di lembaga think-tank Wilson Center di Washington, DC.

"Ini adalah narsisme dan kepekaan pribadinya sendiri tanpa memperhatikan institusi, nilai-nilai dan norma-norma yang telah menopang republik untuk waktu yang lama," lanjutnya.

Tajuk "Salute to America" muncul dalam kampanye perdana Donald Trump untuk masju ke pemilu presiden 2020, yang secara resmi dirilisnya pada Juni lalu.

2 dari 3 halaman

Dituding Berbau Otoriter

Kubu Demokrat di Kongres AS menuding pawai militer yang direncanakan Trump berbau otoriter, dan penggunaan acara yang didanai publik untuk pidato partisan melanggar aturan federal, yang mencegah sumber daya publik membayar acara-acara politik.

"Upaya Presiden Trump untuk membuat perayaan Hari Kemerdekaan tahunan ... dengan menonjolkan dirinya adalah keputusan mengejutkan," kata Don Beyer dari Partai Demokrat dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu.

"Lebih buruk lagi, visual otoriter yang dia desak untuk ditampilkan, termasuk tank, akan menjatuhkan beban biaya besar pada pembayar pajak," lanjutnya prihatin.

The National Park Service --dinas pertamanan AS-- telah diperintahkan untuk menyediakan dana sebesar US$ 2,5 juta (setara Rp 35,3 miliar) untuk pemeliharaan taman di Washington DC dalam menyambbut agenda peringatan 4 Juli, lapor The Washington Post.

Biaya aktual untuk mengangkut tank dan menerbangkan pesawat diprediksi akan jauh lebih tinggi.

Trump menanggapi dalam sebuah twit pada hari Rabu, bahwa "biaya peringatan kemerdekaan AS tahun ini akan lebih sedikit dibandingkan perkiraan".

3 dari 3 halaman

Donald Trump Tuai Kritik Luas

Keputusan Trump memilih Lincoln Memorial sebagai lokasi pembacaan pidatonya pada 4 Juli, juga menuai kritik.

Abraham Lincoln, presiden AS ke-16, memimpin negara itu melalui Perang Sipil yang berujung pada penyatuan bersejarah Negeri Paman Sam.

Kata-kata Lincoln di Pidato Gettysburg-nya yang terkenal, "Bahwa pemerintahan rakyat, oleh rakyat, karena rakyat tidak akan binasa dari Bumi ini", terukir di dinding menumen bersejarah itu.

Deretan anak tangga pada Lincoln Memorial juga merupakan tempat di mana pemimpin hak-hak sipil Martin Luther King Jr menyampikan pidato "I Have a Dream" yang fenomenal pada 1963, di mana menyerukan keadilan rasial dan kesetaraan.

Sementara itu, Komite Nasional Republik (RNC), cabang kampanye kepresidenan dari Partai Republik, telah mengatur tempat duduk khusus pada pidato Trump untuk para donor dan pejabat tinggi politik.

Ditanya mengapa RNC memberikan tiket untuk acara nasional, penasihat Trump Kellyanne Conway menolak tudingan bahwa Trump mempolitisasi agenda nasional tersebut.

"Ini adalah acara publik. Ini terbuka untuk umum. Publik dipersilakan untuk datang dan merayakan negara kita yang agung, demokrasi terbesar ... benar-benar kelahiran negara ini, demokrasi terbesar yang pernah hidup," katanya.

"Saya tidak akan membiarkan Anda menjadikannya sebagai tuduhan politisasi," lanjut Conway.

Terakhir kali seorang presiden AS berpidato di Washington, DC, dalam peringatan kemerdekaan negara itu adalah pada 1951 silam, ketika Harry Truman berbicara tentang "kemajuan" dalam Perang Korea selama peringatan ulang tahun ke-175 Negeri Paman Sam.