Liputan6.com, Sydney - Dewan Pejalan Kaki Australia (PDA) tengah menggodog RUU tentang pengenaan denda kepada siapa saja yang bermain ponsel mereka saat menyeberangi jalan.
Bila proposal tersebut mendapat lampu hijau dari parlemen, maka pelanggar akan dikenai denda sebesar 200 dolar Australia atau sekitar Rp 1,9 juta.
Harold Scruby dari PDA mengatakan kepada 9 News bahwa sanksi itu akan memberikan efek jera kepada mereka yang tak bisa lepas dari ponsel, ketika barang elektronik ini justru membuat mereka berada dalam risiko.
Advertisement
"Kami ingin memberikan denda sebesar 200 dolar Australia, dan itu akan bernama 'cross road while distracted'," kata Scruby seperti dikutip dari Daily Mail, Kamis (4/7/2019).
RUU tersebut pun mendapatkan banyak reaksi dari warga Australia, ada yang mendukung, namun ada pula yang menyebut bahwa langkah tersebut terlalu jauh.
Sementara itu, seorang pakar keselamatan jalan yang tak disebutkan namanya mengatakan, menatap ponsel saat berjalan adalah bentuk kebutaan yang lalai.
Namun, polisi Australia menyatakan bahwa pihaknya saat ini tidak mempertimbangkan hukuman lebih lanjut untuk pedestrian yang tertangkap bermain ponsel sembari berjalan kaki.
Kota di Kanada Ini Larang Penggunaan Ponsel pada Siswa di Sekolah
Sementara itu, provinsi terpadat di Kanada, Ontario, akan melarang penggunaan ponsel di ruang kelas di seluruh sekolah mulai tahun depan. Menteri Pendidikan Lisa Thompson mengumumkan kebijakan baru ini pada Selasa, 12 Maret 2019, setelah satu tahun konsultasi.
Aturan baru itu akan berlaku selama waktu pengajaran atau kegiatan belajar-mengajar (KBM) berlangsung. Kendati demikian, akan ada pengecualian untuk guru yang ingin menggunakan telepon genggam sebagai bagian dari rencana pelajaran, siswa dengan kebutuhan khusus dan alasan medis.
Banyak distrik di Kanada yang sudah menerapkan larangan tersebut, tetapi dekret ini akan berlaku untuk semua sekolah umum di Ontario.
"Siswa harus fokus pada pembelajaran mereka," kata Thompson, seperti dilansir BBC, Rabu, 13 Maret 2019.
"Dengan melarang penggunaan ponsel yang bisa mengalihkan pikiran mereka, kami harap bisa membantu seluruh murid untuk fokus pada keterampilan dasar yang mereka butuhkan seperti membaca, menulis, dan matematika. Kami akan membuat pengumuman resmi dalam waktu dekat," imbuhnya.
Thomson menyampaikan, konsultasi di antara para pejabat di Kementerian Pendidikan Ontario dan pihak wali murid mengungkapkan 97% orangtua, pendidik dan pemangku kepentingan mendukung larangan perangkat yang mengganggu belajar anak-anak di kelas.
Langkah ini dipuji oleh banyak orang, tetapi ada pula yang menyebut bahwa aturan itu kuno. Di satu sisi, guru juga disebut tidak bisa mendidik murid-muridnya tentang tata cara penggunaan teknologi yang bertanggung jawab.
Being in a middle school and high school that allowed technology use literally changed my life, and allowed me to change the lives of others and further spread my message across the world. The cellphone ban is literally the most backwards progress thing I’ve heard in so long😪
— Loizza Aquino🇨🇦🇵🇠(@loizzaaquino) March 12, 2019
Di samping itu, siswa Sekolah Menengah Earl Grey di Kanada diberitahu bahwa mereka harus meninggalkan ponsel pintarnya di loker selama dan antara pelajaran di kelas. Aturan itu mulai berlaku Selasa 20 Februari 2018.
Sekolah memberlakukan larangan dalam upaya staf, orangtua dan siswa meminimalkan gangguan di kelas dan mengurangi penggunaan yang tidak pantas dari perangkat itu di sekolah. Demikian kata sang kepala sekolah, Bill Vatzolas.
"Siswa Kelas 7 dan 8 akan diizinkan untuk menggunakan perangkat mereka selama jam makan siang dengan pembatasan. Namun aturannya adalah: tidak ada media sosial, tanpa SMS, tidak mengambil atau melihat foto dan video," tulis Vatzolas dalam sebuah surat kepada orangtua murid.
"Menggunakan pada dasarnya adalah berbicara di kelas, versi elektroniknya," kata Ryan Bird, juru bicara Dewan Sekolah Distrik Toronto.
Sementara itu pada September 2018, Prancis telah lebih dulu memberlakukan larangan seperti ini, namun hanya untuk siswa berusia 15 tahun ke bawah.
Sedangkan bagi Nick Gibb, menteri penetapan standar sekolah di Inggris, mengatakan kepada BBC bahwa dia yakin sekolah harus melarang murid mereka membawa smartphone.
Advertisement
Kurangi Stres Murid, Sekolah Swasta dan Negeri di Australia Larang Penggunaan Ponsel
Sekolah-sekolah swasta dan negeri di Australia sebelumnya bahkan telah sepakat untuk memberlakukan larangan penggunaan ponsel pada murid selama berada di lingkungan sekolah. Hal tersebut perlu dilakukan demi mengurangi stres pada seluruh siswa.
Sekolah swasta khusus laki-laki, Newington College, bersama dengan Deniliquin High School, Shore School, dan Tara Anglican School for Girls --yang semuanya berbasis di Sydney-- sudah menerapkan aturan baru tersebut sejak awal semester keempat.
Pihak sekolah memberi tahu murid-murid untuk menyimpan ponsel mereka di loker masing-masing.
Dalam sebuah pengumuman, Newington College hanya mengizinkan para siswa untuk memeriksa ponsel secara singkat, sekitar 5 menit, saat jam istirahat dan makan siang. Setelah itu, mereka harus menempatkannya kembali di loker.
It was fabulously noisy in the yard today as students were busy talking to each other at recess and lunch instead of playing on their phones!
— DeniliquinHS (@DeniliquinHS) July 24, 2018
Sedangkan untuk orangtua atau wali murid, dapat menghubungi putra dan putri mereka melalui resepsionis sekolah, Fairfax News melaporkan.
Kini di Australia, semakin banyak sekolah telah melembagakan larangan tersebut. Sebab menurut mereka, telepon seluler atau ponsel mampu menurunkan tingkat konsentrasi anak dan meningkatkan stres.
Sekolah-sekolah yang melarang penggunaan ponsel telah melaporkan adanya peningkatan interaksi dan percakapan antar siswa, baik selama istirahat maupun aktivitas fisik lainnya.
Newington College, yang terletak di pinggiran barat kota Sydney, Australia, menerapkan larangan tersebut setelah pihak sekolah merasa gagal dalam mendidik murid-muridnya agar menggunakan ponsel secara bertanggung jawab.