Liputan6.com, Jakarta - Gempa bumi sudah ada sejak lampau. Bukti pada masa lalu itu bisa ditelusuri hingga tahun 1831 Sebelum Masehi di Provinsi Shandong, Tiongkok. Namun, pencatatan yang cukup lengkap baru mulai dilakukan pada tahun 780 SM, selama masa pemerintahan Dinasti Zhou di China.
Kala itu, orang-orang tak mengerti mengapa tanah yang mereka pihak berguncang hebat -- yang tak hanya berdampak menghancurkan, tapi juga bisa mengundang gelombang raksasa datang dan menerjang.
Pun dengan warga Jepang, saat gempa Ansei-Nankai pada 1854 menghabisi sekitar 10.000 nyawa.
Advertisement
Mereka sibuk menyalahkan hewan mistis, seekor lele raksasa atas kematian dan kerusakan akibat gempa yang diperkirakan berkekuatan 8,4 skala Richter itu.
Lele bernama Namazu itu konon tinggal di perut bumi, tepat di bawah Jepang. Gerakan liar ikan berwarna hitam dan berkepala gepeng itu diyakini memicu guncangan hebat.
Hanya Dewa Kashima yang bisa mengendalikan polahnya. Menggunakan batu besar yang diletakkan di kepala hewan itu. Mirip matador yang menunggang banteng.
Saat pengawasan Dewa Kashima lengah, Namazu menjadi liar. Gempa pun terjadi. Di tempat dan latar budaya yang berbeda, orang-orang menyalahkan kura-kura, sapi, babi, babi rusa, amarah dewa, hingga penghukuman atas dosa-dosa manusia sebagai penyebab lindu.
Baru pada 1760, penyebab gempa dijelaskan secara ilmiah oleh insinyur asal Inggris John Michell -- yang kemudian menjadi bapak seismologi pertama. Ia menyebut, gempa dan gelombang energi yang diakibatkannya disebabkan pergeseran batuan yang terletak jauh di bawah tanah.
Meski gempa telah mengguncang di sepanjang peradaban manusia, namun, ada sejumlah fakta gempa yang belum banyak diketahui orang, dari yang terdengar ilmiah hingga yang seakan 'gila' -- yang tak terbayangkan.
Berikut 13 fakta gempa yang tak banyak diketahui orang yang Liputan6.com kutip sebagian dari artikel berjudul 13 Crazy Earthquake Facts yang dipublikasikan di situs sains, LiveScience, Rabu (10/7/2019):
Bulan Maret Paling Berpotensi Gempa?
1. Pada tahun 2010, ahli dari Missouri University of Science & Technology. Stephen S. Gao mengatakan, kurun waktu 15 ke belakang, aktivitas seismik Bumi menjadi lebih aktif. Namun tak semua ilmuwan setuju dengannya.
Sebelumnya, dalam perbincangan dengan Liputan6.com, ahli geologi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Dr Danny Hilman Natawijaya mengatakan, gempa kian sering terjadi pasca lindu dahsyat dan tsunami Aceh pada 2004.
"Gempa Aceh 2004 menaikkan stres (tekanan). Seperti kita, Bumi juga bisa stres. Gempa besar menaikkan level stres," tambah dia.
2. Kota San Francisco bergerak mendekati Los Angeles, rata-rata 2 inchi per tahun -- kecepatan yang sama seperti pertumbuhan kuku tangan Anda.
Pergerakan tersebut terjadi ketika dua sisi patahan (fault) San Andreas saling menghujam satu sama lain. Dalam beberapa juta tahun lagi, kedua kota tersebut akan menyatu.
Sebelumnya, gempa dahsyat yang mengguncang Baja, California dan barat daya Amerika Serikat, 4 April 2010, telah menggeser batas Kota California. Demikian diungkap radar Badan Antariksa AS, NASA.
Calexico, California -- dekat perbatasan AS-Meksiko bergeser lebih dari 2,5 kaki atau 80 centimeter ke selatan dan permukaannya turun akibat gempa dengan kekuatan 7,2 skala Richter.
Gempa dahsyat disebut El Mayor-Cucapah, berpusat di 52 kilometer sebelah selatan dari tenggara Calexico -- ini adalah gempa terbesar yang mengguncang wilayah itu dalam 120 tahun.
3. Sejumlah orang meyakini, Maret adalah bulannya gempa. Namun, anggapan itu tak ilmiah.
Memang benar, pada tanggal 28 Maret 1964, Prince William Sound, Alaska, diguncang gempa 9,2 skala Richter -- salah satu yang terbesar yang pernah mengguncang.
Sebanyak 125 orang meninggal dunia kala itu. Lindu juga menyebabkan kerugian properti sebesar US$ 311 juta.
Sementara, pada 9 Maret 1957, Andreanof di Kepulauan Alaska diguncang lindu dengan kekuatan 9,1 SR.
Namun, tiga gempa terbesar di AS yang terjadi kemudian pada bulan Februari, November, dan Desember.
Gempa besar yang mengguncang Chile pada 2010 terjadi pada tanggal 27 Februari. Dan lindu dahsyat 9,1 SR yang diikuti tsunami dahsyat di Aceh dan sejumlah wilayah pesisir Samudera Hindia terjadi pada 26 Desember 2004.
Meski demikian, gempa 9 SR dan tsunami Jepang yang menewaskan sekitar 15 ribu orang dan memicu krisis nuklir paling parah sejak Perang Dunia II di Negeri Sakura -- terjadi pada 11 Maret 2011.
Advertisement
Gempa Bisa Menggeser Poros Bumi
4. Ada sekitar 500.000 gempa yang terjadi dalam setahun di seluruh dunia -- setidaknya yang terdeteksi oleh instrumen sensitif. Sekitar 100 ribu di antaranya bisa dirasakan, dan 100 atau lebih berpotensi menyebabkan kerusakan.
Setiap tahun daerah California selatan mengalami sekitar 10.000 gempa, namun kebanyakan tidak dirasakan oleh warga.
Sementara, Badan Geologi Amerika Serikat (USGS) memprediksi jutaan kali gempa terjadi di seluruh dunia setiap tahunnya. Banyak di antaranya yang tak terdeteksi oleh badan-badan meteorologi dan geofisika yang tersebar di muka Bumi.
Setidaknya, ada gempa dengan skala 8 Skala Richter yang mengguncang setiap tahun, sementara 15 lindu berkekuatan 7-7,9 SR terjadi sekitar 15 kali.
5. Matahari dan Bulan ternyata menyebabkan tremor. Sudah lama diketahui bahwa kedua benda langit itu menciptakan pasang di kerak Bumi -- versi yang sangat kecil dari pasang surut laut.
Beberapa peneliti mengatakan, daya tarik Matahari dan Bulan merangsang getaran di bawah tanah di sepanjang patahan San Andreas.
Sejumlah orang juga meyakini, fenomena supermoon bisa memicu gempa.
Sejumlah bencana memang kebetulan berdekatan dengan fenomena langit itu, termasuk gempa dan tsunami Jepang 11 Maret 2011. Namun, banyak ilmuwan yang menyebut, anggapan itu omong kosong belaka.
6. Sebuah kota di Chile bergeser 10 kaki atau sekitar 3 meter ketika gempa 8,8 SR mengguncang pada 27 Februari 2010.
Pergeseran di kerak Bumi menggeser kota tersebut ke arah barat. Tak hanya itu, lindu juga menggeser poros Bumi dan memperpendek usia hari. Demikian dikatakan para ilmuwan Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA).
Perubahan poros bumi tidak signifikan, tetapi berlangsung permanen di mana, berdasarkan perhitungan awal, satu hari akan akan menjadi lebih pendek 1,26 mikrodetik. Satu mikrodetik setara dengan satu per satu juta detik.
Tsunami Aceh Bikin Bumi Kian Bulat
7. Tak ada yang dinamakan 'cuaca gempa'Â (earthquake weather). "Secara statistik, waktu terjadinya gempa merata dalam cuaca dingin, cuaca panas, cuaca hujan, dan sebagainya," demikian menurut Badan Survei Geologi AS (USGS).
Para ilmuwan mengatakan, tak ada peluang bagi cuaca untuk mempengaruhi kekuatan yang terkandung beberapa kilometer di bawah permukaan Bumi di mana gempa berpusat.
Perubahan tekanan udara di atmosfer sangat kecil dibandingkan dengan kekuatan di kerak Bumi. Efek tekanan udara tidak bisa mencapai bawah tanah.
8. Tonjolan Bumi terpangkas sedikit saat gempa 9,1 SR di Aceh -- yang memicu tsunami mematikan pada 26 Desember 2004. Tonjolan pada perut Bumi terkait dengan pengukuran dari kutub ke kutub.
Dengan berkurangnya tonjolan itu, planet kita menjadi lebih bulat.
9. Cincin Api Pasifik (Ring of Fire)Â adalah wilayah yang paling aktif secara geologis Bumi.
'Cincin' yang nyatanya bentuknya mirip tapal kuda itu meliputi 400 gunung bawah laut dan membentang 25 ribu mil dari Selandia Baru, melewati Indonesia, Jepang, China, Rusia, Selat Bering, dan berakhir di Amerika Selatan.
Di area tersebut, sekitar 90 persen gempa bumi di dunia terjadi, demikian menurut USGS.
10. Eksploitasi minyak ternyata bisa memicu gempa kecil atau minor. Sebab, minyak umumnya ditemukan dalam sedimen lembut dan licin.
Ketika ditambang, batuan lain akan bergerak untuk mengisi kekosongan itu dan menciptakan peristiwa 'mini-seismik' yang tak bisa dirasakan manusia.
Advertisement
Gempa Paling Mematikan
11. Gempa bumi terbesar yang pernah tercatat berkekuatan 9,5 SR di Chile pada 22 Mei 1960.
Kekuatan tersebut lebih besar dari kekuatan gempa yang memicu tsunami di pesisir Aceh dan Samudera Hindia pada 24 Desember 2004 yang sebesar 9,1 SR.
Episentrum atau pusat gempa berada di lepas pantai dekat Canete, sekitar 900 km sebelah selatan Santiago, ibukota Chile. Lindu terjadi sebagai akibat subduksi lempeng Nazca ke bawah lempeng Amerika Selatan.
Akibatnya sungguh luar biasa, kehancuran terjadi di mana-mana. Terutama di Valdivia, di mana setengah bangunan yang ada di sana hancur lebur. Sehingga gempa itu disebut '1960 Valdivia Earthquake (Terremoto de Valdivia)' atau 'Great Chilean earthquake (Gran terremoto de Chile)'.
Tak hanya itu, korban yang selamat dari gempa harus menghadapi kejutan yang sama sekali tak dinanti: tsunami.
Sekitar 15 menit pascagempa, gelombang raksasa setinggi 25 meter menghantam wilayah pesisir. "Ribuan orang tewas," demikian dikabarkan kala itu, seperti dikutip dari situs CBS News.
"Seperempat penduduk Chile, atau lebih dari 2 juta orang, menjadi tunawisma. Seluruh kota porak poranda."
Diperkirakan jumlah korban tewas di Chile mencapai 1.655 orang. Termasuk saudagar paling kaya di Maullin, Ramon Atala. Meski selamat dari gempa, "ia kehilangan nyawa saat mencoba menyelamatkan barang berharga miliknya," demikian dimuat NOAA.
Gelombang kejut akibat gempa di Chile juga dirasakan seluruh dunia, memicu tsunami mematikan. Lalu, 15 jam kemudian, ombak raksasa menghantam Hilo dan Big Island di Hawaii -- yang jaraknya lebih dari 6.000 mil dari Chile. Akibatnya, 600 rumah rusak, 185 orang dinyatakan tewas atau hilang.
Tak berhenti sampai di situ. Sehari kemudian, tsunami setinggi lebih dari 5 meter menerjang Jepang, menewaskan 138 orang. Ombak gergasi lalu memantul, menyeberangi Samudera Pasifik, menuju Filipina -- menyebabkan 32 orang tewas atau hilang -- kemudian ke pantai barat AS dan menciptakan kerusakan di California.
12. Gempa di satu sisi Bumi bisa mengguncang sisi lainnya. Para ahli seismologi mempelajari gempa besar tahun 2004 di Aceh, yang memicu tsunami dahsyat di Samudera Hindia.
Para ahli menemukan, gempa telah melemahkan setidaknya sebagian Patahan San Andreas.
Sementara, gempa Chile tahun 1960 mengguncang seluruh Bumi selama beberapa hari.
Sebuah fenomena yang disebut osilasi terukur oleh stasiun seismik yang tersebar di seluruh dunia.
13. Gempa paling mematikan dalam sejarah manusia terjadi pada 23 Januari 1556 di Shansi, China.
Kala itu, gempa dengan magnitude sekitar 8 SR mengguncang Tiongkok. Guncangan yang terjadi dalam hitungan menit menimbulkan malapetaka.
"Di wilayah Hua, hal buruk silih berganti terjadi. Pegunungan dan sungai-sungai berganti posisi, jalanan pun rusak. Di beberapa tempat tanah tiba-tiba naik membentuk bukit baru, atau ambles menjadi cekungan lembah," demikian dikisahkan dalam catatan sejarah Tiongkok, seperti Liputan6.com kutip dari buku 30 Years' Review of China's Science & Technology, 1949-1979.
Aliran sungai meledak hebat, tanah rekah membentuk rongga panjang selebar selokan. Air muncrat di sana-sini.
Semua bangunan hancur. Nyawa manusia pun melayang secara masif. Setidaknya 830 ribu orang atau 60 persen populasi wilayah terdampak tewas akibat gempa dahsyat, kebakaran yang terjadi selama berhari-hari, beku di tengah udara dingin, banjir, atau bahkan penjarahan yang merajalela setelahnya.