Liputan6.com, Jakarta - Pada hari yang sama ketika Bumi selamat dari asteroid 367943 Duende, kamera satelit Rusia secara tak terduga menangkap rekaman asteroid yang berbeda saat menabrak atmosfer, meledak, dan melukai lebih dari 1.000 orang.
Hari itu di Chelyabinsk, pada Februari 2013, mengingatkan dunia bahwa Bumi selalu mendapat 'ancaman' dari batuan angkasa luar. Asteroid menyediakan koneksi langsung antara Bumi dan ruang antarplanet. Kawah bekas hantaman meteorit, seperti Barringer Crater di Arizona, adalah sinyal nyata ancaman batuan ini.
Sementara itu, dinosaurus diperkirakan punah karena dampak yang tak jauh berbeda, yang pada zaman dahulu serangan meteorit jatuh di wilayah yang kini disebut Teluk Meksiko.
Advertisement
Saat negara-negara di dunia berlomba untuk menjajaki permukaan Bulan dan Mars, ada baiknya ilmuwan pun memperhatikan keberadaan asteroid yang ada di alam semesta. Berikut 4 alasannya, seperti dikutip dari Space.com, Rabu (10/7/2019).
1. Asteroid Bisa Membunuh Makhluk Hidup di Bumi
Tidak seorang pun yang melihat kedatangan meteor Chelyabinsk dan juga meteor yang jatuh di Laut Bering, hingga pada akhirnya ilmuwan Rusia mengungkapnya lewat kamera satelit.
Beruntung, tidak ada yang mati akibat ledakan meteor itu. Namun mungkin di masa depan, tak ada yang tahu bahwa serangan meteor akan membunuh orang.
Bahkan untuk asteroid yang kehadirannya tidak diketahui. Saat ini ada enam asteroid yang diketahui (setidaknya) 0,1% kemungkinan menabrak Bumi sebelum Abad ke-23.
Advertisement
2. Asteroid Mengandung Air?
Para astronom memperdebatkan asal usul air Bumi, dan apakah air dikirim ke planet kita pada miliaran tahun yang lalu oleh komet dan asteroid?
Probe ruang angkasa NASA, Dawn, pernah mengunjungi asteroid terbesar yang diketahui oleh para astronom, Ceres, dan mendeteksi air di permukaannya.
Faktanya, NASA mengklasifikasikan Ceres sebagai bekas "dunia lautan", di mana samudra air dan amonia sejak itu membeku dan bereaksi dengan batu silikat untuk membentuk endapan mineral yang sekarang mendominasi lanskap.
3. Mengungkapkan Terbentuknya Tata Surya
Permukaan asteroid tidak terkikis seperti batu di Bumi, karena asteroid tidak memiliki atmosfer. Itu berarti, kawah-kawah asteroid lebih terlestarikan dalam rentang waktu yang panjang dan memberikan bukti dampak dari empat miliar tahun terakhir di Bumi.
Dengan cara ini, asteroid dapat bertindak sebagai kapsul waktu untuk membuktikan alam semesta awal.
Asteroid berubah dalam ratusan juta tahun setelah pembentukannya, mengubah posisi mereka dan mengalami tabrakan.
Advertisement
4. Menguak Waktu Matinya Tata Surya
Lebih dari enam miliar tahun dari sekarang, ketika matahari menggunakan semua bahan bakar hidrogennya, ia akan mulai berubah, akhirnya menjadi katai putih -- keadaan akhir bagi sebagian besar bintang di galaksi Bimasakti.
Selama transformasi ini, matahari akan membesar sebentar untuk menelan Merkurius, Venus, dan mungkin Bumi. Tetapi setidaknya, lima planet matahari dan banyak asteroid akan bertahan dari transformasi ini.
Asteroid kemudian memainkan peran penting dalam proses tersebut, karena mereka "ditendang" ke arah katai putih oleh medan gravitasi planet yang masih hidup ketika asteroid berada dalam jarak yang amat dekat.
Para ilmuwan secara teratur mengamati sisa-sisa asteroid yang pecah di dalam atmosfer bintang katai putih lainnya, yang memungkinkan para peneliti untuk menentukan komposisi kimia asteroid dengan melakukan otopsi dari jauh.
Teknik ini adalah cara paling tepat untuk menyelidiki komposisi kimia sistem planet di luar tata surya.Â