Sukses

Kim Jong-un Resmi Dilantik Sebagai Simbol Negara Korea Utara

Jabatan resmi Kim Jong-un kini bertambah sebagai simbol negara Korea Utara, apa alasannya?

Liputan6.com, Pyongyang - Pemimpin tertinggi Korea Utara Kim Jong-un secara resmi dinobatkan sebagai kepala negara, setelah amandemen konstitusi yang diketok palu pada pekan ini.

Versi baru konstitusi Korea Utara telah diunggah ing ke situs web Naenara yang dikelola negara, di mana menampilkan revisi yang dibuat selama sesi pertama Majelis Rakyat Tertinggi ke-14 pada bulan April.

Untuk pertama kalinya, sebagaimana dikutip dari Newsweek pada Jumat (12/7/2019), Pasal 100 menyatakan bahwa posisi resmi Kim Jong-un --ketua Komisi Urusan Negara-- tidak hanya sebagai "pemimpin tertinggi", tetapi juga "mewakili bangsa".

Kim Jong-un telah memiliki otoritas absolut di negaranya sejak menggantikan almarhum ayahnya sebagai pemimpin tertinggi pada akhir 2011, tetapi langkah terkini--pada dasarnya-- memformalkan peran utamanya dalam urusan diplomatik, setelah lebih dari satu tahun pertemuan bersejarah tingkat tinggi dengan pemimpin China, Korea Selatan, Amerika Serikat, dan Rusia.

Keempat negara telah berupaya membujuk denuklirisasi Korea Utara sebagai imbalan atas perdamaian di kawasan itu dan, sejak April, pemimpin seluruh negara tersebut telah bertemu dengan Kim Jong-un, yang untuk pertama kalinya bertindak dalam kapasitas resmi yang sama.

Pertemuan parlemen terbaru memperlihatkan Kim Jong-un, yang saat ini menjabat dengan suara bulat, terpilih kembali sebagai pemimpin tertinggi.

Selain itu, pertemuan parlemen juga mengangkat Choe Ryong-hae sebagai Wakil Ketua Komisi Urusan Negara, posisi yang bisa disebut sebagai orang nomor tiga di Korea Utara.

Choe --yang juga direktur Departemen Organisasi dan Bimbingan yang berpengaruh, bertanggung jawab atas penegakan kebijakan Partai Buruh Korea-- menggantikan Kim Yong-nam, mantan menteri luar negeri yang kini menjabat sebagai presiden Presidium Majelis Rakyat Tertinggi, sebuah jabatan yang pertama kali dibentuk bawah pemerintahan ayah Kim Jong-un, mendiang Kim Jong-il, pada 1998.

2 dari 3 halaman

Menguatnya Kiprah Adik Kandung Kim Jong-un

Menjelang April lalu, Korea Utara mengadakan pemilihan parlemen pada bulan Maret dan meskipun Partai Buruh Korea yang berkuasa memenangkan 99,99 persen suara, nama Kim Jong-un tidak muncul dalam pemungutan suara.

Itu merupakan sebuah langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya, di mana berarti ia tidak berusaha untuk secara bersamaan duduk di parlemen dan memimpin sebagai pemimpin tertinggi.

Sebagai gantinya, adik perempuannya, Kim Yo-jong, memenangkan kursi, melanjutkan spekulasi lama bahwa dia semakin berpengaruh di Korea Utara.

Kim Yo-jong dan Kim Jong-un termasuk di antara tiga saudara kandung yang lahir dari ibu yang sama, yang menikah dengan Kim Jong-il.

Namun, mendiang pemimpin Korea Utara itu diyakini memiliki anak yang lebih muda dan lebih tua dari wanita berbeda. Di mana seperti istri Kim Jong-un, Ri Sol-ju, mereka tak banyak disorot publik.

Dengan pengecualian saudara tiri yang lebih tua, Kim Jong-nam --yang dibunuh di bandara internasional Malaysia pada Februari 2017-- para saudara kandung Kim Jong-un relatif menutup diri, tetapi Kim Yo-jong justru semakin terlihat seperti bintang yang naik daun.

3 dari 3 halaman

Kelanjutan Pembicaraan Kim Jong-un dan Donald Trump

Menyusul serangkaian penunjukan berturut-turut untuk posisi tingkat tinggi, Kim Yo-jong menemani Kim Jong-un selama KTT AS-Korea Utara kedua di Vietnam, dan baru-baru ini terlihat hanya berjarak empat tempat dari saudara lelakinya pada upacara hari Senin, yang menandai peringatan meninggalnya kakek mereka dan pendiri Korea Utara, Kim Il-sung.

Peristiwa itu terjadi hanya lebih dari sepekan setelah Kim melakukan pertemuan ketiganya dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Setelah menghadiri KTT G-20 di Jepang, Trump dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in melakukan perjalanan terorganisir secara mendadak ke Zona Demiliterasi, di mana Kim Jong-un tiba dari sisi yang berlawanan.

Trump membuat sejarah sebagai presiden AS pertama yang melangkahkan kaki ke wilayah Korea Utara, setelah secara singkat melewati batas kedua negara Korea.

Sebelumnya, kedua pemimpin negara gagal encapai kesepakatan apa pun selama pembicaraan mereka di Vietnam, tetapi telah mempertahankan kepercayaan publik satu sama lain dan sentimen-sentimen ini dipertontonkan penuh selama pertemuan mereka di Zona Demiliterisasi.

Bergabung dengan Moon, Trump dan Kim Jong-un berjanji untuk terus berjuang untuk perdamaian.