Sukses

Terkait Denuklirisasi Korut, Menlu AS Harap Ada Usaha Lebih Kreatif

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo berharap pada Senin, 15 Juli 2019, Korut dan AS dapat "sedikit lebih kreatif" demi output denuklirisasi yang konkret.

Liputan6.com, Washington DC - Banyak langkah telah dilakukan Amerika Serikat dalam melobi Korea Utara untuk mengakhiri program nuklirnya. Bukti nyata upaya tersebut adalah dua kali Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) antara Donald Trump dan Kim Jong-un, pertama di Singapura dan keduanya di Vietnam.

Berbicara soal itu, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo berharap pada Senin, 15 Juli 2019, Korut dan AS dapat "sedikit lebih kreatif". Hal itu demi output yang konkret.

Pompeo tidak mengatakan kapan negosiasi selanjutnya akan dimulai.

Donald Trump dan Kim telah bertemu tiga kali dan mengadakan dua KTT atas masalah nuklir. Pembicaraan di Hanoi pada bulan Februari gagal tanpa kesepakatan apapun.

Hal itu karena Amerika Serikat bersikeras Korea Utara harus sepenuhnya melakukan denuklirisasi. Sementara Korea Utara mendesak untuk dibebaskan dari sanksi, dengan tanpa meninggalkan seluruh nuklirnya.

"Saya harap Korea Utara akan datang ke meja (perundingan)... Kami berharap kami bisa sedikit lebih kreatif juga," kata Pompeo dalam wawancara radio di "The Sean Hannity Show" seperti dilansir dari Channel News Asia, Selasa (16/7/2019).

"Misi presiden tidak berubah: untuk sepenuhnya dan akhirnya melakukan denuklirisasi Korea Utara dengan cara yang dapat kita verifikasi. Itulah misi yang ditetapkan untuk negosiasi ini," tambah Pompeo.

Pernyataan Pompeo datang setelah Presiden China Xi Jinping mendesak Donald Trump untuk menunjukkan fleksibilitas dalam berurusan dengan Pyongyang dan untuk memudahkan sanksi terhadap negara itu.

China telah menyarankan agar sanksi terhadap Korea Utara dapat dikurangi sebagai hadiah untuk perilaku yang baik.

Korea Utara telah membekukan uji coba rudal dan bom nuklir sejak 2017, tetapi para pejabat AS yakin Pyongyang terus memperluas persenjataannya dengan memproduksi bahan bakar bom dan rudal.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Trump - Kim Saling Berkirim Surat Indah

Kim Jong-un sempat mengirim surat untuk Donald Trump pada Juni lalu. Sehari setelah adanya laporan Wall Street Journal bahwa kakak tiri pemimpin Korea Utara Kim Jong-nam merupakan informan CIA, Presiden AS Donald Trump mengaku mendapat surat dari penguasa Pyongyang. Pada Selasa, 11 Juni 2019, Trump memuji teks itu sebagai "indah".

Mengutip Channel News Asia, Trump mengatakan kepada wartawan di Gedung Putih, "Saya pikir sesuatu akan terjadi, yang akan sangat positif," namun tidak memberikan rincian lebih jauh.

"Saya memang menerima surat yang indah dari Kim Jong Un ... Saya menghargai surat itu," kata Trump. "Saya melihat informasi tentang CIA sehubungan dengan saudara lelakinya, atau saudara tirinya. Dan saya akan memberitahunya bahwa itu tidak akan terjadi di bawah pengawasan saya."

Trump, yang menggambarkan korespondensi sebelumnya dari Kim sebagai "surat-surat yang indah," menambahkan bahwa tulisan itu "surat yang sangat hangat, sangat bagus." Sang presiden nyentrik mengulang bahwa ia percaya Korea Utara memiliki "potensi luar biasa."

Surat Balasan

Beberapa hari setelahnya, pemimpin Korea Utara Kim Jong-un menerima surat pribadi dari Presiden nyentrik AS Donald Trump. Kantor Berita Korea Utara KCNA mengatakan pada Minggu, 23 Juni 2019 Pyonyang akan menaruh perhatian serius terhadap isi tulisan tersebut.

Mengutip The Straits Times, KCNA menggambarkan surat dari Trump memiliki substansi yang "sangat baik", tanpa memberikan perincian lebih lanjut. Sumber yang sama menyebut, pemimpin Korut akan merenungkan surat dari sang pemilik jargon America Great Again itu.

"Kim Jong Un berkata bahwa dia akan serius merenungkan konten yang menarik," demikian bunyi laporan KCNA.