Sukses

Sahkan UU Anti-pelecehan Seksual, Presiden Filipina Malah Dikritik

Presiden Filipina Rodrigo Duterte menerima kritikan setelah menandatangani undang-undang anti-pelecehan seksual.

Liputan6.com, Manila - Presiden Filipina Rodrigo Duterte menuai kritik baru setelah menandatangani Undang-Undang Anti-pelecehan Seksual pada Selasa (16/7/2019).

Duterte dinilai tidak pantas mengesahkan kebijakan itu karena telah dicap sebagai pemimpin misogini, menyusul leluconnya terdahulu tentang pemerkosaan.

Dikutip dari Channel News Asia pada Selasa (16/7/2019), banyak penentangnya khawatir dengan citra Duterte saat ini, yang dinilai berisiko menghambat implementasi peraturan itu di Filipina.

Sebelumnya, Duterte telah telah dituduh melakukan pelecehan seksual pada beberapa kesempatan, dan bahkan berani melontarkan lelucon dinilai merendahkan wanita.

Tindakannya itu tidak hanya membuat marah kalangan feminis setempat, namun juga banyak masyarakat Filipina.

Adapun UU Anti-pelecehan Seksual telah digodok sejak April lalu, yang di antaranya akan melarang pembicaraan berbau seks via telepon dan pesan teks, serta akan menindak tegas penghinaan yang bersifat "cabul".

Selain itu, undang-undang terkait juga akan memberlakukan denda dan, dalam beberapa kasus, hukuman penjara untuk pelecehan seksual di jalan-jalan, sekolah dan kantor.

Ancaman hukum terkait juga termasuk menggoda dengan siulan, meraba-raba, penghinaan misoginis, serta komentar atau respons sepihak atas penampilan seseorang.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 3 halaman

Kontroversi atas Perlakuan Terhadap Wanita

Senator oposisi Risa Hontiveros, yang ikut terlibat dalam penulisan undang-undang itu, menyambut baik pengesahannya undang-undang tersebut.

Dia mengatakan akan menutup celah dalam aturan sebelumnya terhadap pelecehan seksual, tetapi menambahkan bahwa "hanya sebaik cara penerapannya".

Duterte telah menimbulkan kontroversi di masa lalu atas perlakuannya terhadap wanita.

Pada 2016 dia bersiul melecehkan seorang jurnalis perempuan selama konferensi pers yang disiarkan televisi secara nasional.

Tidak lama berselang, dia juga memicu kemarahan ketika mengatakan ingin memperkosa seorang misionaris Australia yang "cantik", yang telah mengalami pelecehan seksual dan kemudian dibunuh dalam sebuah kerusuhan di salah satu penjara Filipina.

Tahun lalu, Duterte dilaporkan berusaha mencium seorang tenaga kerja wanita (TKW) Filipina di atas panggung saat berkunjung ke Korea Selatan.

Tindakan itu memicu tuduhan Duterte menyalahgunakan kekuasaan.

Juga di tahun yang sama, kritik luas menyasar Duterte ketika dia mendesak tentara untuk menembak anggota militan wanita di vaginanya.

3 dari 3 halaman

Berharap Tidak Ada Impunitas

Pengritik utama Duterte, Senator Leila De Lima, mengatakan dia berharap sang presiden tidak mendapat pengecualian terhadap UU Anti-pelecehan Seksual.

"Jika kita menghitung semua tindakan dan komentarnya yang tidak menghormati wanita sejak dia berkuasa, seharusnya dia mendapat hukuman berat Tapi, sekarang dia berkuasa," ujar De Lima khawatir tentang potensi impunitas pada sang presiden.

Sebaliknya, Duterte diketahui berulang kali mengkritik De Lima atas skandal perselingkuhan yang pernah dituduhkan pada sang senator.

"Dis tidak hanya meniduri sopirnya, dia juga mengacaukan negara," kritik Duterte.

Sementara itu, juru bicara Duterte Salvador Panelo mengatakan atasannya akan mematuhi hukum, tetapi menolak tuduhan misogini.

"Ketika dia melontarkan lelucon, itu dimaksudkan untuk membuat orang tertawa, tidak pernah menyinggung," kata Salvador Panelo kepada wartawan.

"Kalian para wanita harus tahu itu. Misogini berbeda dengan membuat orang tertawa," pungkasnya.