Sukses

Kemlu: Rencana Pemulangan WNI dari Suriah Masih Berproses

Kemlu RI menyatakan, upaya pemulangan WNI dari Suriah, termasuk yang diduga terlibat ISIS, masih berproses.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Luar Negeri RI menyatakan bahwa upaya pemulangan sejumlah WNI dari Suriah, termasuk yang diduga terlibat dalam aktivitas ISIS di negara itu, masih berproses.

Pelaksana tugas Direktur Perlindungan WNI Kemlu RI, Judha Nugraha menambahkan bahwa pemerintah Indonesia masih melakukan "pengumpulan informasi" terkait status mereka.

"Semua proses di bawah koordinasi Kemenko Polhukam, membawahi sejumlah kementerian termasuk Kemlu RI," kata Judha di Jakarta, Kamis (18/7/2019).

"Kami membahas segala kebijakan yang terbaik bagi terduga WNI yang ada di wilayah Suriah," lanjutnya.

Judha juga menjelaskan bahwa proses pembahasan tersebut memperhatikan tiga aspek, "kemanusiaan, keamanan, dan penegakan hukum."

Wacana Pemulangan WNI eks-ISIS dari Suriah

Wacana pemulangan datang di tengah polemik mengenai sejumlah warga negara Indonesia yang diduga menjadi simpatisan ISIS namun telah menyerah dan kini dikabarkan tinggal di kamp-kamp pengungsian di Suriah.

Nasib eks-simpatisan dan eks-kombatan ISIS asing yang masih hidup pasca-kekalahan teritorial mereka di Suriah telah menjadi perhatian sejumlah negara dunia, termasuk Indonesia --mengingat rekam jejak mengenai keterlibatan WNI dalam kelompok teroris itu.

"Kekhalifahan" ISIS, yang membentang dari Suriah hingga ke gerbang Kota Bagdad di Irak, diklaim tamat pada Maret 2019. Wilayah terakhirnya di Baghouz takluk di tangan Syrian Democratic Forces (SDF) yang dibeking AS.

Sejak itu, muncul pertanyaan mengenai nasib para eks-simpatisan dan eks-kombatan, terutama mereka yang menyerah untuk kemudian diamankan oleh SDF. Dan, beberapa di antara mereka menyatakan ingin pulang ke negara asal.

Namun, Kemlu RI pernah menyatakan bahwa bahwa perlu ada proses verifikasi khusus bagi para eks-simpatisan atau eks-kombatan ISIS di Suriah yang mengaku WNI dan meminta pulang ke Indonesia.

Proses lanjutan pascaverifikasi status kewarganegaraan juga masih panjang, meliputi analisis profil hingga mencakup keikutsertaan dalam program deradikalisasi.

Simak video pilihan berikut:

2 dari 2 halaman

Polemik Data WNI di Suriah

Kementerian Luar Negeri RI menjelaskan, situasi yang tidak kondusif di Suriah membuat pemerintah kesulitan untuk mendapatkan data pasti mengenai WNI yang ada di sana

"Tentunya ketika ada repatriasi 2012-2016, sebagian besar WNI yang terdokumentasi sudah keluar dari Suriah. Cuma memang setelah itu, kita deteksi ada yang masuk lagi secara ilegal ke Suriah," kata Juru Bicara Kemlu RI saat itu, Arrmanatha Nasir, pada Maret 2019.

Arrmanatha menjelaskan, pemerintah kesulitan mendeteksi WNI yang masuk ke Suriah secara ilegal.

"Dari awal mereka masuk secara ilegal tidak terdata. Maka, sulit bagi kita untuk mendeteksi mereka sekarang ada di mana."

Merujuk data terakhir dari Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko pada Mei 2018, militan ISIS asal Indonesia yang masih ada di Suriah berjumlah 590 orang. Moeldoko juga mencatat bahwa WNI yang meninggal sebanyak 103 orang, 86 orang pulang ke Indonesia, 539 orang dideportasi sebelum sampai, dan satu orang berhasil dicegah sebelum pergi.

Sementara itu, International Centre for the Study of Radicalisation (ICSR) yang berbasis di London, dalam riset bertajuk From Daesh to ‘Diaspora’: Tracing the Women and Minors of Islamic State yang rilis pada Juli 2018, mencatat ada kurang lebih 800 WNI yang tergabung dengan ISIS, dengan sekitar 183 - 300 orang telah kembali ke RI.