Liputan6.com, Charleston - Baru-baru ini, sejumlah orang di sebuah daerah di Virginia Barat, overdosis akibat semprotan serangga. Mereka menggunakannya sebagai alternatif metamfetamin, menurut laporan berita lokal yang dikutip dari Live Science, Kamis (19/7/2019).
Polisi di Boone County mengatakan, pihaknya menerima laporan warga terkait banyaknya penyalahgunaan semprotan nyamuk oleh beberapa orang di kawasan itu untuk membuat diri mereka 'tinggi'. Praktik ini diyakini menjadi penyebab utama overdosisnya tiga orang pada minggu lalu, WCHSÂ (agensi berita lokal) melaporkan.
Baca Juga
"Para korban membuat sejenis metamfetamin sintesis dari semprotan serangga," ujar Sersan Charles Sutphin dari Kepolisian Negara Bagian Virginia Barat, mengatakan kepada WCHS.
Advertisement
Praktik tersebut dikenal sebagai wasping dan muncul sebagai tren yang mengkhawatirkan dalam beberapa tahun terakhir, menurut laporan 2018 dari ABC News.
Penggunanya menggabungkan gas yang ada di dalam semprotan serangga dengan metamfetamin, atau menggunakan semprotan itu sendiri sebagai pengganti metamfetamin.
Pengguna mengkristalkan cairan semprotan pada lembaran logam panas, yang memungkinkan zat tersebut untuk dihirup atau disuntikkan ke tubuh mereka, ABC News melaporkan.
Sementara itu, semprotan serangga diketahui mengandung bahan-bahan aktif yang disebut piretroid, yang membius dan membunuh serangga dengan seketika.
Akan tetapi pada manusia, bahan kimia tersebut dapat mengganggu aktifnya saraf, yang dapat menyebabkan sensasi abnormal dan dalam beberapa kasus terjadi kejang atau kelumpuhan.
Zat kimia itu juga dapat menyebabkan peningkatan detak jantung, sesak napas, sakit kepala, mual, otak dan tubuh yang tak dapat berkoordinasi, serta pembengkakan dan sensasi terbakar.
Polisi di Boone County kini bekerja sama dengan pusat medis untuk menentukan perawatan terbaik bagi ketiga korban yang menyalahgunakan semprotan serangga itu.
Rokok Racun Serangga yang Bikin Penggunanya Kayak Zombie
Sementara itu, pada 2018, sebuah rokok jenis baru muncul di Indianapolis, Amerika Serikat. Rokok ini berisi satu bahan utama, yaitu racun serangga.
Pejabat di Indianapolis memperingatkan orang-orang untuk menjauhi rokok dengan nama "KD", "Katie", atau "Zombie" itu. Meski harganya tergolong sangat murah, tetapi rokok tersebut bisa membuat penggunanya jadi seperti mayat hidup alias zombie.
Dilansir dari New York Post pada Jumat, 23 Maret 2018, KD muncul dalam bentuk campuran ganja, rempah-rempah, tembakau, hingga daun pisang yang disemprotkan dengan racun serangga. Ketika campuran ini diisap, efeknya akan membuat penggunanya seperti zombie selama 45 menit.
Rokok berbahan campuran itu dapat dibeli dengan harga US$ 20 per kantung, bahkan beberapa penggunanya dilaporkan menambahkan racun serangga dengan dosis mereka sendiri.
"Anda lihat apa yang terjadi pada serangga, kemudian Anda lihat apa yang benda itu lakukan terhadap otak dan tubuh manusia," kata petugas pemadam kebakaran Indianapolis, Scott Lebherz.
Kapten Departemen Kebakaran Indianapolis, Chris Major mendeskripsikan apa yang terjadi saat orang merokok rokok itu. "Gerakan mereka lambat dan lesu. Air liur menetes terus dan fungsi tubuh menghilang," ungkap Major.
"Kami menemukan mereka telanjang di pinggir jalan, makan rumput, dan bahkan memakan kotoran. Mereka berhalusinasi sangat tinggi," tambah Major.
Kepolisian Indianapolis mendapat banyak laporan tentang kasus overdosis rokok tersebut. Kebanyakan dari penggunanya pingsan dengan semprotan serangga di tangan mereka.
Advertisement
Paparan Piretroid
Racun serangga memiliki konsentrasi piretroid yang tinggi. Sebuah studi tahun 2014 oleh Texas Tech University Health Sciences Center, Amerika Serikat menemukan, jenis zat tersebut akan meningkatkan kadar adrenalin sebelum akhirnya menurun dengan cepat. Hal ini bisa membuatnya sangat adiktif.
Orang-orang yang menggunakan racun serangga untuk memburu hama kemungkinan tidak berisiko karena paparan piretroidnya rendah.
Namun, paparan yang lebih tinggi bisa menyebabkan gangguan pernapasan dan neuroeksitasi, yang menyebabkan berkeringat, kejang otot, dan risiko koma.