Sukses

Isu Minyak Sawit Jadi Fokus Utama Pertemuan Menlu Indonesia dan Latvia

Sejumlah harapan disampaikan oleh Latvia kepada Indonesia. Meski begitu Menlu Retno Marsudi menekankan bahwa kekhawatiran soal minyak sawit bisa dibicarakan.

Liputan6.com, Jakarta - Topik utama yang dibahas dalam pertemuan Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dan Menlu Latvia Edgars Rinkevics adalah isu minyak sawit.

"Latvia adalah salah satu negara anggota Uni Eropa yang selalu bicara soal isu minyak sawit apabila bertemu dengan Indonesia," ujar Menlu Retno Marsudi di Ruang Pancasila, Jakarta, Jumat (19/7/2019) pagi.

Ada harapan yang disampaikan oleh Latvia kepada Indonesia saat berbicara soal isu tersebut. Meski begitu Menlu Retno Marsudi menekankan bahwa kekhawatiran itu bisa dibicarakan.

"Jika Uni Eropa memiliki kekhawatiran terhadap minyak sawit Indonesia berdasarkan data mereka, kami pun juga memiliki data. Lalu, mengapa kita tidak membandingkan data kita secara bersama," jelas Retno Marsudi.

"Indonesia sangat terbuka untuk berbicara. Tetapi sekali lagi, saat treatmentnya diskriminatif pasti kita akan melawan," ujar Menlu.

Selain itu, Menlu Retno juga menyampaikan bahwa Latvia merupakan mitra perdagangan terbesar Indonesia untuk negara-negara di kawasan Baltik.

Bahkan, setengah dari ekspor yang dilakukan Indonesia ke Lativa merupakan minyak sawit.

Menurut Direktur Eropa II Kemlu RI Hendra Halim, angka perdagangan Indonesia dan latvia meningkat stabil sejak tiga tahun terakhir.

"Jika bicara soal ekspor, maka ekspor kita ke Latvia sekitar US$ 49,5 juta. US$ 24-25 jutanya adalah minyak sawit pada tahun 2016," ujar Hendra.

"Yang signifikan terjadi pada 2018. Jumlah ekspor kita adalah US$ 133,7 juta dan US$ 66 jutanya adalah kelapa sawit," tambah Hendra.

"Memang kebijakan Uni Eropa adalah kebijakan sentral, tapi bagaimanapun, Latvia telah menyatakan akan mempertimbangkan untuk menyampaikan protes Indonesia kepada Uni Eropa. Jadi menurut Indonesia, prospeknya positif," jelas Hendra."

Menlu Latvia menuturkan, kedua menlu membahas hubungan Uni Eropa-Indonesia dan sepakat perlu mendorong dialog politik dan ekonomi.

"Kami siap mendengarkan kekhawatiran yang dimiliki Indonesia. Uni Eropa juga akan melakukan kerja sama lebih lanjut dengan ASEAN terkait ekspor minyak sawit," kata dia.

Menlu Retno menambahkan, isu minyak sawit juga terus diangkat oleh ASEAN, terutama Indonesia dan Malaysia. Oleh sebab itu, ASEAN dan Uni Eropa sepakat untuk membentuk kelompok kerja bersama untuk membahas isu tersebut.

2 dari 2 halaman

Perdagangan Indonesia-Latvia Meningkat 35 Persen

Dalam pernyataannya, Menlu Retno mengatakan bahwa tren perdagangan kedua negara cukup baik. Di mana adanya peningkatan.

"Untuk perdagangan selama empat tahun terakhir, perdagangan Indonesia-Latvia mengalami kenaikan sebesar 35 persen. Pada kuartal pertama di tahun 2019, kita juga mengalami peningkatan sebesar 29 persen dibandingkan dengan kuartal pertama tahun 2018."

"Selama pertemuan, saya berbagi dengan Menlu Latvia seputar visi Presiden Joko Widodo untuk lima tahun ke depan, khususnya di bidang investasi dan pengembangan sumber daya manusia," ujar Menlu Retno.

Senada dengan Retno Marsudi, Menlu Edgars Rinkevics menyambut baik pertemuan tersebut. Ia mengatakan bahwa dirinya turut mendiskusikan cara untuk meningkatkan kerja sama ekonomi sehingga bisa meningkat di kemudian hari.

"Sangat menyenangkan bisa kembali ke sini dan selalu mengejutkan melihat perkembangan negara dan Jakarta itu sendiri," ujar Edgars Rinkevics.

"Seperti yang baru saja kita dengar, dan saya setuju dengan semua yang dikatakan oleh Menlu Retno Marsudi. Kami selalu menikmati hubungan politik dan ekonomi yang sangat baik," tambahnya.

Menlu Edgars Rinkevics membeberkan bahwa pihaknya turut mendiskusikan cara-cara bagaimana meningkatkan kembali kerja sama ekonomi di masa mendatang. Kemudian kedua negara sepakat bahwa ada kebutuhan untuk memperluas perjanjian berdasarkan kerja sama bilateral di bidang pariwisata hingga perdagangan.

"Ketika berbicara tentang kerja sama perdagangan, kami sangat senang menjadi mitra dagang terbesar bagi Indonesia di negara-negara Baltik. Tetapi saya telah melihat bahwa masih ada ruang untuk pertumbuhan dan perbaikan yang lebih baik," tambahnya.

"Kami melihat bahwa kedua negara dapat memperluas di bidang-bidang seperti teknologi informasi, teknik, kimia dan farmasi, industri pengolahan kayu dan makanan," tambahnya.