Sukses

5 Insiden yang Nyaris Menggagalkan Misi Apollo 11 ke Bulan

Misi penerbangan manusia pertama ke Bulan, Apollo 11, nyaris gagal karena 5 insiden ini.

Liputan6.com, Jakarta - Misi penerbangan manusia pertama ke Bulan, Apollo 11, dianggap sebagai salah satu prestasi paling luar biasa dalam sejarah. Namun, bukan berarti misi itu berjalan tak sempurna. 

Sejumlah insiden pernah menimpa ketiga astronaut --Neil Armstrong, Buzz Aldrin, dan Michael Collins--  yang meluncur ke satelit alami Bulan, dan beberapa momen memilukan selama misi Apollo 11 bisa menggagalkan seluruh rencana.

Berikut adalah 5 kecelakaan yang sempat melanda beberapa misi Apollo, seperti dikutip dari Live Science, Jumat (19/7/2019). Namun, berkat dorongan, kecerdikan, dan perencanaan NASA, tidak satu pun dari malapetaka ini yang mampu menghentikan para astronaut untuk sampai ke bulan.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 6 halaman

1. Terbakarnya Apollo 1

Pada 27 Januari 1967, api tiba-tiba berkobar dalam modul perintah Apollo 1 di tengah latihan peluncuran. Ketiga astronaut yang berada di dalam modul --Roger Chaffee, Ed White dan Virgil "Gus" Grissom-- tewas dalam insiden nahas itu.

Investigasi kemudian menemukan bahwa ada percikan nyasar, kemungkinan dari kabel yang rusak, kemudian memantik kemunculan si jago merah.

Lingkungan di dalam modul murni oksigen dan bahan-bahan yang mudah terbakar. Para astronaut tidak dapat melarikan diri, karena pintu palka terbuka ke dalam dan tekanan di dalam dari api begitu besar, sehingga para astronaut tidak dapat membuka pintu.

"Itu (api) sama-sama mengancam misi (Apollo 11) dan membuat misi itu nyaris gagal terwujud," kata Robert Pearlman, seorang sejarawan angkasa luar AS sekaligus pendiri dan editor collectSpace.

"Kejadian tersebut memang membatalkan program (Apollo) selama setahun, mereka tidak terbang lagi sampai 1968. Namun musibah itu juga memberi NASA kesempatan untuk mundur, memikirkan kembali prioritasnya."

NASA mendesain ulang palka dan memberlakukan langkah-langkah keselamatan lainnya, yang memastikan bahwa misi Apollo 11 tidak akan menghadapi hambatan serupa saat ada di antariksa.

3 dari 6 halaman

2. Neil Armstrong Hampir Terbunuh

Neil Armstrong, manusia pertama yang berjalan di Bulan, hampir mati sebelum peluncuran roket Saturn V pada 16 Juli 1969.

Pada 6 Mei 1968, ia mengemudikan kendaraan penelitian pendaratan Bulan, sebuah pesawat yang dimaksudkan untuk mensimulasikan pendaratan di Bulan. Selama penerbangan, di Houston, ada kebocoroan terjadi dan mengakibatkan kegagalan total pada kontrol penerbangan.

Ketika pesawat meluncur ke tanah, Armstrong berhasil mengeluarkan dirinya dari kursi pesawat dan melayang di langit dengan terjun payung dari ketinggian sekitar 30 kaki (9 meter) di atas tanah. Pendarat Bulan tersebut kemudian meledak.

4 dari 6 halaman

3. Peringatan Tak Terduga

Ketika Apollo 11 bersiap untuk mendarat di Bulan, ketiga astronaut yang ada di dalamnya -- Neil Armstrong, Edwin "Buzz" Aldrin dan Michael Collins -- menemukan komputer navigasi menyalakan alarm 1202, yang berarti ada sesuatu yang salah.

Bukan tanggung jawab astronaut untuk menghafal semua kode tersebut, jadi mereka mengirim radio ke kontrol misi untuk menentukan apakah mereka perlu membatalkan pendaratan atau tetap melanjutkannya.

Untungnya, kontrol misi telah melalui setiap kode yang mungkin terjadi selama simulasi di Bumi. Alarm khusus ini menandakan komputer kelebihan beban, tetapi selama alarm berbunyi, para astronaut siap untuk berangkat, kata pengontrol misi.

Beberapa lama kemudian, alarm yang sama berbunyi, tetapi misi tetap dilanjutkan.

"Apa yang terjadi adalah banyaknya perintah yang dimuat ke dalam komputer dan kehabisan memori," kata Robert Pearlman, seorang sejarawan angkasa luar AS.

"Itu peringatan bahwa komputer tidak memiliki cukup kemampuan untuk menghitung semua yang perlu dihitung. Tapi tidak apa-apa, karena komputer dirancang untuk menghentikan proses sesuai kebutuhan, dan memiliki peringkat untuk hal yang paling kritis."

5 dari 6 halaman

4. Bahan Bakar Kurang

Saat para astronaut Apollo 11 mendekati Bulan, mereka mengalami sedikit keterlambatan yang menyebabkan mereka kehilangan tempat pendaratan yang ditentukan di Sea of Tranquility.

Neil Armstrong, komandan misi itu, menyadari bahwa pesawat ruang angkasa yang ditumpanginya turun di suatu daerah dengan kawah dan batu-batu besar.

Jadi dia mengambil alih kontrol manual dan melewati dua medan itu untuk menemukan area yang diatur sebelumnya (Sea of Tranquility), di mana mereka bisa turun dengan aman.

Sementara itu, pesawat mereka juga kehabisan bahan bakar, yang berarti ada kemungkinan para astronaut harus membatalkan misi. "Anda tahu, bahkan di jalur merah (kosong), Anda dapat berkendara 32 kilometer lagi. Anda memiliki cadangan."

 

6 dari 6 halaman

5. Sakelar Rusak

Saat kru mendarat, Amstrong dan Aldrin menjajal moonwalk pertama mereka. Tetapi ketika mereka mengenakan ransel portabel sistem pendukung kehidupan mereka (ransel besar dan ikonik itu), para astronaut secara tidak sengaja menjatuhkan ujung pemutus sirkuit.

Itu mengontrol energi yang mengalir ke mesin pendakian --mesin yang akan meluncurkan mereka dari Bulan.

Ketika para astronaut melihat kerusakan tersebut, mereka memperingatkan kontrol di darat. Namun, Aldrin berhasil mengatasinya sendiri, setelah mereka kembali ke pesawat.

"Aldrin, sebagai seorang insinyur, dia melihat ke celah di mana pemutus sirkuitnya terjadi dan menyadari bahwa jika dia dapat memasukkan sesuatu di sana, dia dapat menekan tombol yang telah putus," kata Pearlman.

Dengan pulpen, Aldrin dapat menekan sakelar, menutupnya, dan cara itu telah berhasil.