Sukses

Demonstran Hong Kong Akan Diberi Suaka oleh Taiwan?

Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengatakan, pemerintahannya akan mempertimbangkan pemberian suaka kepada para demonstran Hong Kong.

Liputan6.com, Taipei - Gelombang protes di Hong Kong telah menjadi sorotan dunia sejak beberapa bulan yang lalu. Warga kota itu berunjuk rasa, menuntut dicabutnya RUU ekstradisi yang memungkinkan mereka dibawa ke China daratan untuk diadili. Tak hanya itu, pemrotes juga inginkan kepala eksekutif Carrie Lam untuk lengser dari jabatannya.

Menanggapi gejolak di Hong Kong, Presiden Taiwan Tsai Ing-wen tak tinggal diam. Baru-bari ini ia mengatakan, pemerintahannya akan mempertimbangkan pemberian suaka kepada para demonstran Hong Kong. Hal itu ia dasarkan pada alasan kemanusiaan, lapor media pemerintah setempat dikutip dari The Straits Times, Jumat (19/7/2019).

Pernyataan presiden nasionalis Tsai itu dibuat pada Kamis malam di St. Lucia. Ia menanggapi laporan berita bahwa beberapa demonstran Hong Kong yang menyerbu parlemen kota berniat mencari suaka di Taiwan.

Sementara itu, Dewan Urusan Daratan Taiwan menolak untuk mengkonfirmasi apakah telah dihubungi oleh para pengunjuk rasa yang dikabarkan mencari suaka politik, kata Central News Agency.

Dewan itu hanya mengatakan, Taiwan akan menangani kasus sesuai aturan hukum jika benar terdapat warga Hong Kong yang mencari suaka. 

Perlu diketahui, Taiwan telah memiliki pemerintahan sendiri sejak 1949, ketika Nasionalis Tiongkok melarikan diri ke Pulau Formosa setelah kalah perang dengan kubu komunis. Namun Beijing tidak pernah mengakui kedaulatan Taipei.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Demonstran Hong Kong Kembali Bentrok dengan Polisi

Sementara itu, warga Hong Kong kembali bentrok dengan polisi pada Minggu, 14 Juli 2019 saat petugas membubarkan ribuan demonstran yang menuntut pengunduran diri Carrie Lam, kepala eksekutif kota semiotonom itu.

Unjuk rasa pada Minggu dimulai sekitar pukul 3 sore di Distrik bagian utara Sha Tin, yang awalnya berlangsung dengan damai. Namun, bentrokan pecah pada malam hari ketika polisi yang mengenakan helm dan perisai mulai membersihkan jalan-jalan.

Ratusan demonstran yang sebagian besar mengenakan helm dan masker bedah, mundur ke sebuah kompleks perbelanjaan. Di sana mereka melempar payung dan botol air ke arah polisi, sebagaimana dilansir dari VOA Indonesia.

Polisi mengejar mereka, dan wartawan bisa menyaksikan kedua pihak saling pukul di sepanjang koridor pada beberapa lantai kompleks itu. Payung turut digunakan dalam penyerangan itu.

Demonstrasi itu menambah panasnya tensi yang telah berkecamuk selama beberapa bulan terakhir. Kemarahan terhadap pemimpin Hong Kong pro-Beijing Carrie Lam pun semakin memuncak.

Demonstrasi yang dimulai beberapa bulan lalu, menentang usulan undang-undang ekstradisi juga telah berkembang mencakup keluhan mengenai gelombang masuknya warga China daratan ke Hong Kong. Pada Minggu, demonstran menuntut penyelidikan terhadap sejumlah pengaduan bahwa polisi menyerang peserta demonstrasi sebelumnya yang menentang undang-undang ekstradisi itu.

Sebagian membawa poster bertuliskan "Polisi Pembohong." Poster lainnya bertuliskan "Bela Hong Kong."

Demonstrasi itu mencerminkan meningkatnya keluhan bahwa para pemimpin Hong Kong mengikis kebebasan dan otonomi yang dijanjikan ketika wilayah itu dikembalikan ke pemerintah China pada tahun 1997. Sebagian demonstran membawa bendera Amerika atau bendera Hong Kong era kolonial.