Sukses

Pasca-Gangguan Teknis, India Lanjutkan Peluncuran Misi Terbesarnya ke Bulan

India kembali melanjutkan misi terbesarnya ke Bulan pasca gangguan teknis pada pekan lalu.

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah India mengatakan akan kembali mencoba peluncuran misi kedua ke Bulan, setelah sepakan lalu dihentikan karena risiko ledakan akibat gangguan teknis.

Chandrayaan-2 akan diluncurkan pada hari Senin pukul 14.43 waktu setempat, kata badan antariksa India, Isro.

Dikutip dari BBC pada Senin (22/7/2019), Isro menambahkan pesawat angkasa luar itu siap "untuk membawa satu miliar mimpi ke Bulan, dan sekarang lebih kuat dari sebelumnya".

Badan antariksa India itu berharap misi senilai US$ 150 juta (setara Rp 2,09 triliun) itu akan menjadi yang pertama mendarat di kutub selatan Bulan.

Hitungan mundur pada 15 Juli llau dihentikan 56 menit sebelum peluncuran, setelah "gangguan teknis terdeteksi dalam sistem peluncur kendaraan", menurut Isro.

Media India telah melaporkan bahwa kebocoran dari botol gas helium di mesin kriogenik roket adalah penyebabnya.

Isro berterima kasih kepada orang-orang karena mendukung misi meskipun ada penundaan.

Misi pertama India ke bulan dimulai pada 2008 lalu, melalui wahana bertajuk Chandrayaan-1, yang tidak mendarat di permukaan bulan, tetapi melakukan pencarian air pertama dan paling detail di sana menggunakan radar.

Kini, Chandrayaan-2 akan mencoba pendaratan lunak di dekat kutub selatan Bulan yang sedikit dieksplorasi.

 

 

2 dari 3 halaman

Fokus pada Permukaan Bulan

Misi Chandrayaan-2 akan fokus pada permukaan Bulan, mencari air dan mineral, serta mengukur potensi gempa setempat.

India menggunakan roketnya yang paling kuat, Geosynchronous Satellite Launch Vehicle Mark III (GSLV Mk-III), dalam misi ini. Beratnya 640 ton (hampir 1,5 kali berat jumbo jet Boeing 747) dan memiliki panjang 44 meter, atau setinggi bangunan 14 lantai.

Pesawat angkasa luar itu memiliki bobot 2,379 kilogram (5,244lb), di mana memiliki tiga bagian yang berbeda, yaitu pengorbit, pendarat dan penjelajah.

Pengorbit, yang dirancang bertahan selama setahun, akan mengambil gambar permukaan Bulan, dan "mengendus" atmosfer renggang.

Sementara pendarat, yang diberi nama Vikram (nama pendiri Isro), memiliki berat sekitar setengah bobot pengorbit, dan mengangkut wahana penjelajah Bulan seberat 27 kilogram, dengan instrumen untuk menganalisis tanah pada satelit alami Bumi itu.

Adapun penjelajah yang disebut Pragyan, berarti kebijaksanaan dalam bahasa Sansekerta, akan menjalani misi selama 14 hari untuk menjelajahi ruang sejauh beberapa kilometer dari pendarat, di mana kemudian akan mengirim data dan gambar kembali ke Bumi untuk dianalisis.

"India dapat berharap untuk mendapatkan selfie pertama dari permukaan bulan begitu rover memulai tugasnya," kata Dr K Sivan, kepala Isro, sebelum upaya peluncuran pertama.

3 dari 3 halaman

India Pilih Skema Perjalanan Lebih Lambat

Peluncuran ini hanya awal dari perjalanan 384.000 kilometer, di mana Isro berharap bisa mendaratkannya ke Bulan antara tanggal 6 atau 7 September mendatang.

Isro telah memilih rute berputar untuk mengambil keuntungan dari gravitasi Bumi, yang akan membantu memantulkan wahana itu ke Bulan.

Skema ini dipilih karena India tidak memiliki roket yang cukup kuat untuk melemparkan Chandrayaan-2 ke jalur langsung.

"Akan ada 15 menit yang menakutkan bagi para ilmuwan begitu pendarat itu dilepaskan dan dilemparkan ke arah kutub selatan Bulan," kata Dr Sivan.

Pendaratan yang sebenarnya, tambahnya, adalah operasi otonom yang tergantung pada semua sistem yang berfungsi sebagaimana mestinya. Kalau tidak, pendarat bisa menabrak permukaan bulan.

Hampir 1.000 insinyur dan ilmuwan telah mengerjakan misi Chandrayaan-2. Tetapi untuk pertama kalinya, Isro memilih wanita untuk memimpin ekspedisi antarplanet.

Dua wanita sedang mengarahkan perjalanan India ke Bulan. Keduanya adalah direktur program, Muthaya Vanitha, yang telah membina Chandrayaan-2 selama bertahun-tahun, dan Ritu Karidhal, yang akan menavigasinya ke Bulan.