Liputan6.com, London - Partai Konservatif Inggris akhirnya pada Selasa 23 Juli 2019 mengumumkan bahwa Boris Johnson telah menang pemilihan sebagai pemimpinnya yang baru. Itu artinya ia menjadi perdana menteri mendatang negara itu.
Boris Johnson diunggulkan untuk mengalahkan Menteri Luar Negeri Inggris Jeremy Hunt dalam pemungutan suara yang berakhir Senin malam 22 Juli 2019. Ia kemudian mengunggah kemenangannya tersebut melalui akun Twitter pribadinya.
Baca Juga
Pada unggahan tersebut, ia menyampaikan rasa terimakasinya kepada para pendukungnya. "Saya akan bekerja keras untuk membayar kepercayaan Anda," kata Boris dalam akun @BorisJohnson yang dikutip Selasa (23/7/2019).
Advertisement
Thank you all for the incredible honour you have done me. The time for campaigning is over and the time for work begins to unite our country and party, deliver Brexit and defeat Corbyn. I will work flat out to repay your confidence
— Boris Johnson (@BorisJohnson) July 23, 2019
Perdana menteri Inggris yang baru akan resmi menggantikan Theresa May pada Rabu 24Â Juli, sewaktu ia mundur setelah berulang kali gagal mewujudkan Brexit atau keluarnya Inggris dari Uni Eropa.
Menurut The Guardian, Johnson menang suara sebagai pemimpin Konservatif, mengalahkan Jeremy Hunt dalam pemilihan kepemimpinan partai.
Mantan wali kota London, yang telah lama digadang untuk memimpin negaranya, memenangkan pemilihan dengan selisih tegas antara 92.153 dan 46.656 suara, atau dengan kata lain sebanyak 66 persen.
Saksikan Juga Video Berikut Ini:
Akhir Brexit...
Melansir dari VOA Indonesia, proses Brexit seharusnya diakhiri pada penghujung Maret lalu. Meskipun para pejabat Uni Eropa telah mengisyaratkan tidak tertarik untuk merundingkan kembali ketentuan-ketentuan Brexit yang telah tiga kali ditolak parlemen Inggris, mereka setuju untuk mengundurkan tenggatnya menjadi 31 Oktober.
Boris Johnson, mantan menteri luar negeri yang populis di bawah pemerintahan May dan mantan walikota London, telah menyatakan kesediaan untuk menarik keluar Inggris dari Uni Eropa dengan atau tanpa kesepakatan.
Banyak anggota parlemen yang menentang Brexit tanpa disertai kesepakatan, dengan alasan langkah semacam itu akan menimbulkan kekacauan ekonomi.
Advertisement